Terbit: 27 April 2020 | Diperbarui: 4 February 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Salah satu jenis fobia yang paling aneh adalah trypophobia, yaitu rasa takut atau jijik terhadap sekelompok lubang kecil yang jaraknya berdekatan. Berikut adalah berbagai hal yang perlu Anda ketahui tentang fobia ini!

Trypophobia: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi

Apa Itu Trypophobia?

Trypophobia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan atau keengganan terhadap kelompok-kelompok lubang kecil. Kondisi ini dipicu ketika seseorang melihat pola lubang kecil yang bergerombol, kemudian mengalami gejala, seperti rasa takut, jijik, dan kecemasan.

Fobia ini terbilang umum, namun kondisi ini memang belum dilaporkan dalam literatur ilmiah hingga kini. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa ketakutan akan lubang kecil ini memang ada dan dapat menimbulkan gejala seperti fobia lainnya.

“Diagnostic and Statistical Manual” (DSM-5) dari The American Psychiatric Association tidak secara resmi mengakui penyakit trypophobia sebagai fobia resmi. Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami kondisi ini.

Apa Penyebab Trypophobia?

Penelitian tentang fobia ini masih sangat terbatas, sehingga penyebab pasti dari kondisi ini juga belum diketahui. Berikut adalah beberapa teori tentang penyebab trypophobia:

1. Evolusi

Salah satu teori paling populer menyebutkan bahwa fobia ini merupakan respons evolusioner terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penyakit atau bahaya.

Penyakit kulit, parasit, dan kondisi infeksi lainnya dapat ditandai dengan lubang atau benjolan. Hal ini menunjukkan bahwa fobia ini memiliki dasar evolusi. Selain itu, teori ini juga cocok dengan fakta bahwa seorang dengan fobia ini lebih sering merasa jijik dibandingkan takut ketika melihat objek pemicunya.

2. Asosiasi dengan Hewan Berbahaya

Teori lain menyebutkan bahwa sekelompok lubang ini memiliki penampilan mirip dengan pola kulit pada beberapa hewan berbisa. Seseorang mungkin takut dengan pola ini karena tidak sadar mengasosiasikannya dengan hewan berbahaya tersebut.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 mendukung teori ini. Penelitian ini menemukan bahwa seseorang yang tidak memiliki fobia ini akan memikirkan hal-hal seperti mau atau lebah ketika melihat sarang lebah.

Sedangkan orang dengan trypophobia tanpa sadar akan mengaitkan sarang lebah dengan organisme berbahaya yang memiliki karakteristik visual dasar yang mirip, seperti ular berbisa. Hal ini lah yang membuat mereka merasa jijik atau takut.

3. Asosiasi dengan Patogen Menular

Penelitian yang dilakukan tahun 2017 menemukan bahwa peserta cenderung mengaitkan pola lubang dengan patogen yang ditularkan kulit. Sebagian orang melaporkan merasa gatal dan tidak nyaman pada kulit ketika melihat pola tersebut.

Jijik atau takut terhadap sesuatu yang berpotensi mengancam merupakan respons evolusioner adaptif. Respons ini sering kali dapat membantu menjaga kita dari bahaya. Peneliti percaya bahwa trypophobia merupakan bentuk yang berlebihan dari respons adaptif tersebut.

4. Respons terhadap Karakteristik Visual

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan pada fobia ini berkaitan dengan karakteristik visual dari pola itu sendiri.

Salah satu penelitian menunjukan bahwa gejala yang muncul lebih terkait pada pola visual daripada hubungan dengan hewan berbahaya. Hasil penelitian tersebut menimbulkan pertanyaan apakah trypophobia benar merupakan fobia atau hanya respons alami terhadap jenis rangsangan visual tersebut.

5. Trypophobia dan Gangguan Lain

Penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan trypophobia lebih mungkin mengalami gejala kecemasan dan depresi juga.

Gejala penyakit trypophobia juga bersifat persisten dan bertahan lama, yang mengarah pada gangguan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ada lebih banyak gejala fobia ini yang sebenarnya memenuhi kriteria diagnostik DSM-5 dibandingkan dengan gangguan lain seperti OCD.

Pemicu Trypophobia

Orang-orang yang mengalami gejala fobia ini biasanya dipicu oleh gambar-gambar tertentu dari kelompok-kelompok kecil lubang tidak beraturan, seperti:

  • Spons
  • Gelembung sabun
  • Karang laut
  • Spons laut
  • Sarang madu
  • Kondensasi air
  • Sarang lebah
  • Kelopak biji
  • Stroberi
  • Buah delima
  • Gelembung
  • Kelompok mata seperti yang ditemukan pada serangga.

Gejala Trypophobia

Gejala trypophobia muncul ketika seseorang melihat objek dengan sekelompok lubang kecil atau bentuk yang menyerupai lubang. Ketika melihat sekelompok lubang tersebut, seorang dengan fobia ini akan merasa jijik dan takut.

Beberapa gejala trypophobia meliputi:

  • Merinding
  • Merasa tidak nyaman
  • Kulit gatal
  • Geli
  • Berkeringat
  • Jijik
  • Mual
  • Serangan panik
  • Merinding
  • Tubuh bergetar
  • Ketidaknyamanan visual seperti kelelahan mata, distorsi, atau ilusi

Gejala di atas dapat muncul bersamaan namun variasinya kemungkinan berbeda-beda pada setiap orang.

Diagnosis Trypophobia

Dokter akan menanyakan serangkaian pertanyaan mengenai gejala untuk mendukung diagnosis trypophobia. Dokter juga akan memeriksa riwayat medis, psikiatris, dan sosial Anda.

Dokter akan merujuk ke DSM-5 untuk membantu diagnosis gejala. Namun pada dasarnya fobia ini bukan kondisi yang dapat didiagnosis secara resmi, karena fobia merupakan kondisi yang tidak secara resmi diakui oleh asosiasi medis dan kesehatan mental.

Cara Menghilangkan Trypophobia

Tidak terdapat pengobatan khusus untuk fobia ini, namun beberapa cara dapat digunakan untuk mengatasi kondisi ini. Cara menghilangkan fobia ini dapat berupa perawatan di rumah, terapi, dan obat-obatan.

Berikut adalah beberapa cara menghilangkan trypophobia yang dapat dilakukan:

  • Perubahan gaya hidup. Olahraga,konsumsi makanan seimbang gizi, tidur yang cukup, serta menghindari kafein dan stimulan lain kemungkinan dapat membantu Anda mengendalikan gejala fobia.
  • Terapi perilaku kognitif. Terapis akan mengeksplorasi bagaimana pikiran Anda menimbulkan perasaan dan perilaku tertentu. Anda dan terapis akan bekerja sama untuk menekan fobia tersebut.
  • Terapi paparan. Cara mengatasi fobia dengan cara memaparkan penyebab fobia pada pasien dimulai dari dosis yang kecil lebih dulu. Terapi ini harus dilakukan oleh profesional.
  • Teknik relaksasi. Teknik berbasis latihan dan metode visualisasi untuk membantu mengatasi gejala fobia.
  • Obat-obatan. Penggunaan obat-obatan jarang dilakukan, namun dokter terkadang meresepkan obat untuk mengatasi gejala atau dampak dari fobia. Jenis obat-obatan yang mungkin diresepkan adalah seperti antidepresan, obat penenang, atau beta-blocker.

Cara di atas dapat menjadi cara menghilangkan trypophobia, namun sebagian cara mungkin hanya bekerja mengatasi gejalanya saja. Jika fobia ringan dan tidak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari, umumnya seseorang hanya akan menghindari pemicu fobia saja dan tidak perlu melakukan pengobatan apapun.

 

  1. Cherry, Kendra. 2019. Trypophobia or the Fear of Holes. https://www.verywellmind.com/trypophobia-4687678. (Diakses 27 November 2019).
  2. Scaccia, Annamarya. 2017. Everything You Should Know About Trypophobia. https://www.healthline.com/health/trypophobia. (Diakses 27 November 2019).
  3. Smith, Lori. 2018. Is trypophobia real?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/320512.php. (Diakses 27 November 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi