Terbit: 14 January 2021 | Diperbarui: 17 June 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Aquaphobia adalah ketakutan tidak rasional terhadap air dalam volume besar seperti laut, danau, pantai, air terjun, kolam renang, dll. Ketahui apa itu aquaphobia, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya.

Aquaphobia (Fobia Air): Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll

Apa Itu Aquaphobia?

Aquaphobia adalah fobia terhadap air dalam bentuk yang tidak rasional. Orang dengan aquaphobia memiliki rasa kecemasan dan ketakutan berlebihan pada gelombang air yang besar seperti sungai yang mengalir deras, laut, atau air terjun.

Mereka mungkin juga takut pada volume air yang lebih kecil dan cenderung tidak berbahaya seperti kolam renang, tempat berendam, atau bak mandi.

Aquaphobia adalah jenis fobia spesifik yang diperkirakan juga bagian dari gangguan kecemasan. Seseorang biasanya mengembangkan gejala fobia spesifik sejak masih kecil atau masa remaja.

Bila dibiarkan terus-menerus, orang tersebut akan hidup dengan ketakutan besar terhadap air bahkan tidak berani menyentuh air sama sekali.

Terkadang, penderitanya akan mengalami reaksi fobia saat disemprot atau disiram air yang sebenarnya tidak membahayakan. Penderita aquaphobia tentu akan mengalami berbagai kesulitan dalam hidup karena takut pada air yang merupakan salah satu sumber kehidupan paling penting.

Gejala Aquaphobia

Setiap orang dengan fobia air mengembangkan gejala berbeda, tergantung tingkat keparahannya. Umumnya, mereka akan merasa khawatir, cemas, dan takut yang luar biasa saat mulai berpikir dan melihat air dalam volume besar atau kecil.

Gejalanya termasuk:

  • Perasaan panik dan takut yang intens saat berpikir tentang air.
  • Merasa takut berlebihan dan tak masuk akal saat terkena air atau berada dalam volume air yang besar.
  • Merasa terancam bila berada di sekitar air dalam volume besar.
  • Secara terus-menerus menghindari air termasuk laut, danau, atau air terjun.
  • Rasa takut tidak rasional pada air, bahkan pada volume air yang kecil seperti air dalam bak mandi, aquarium, wastafel, atau tempat penampungan air lainnya.
  • Bereaksi berlebihan saat tersiram atau terciprat sejumlah kecil air.

Bila orang dengan fobia air berada di tempat yang banyak airnya, seperti laut, di atas perahu, di pinggir danau, atau air terjun, mereka akan mengalami gejala fisik termasuk:

  • Sakit kepala
  • Kebingungan
  • Panas dingin
  • Gemetar hebat
  • Gelisah
  • Berkeringat
  • Mulut kering
  • Napas pendek dan cepat
  • Detak jantung cepat
  • Sesak napas
  • Nyeri dada

Anda bisa mengenali gejala lain dari ekspresi seseorang saat berada di sekitar air, orang dengan fobia air bisa mengekspresikan kecemasannya dengan:

  • Diam dan pucat.
  • Menggenggam seseorang dengan kuat untuk meminta perlindungan.
  • Pingsan, bila gejalanya sangat parah.

Pada dasarnya, orang dengan fobia air akan merasa sangat takut dengan gejala tak masuk akal bahkan untuk berpikir tentang air dalam volume kecil yang tidak berbahaya.

Orang dengan fobia spesifik seperti fobia air juga cenderung memiliki gangguan kecemasan jenis lainnya seperti depresi atau gangguan kontrol impuls.

Kapan Harus ke Dokter?

Sebagian besar orang dengan spesifik menyadari bila ketakutannya terhadap sesuatu sudah berlebihan, namun mereka tidak bisa mengontrolnya.

Bila Anda memiliki fobia spesifik dengan gejala yang sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, mohon minta bantuan ke layanan profesional kesehatan mental.

Bila Anda tidak tahu bagaimana caranya, silakan ceritakan masalah Anda ke orang terdekat Anda. Sebaliknya, bila orang yang Anda kenal mengalami fobia spesifik, bantu mereka untuk kemudian tetap berobat ke psikolog atau terapis.

Penyebab Aquaphobia 

Sebagian besar penyebab fobia spesifik tidak dapat dipahami secara pasti, namun biasanya dipengaruhi peristiwa traumatis di masa kecil atau remaja.

Seseorang yang pernah mengalami peristiwa buruk pada objek atau situasi tertentu bisa mengembangkan ketakutan atau kecemasan spesifik.

Berikut ini beberapa hal yang mungkin menyebabkan seseorang memiliki fobia air:

  • Pernah tenggelam saat berenang di kolam renang, danau, atau laut.
  • Melihat seseorang tenggelam dan mengembangka trauma karena kejadian tersebut.
  • Mengalami bencana atau kejadian traumatis lain di dalam air.
  • Pernah kehilangan seseorang yang mengalami kecelakaan di air atau akibat air.

Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara fobia spesifik yang diturunkan secara genetik. Bila salah satu orangtua atau keluarga Anda ada yang memiliki fobia spesifik atau masalah kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, maka Anda juga rentan memiliki gejala yang sama.

Diagnosis Aquaphobia 

Tidak ada diagnosis atau kategori khusus untuk fobia air. Anda mungkin akan melakukan aquaphobia test berdasarkan kriteria fobia spesifik yang dijelaskan dalam panduan edisi baru Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).

Spesialis kesehatan mental juga akan memastikan gejala fobia air bukan bagian dari serangan panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan stres pascatrauma.

Cara Mengatasi Aquaphobia  

Cara menangani sebagian besar jenis fobia spesifik adalah dengan psikoterapi termasuk terapi perilaku kognitif, terapi eksposur (paparan), dan juga meditasi. Berikut ini penjelasannya:

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) adalah terapi untuk mengubah sudut pandang dan respon pasien terhadap fobia tersebut.

Profesional kesehatan mental akan membantu Anda untuk memahami perilaku dan pikiran Anda yang berhubungan dengan fobia spesifik tersebut.

Anda juga akan diajari tentang teknik relaksasi, koping atau teknik penyembuhan, dan manajemen rasa ketakutan serta kecemasan. Terapi ini akan membantu Anda untuk memiliki cara pikir yang lebih sehat tentang sesuatu yang sebelumnya membuat Anda takut.

2. Terapi Eksposur

Exposure therapy atau terapi pemaparan adalah terapi untuk membantu Anda dalam mengelola ketakutan Anda dengan memaparkan Anda dengan pemicu rasa takut tersebut secara perlahan dan bertahap. Misalnya bila Anda takut air, maka terapis Anda akan sengaja memaparkan Anda dengan air.

Berikut ini adalah fase terapi fobia air menggunakan terapi eksposur:

  • Meminta Anda untuk berbicara dan berpikir tentang air.
  • Memberi Anda foto atau video tentang air.
  • Meminta Anda untuk melihat air di dalam bak mandi atau wastafel.
  • Membiarkan Anda menyentuh air atau bermain air.
  • Meminta Anda berada dekat dengan kolam renang, danau, atau laut.
  • Hingga akhirnya, Anda harus berendam di dalam air.

Setiap step terapi tersebut akan mengajarkan Anda cara mengelola rasa takut dan membuat Anda percaya lagi bahwa air sama sekali tidak berbahaya.

3. Meditasi

Anda akan belajar meditasi untuk mengelola emosi, perasaan, dan jiwa Anda sehari-hari. Meditasi termasuk yoga dan latihan pernapasan dapat membuat Anda merasa lebih tenang dan damai dalam hidup.

Komplikasi Aquaphobia 

Orang dengan fobia air akan mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, orang tersebut jadi harus menolak ajakan berlibur ke pantai, berenang, atau tempat wisata air lainnya.

Bila gejalanya sangat parah seperti sampai tidak bisa menerima percikan air, maka orang tersebut akan benar-benar mengalami kesulitan dalam hidup. Pasalnya, air adalah elemen penting dalam kehidupan manusia.

Cara Mencegah Aquaphobia 

Anda mungkin tidak bisa mencegah sebuah fobia karena respon emosional setiap orang berbeda-beda. Hanya bila Anda merasa memiliki ketakutan yang tidak biasa dengan air, mohon konsultasi ke profesional kesehatan mental sejak awal agar gejalanya tidak bertambah parah.

 

  1. Eske, Jamie. 2020. What to know about aquaphobia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/aquaphobia. (Diakses pada 14 Januari 2020).
  2. Lindberg, Sara. 2018. Managing the Fear of Water (Aquaphobia). https://www.healthline.com/health/aquaphobia. (Diakses pada 14 Januari 2020).
  3. Fritscher, Lisa. 2020. The Fear of Water or Aquaphobia Causes, Symptoms, and Treatment. https://www.verywellmind.com/aquaphobia-causes-symptoms-treatment-2671845. (Diakses pada 14 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi