Terbit: 25 March 2019
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Patricia Aulia

Alergi adalah reaksi tubuh terhadap sesuatu yang kerap dialami oleh banyak orang, mungkin termasuk Anda. Ada banyak jenis alergi, yaitu alergi udang hingga alergi debu. Kali ini kita akan membahas mengenai alergi debu, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya.

Alergi Debu: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan

Apa Itu Alergi Debu?

Alergi debu adalah bentuk reaksi tubuh yang diakibatkan oleh respon sistem imun tubuh terhadap mikroorganisme maupun partikel-partikel kecil yang terdapat di dalam debu. Pada umumnya, reaksi alergi dipicu oleh tungau debu yang hidup di debu karpet, meja, kasur, bantal, guling, hingga sprei.

Tungau debu tersebut lantas bertahan hidup dengan cara makan kulit mati yang ada pada manusia maupun hewan.

Tungau debu juga senang berada di tempat yang minim sinar matahari dan lembab. Baiknya Anda waspada karena kurang lebih 1 (satu) juta tungau debu mungkin saja hinggap di atas sprei kasur dan menghasilkan banyak kotoran yang menjadi pemicunya.

Penyebab Alergi Debu

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyebab alergi debu utama adalah mikroorganisme tungau debu. Berikut ini penyebab lainnya:

1. Tungau Debu

Tungau debu adalah mikroorganisme yang menjadi penyebab. Sesaat setelah memakan serpihan kulit mati manusia maupun hewan, tungau debu yang memiliki nama ilmiah Dermatophagoides pteronyssinus ini lantas menghasilkan kotoran yang jika dihirup atau menyentuh kulit, akan direspon oleh sistem imun tubuh dengan cara melepaskan zat histamin.

Nah, histamin inilah yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada tubuh seperti bersin, kulit terasa gatal dan muncul ruam, batuk, hingga mata merah dan berair.

Karena ukurannya yang sangat kecil, sulit untuk mendeteksi keberadaan tungau debu. Rumah yang terlihat bersih saja belum tentu bebas dari tungau debu. Rajin mengganti sprei dan mencuci karpet adalah langkah tepat dalam menghambat perkembangbiakan tungau debu.

Tungau debu bisa hidup pada suhu di atas 21 derajat celcius dengan tingkat kelembaban 75-80 persen. Binatang ini akan mati jika kadar kelembaban ruangan berad di bawah 50 persen.

2. Jamur

Jamur juga jadi salah satu penyebab yang perlu diwaspadai. Jamur (khususnya jamur mold) biasanya berbentuk gumpalan debu bak kapas yang biasa ditemukan di sela-sela lemari maupun perabotan rumah tangga. Jamur ini lantas menyebarkan spora ke udara yang mana spora tersebut memicu reaksi alergi.

Selain jamur mold, ada juga sejumlah jenis jamur lainnya yang fisiknya tidak terlihat. Jenis jamur tersebut tentunya sulit untuk dibersihkan. Namun, tempat lembab yang minim sinar matahari menjadi lokasi ideal tumbuhnya jamur-jamur tersebut.

3. Serbuk Sari Tanaman

Baik itu serbu sari yang berasal dari pepohonan, bunga, rumput, dan jenis tanaman lainnya, semuanya bisa menjadi penyebab alergi debu.

Reaksi tubuh seseorang terhadap alergi yang disebabkan oleh serbuk sari tumbuhan berbeda-beda. Ada yang hanya alergi serbuk sari bunga dan ada juga yang alergi serbuk sari pohon.

Saat tanaman menerbangkan serbuk sari, kemudian serbuk sari tersebut bercampur dengan debu di udara, maka dapat menyebabkan gejala pada orang-orang yang menderita alergi ini.

Selain 3 (tiga) penyebab di atas, ada sejumlah faktor generik yang memicu reaksi alergi debu, di antaranya:

  • Polusi udara
  • Asap rokok
  • Perubahan cuaca

Faktor Risiko Alergi Debu

  • Faktor Genetik, jika keluarga Anda (terutama orang tua) memiliki riwayat alergi debu, maka biasanya Anda juga rentan untuk menderita alergi yang sama.
  • Faktor Kesehatan, khusus untuk Anda yang memiliki riwayat penyakit asma maupun gangguan pernapasan lainnya, maka risiko terkena jenis alergi ini juga kian besar
  • Faktor Usia, yakni anak-anak lebih rentan mengalami alergi debu oleh sebab sistem imunnya belum terbentuk secara sempurna

Ciri dan Gejala Alergi Debu

  • Bersin berulang kali saat berada di lokasi yang banyak terdapat debu. Bersin adalah reaksi alamiah tubuh untuk membersihkan debu yang masuk (self-cleaning)
  • Hidung tersumbat
  • Gatal-gatal pada hidung, tenggorokan, langit-langit mulut, dan kulit
  • Muncul ruam dengan atau tanpa penonjolan pada kulit
  • Mata memerah, berair, perih, dan gatal

Pada kasus akut, penderitanya bahkan bisa mengalami sakit kepala, nyeri pada area wajah, hingga asma. Segera periksakan diri ke dokter manakala Anda mengalami satu atau lebih dari gejala alergi tersebut.

Diagnosis Alergi Debu

Ketika mengalami gejalanya, segera periksakan diri ke dokter kiranya penting dilakukan agar bisa diketahui penyebab pastinya dan langkah pengobatan yang harus ditempuh.

1. Anamnesis

yakni tahap wawancara yang dilakukan dokter seputar keluhan, riwayat keluarga, riwayat penyakit, dan gaya hidup. Anamnesis adalah cara dokter untuk mendapatkan simpulan awal (hipotesis) penyebab timbulnya alergi debu.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah sesi wawancara (anamnesis), dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan memerhatikan sejumlah gejala umum, seperti mata merah, ruam pada kulit, dan menganalisis frekuensi bersin yang terjadi.

3. Pemeriksaan Penunjang

Guna memastikan ada atau tidaknya indikasi alergi debu yang dialami pasien, dokter juga akan menempuh pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Skin Prick Test (Tes Tusuk Jarum)

Skin prick test adalah tes yang dilakukan dengan menusukan sebuah jarum kecil atau lanset, pada daerah lengan dan kemudian akan meneteskan alergen (bahan penyebab terjadinya alergi) pada tempat tusukan tersebut.

Biasanya, tusukan dilakukan beberapa kali di tempat yang berbeda tergantung dari jumlah alergen yang dicurigai. Apabila muncul kemerahan dan ruam pada kulit, test dinyatakan positif.

  • Patch Test (Tes Tempel Plester)

Patch test adalah tes reaksi alergi yang dilakukan dengan cara menempelkan plester yang sudah diberi ekstrak alergen.

Pasien diminta untuk mengenakan plester tersebut selama 48 jam dan tidak boleh terkena air atau aktivitas yang menyebabkan keringat berlebih. Setelah itu, plester akan dicabut kembali oleh dokter. Kulit yang ruam dan kemerahan  menunjukkan pasien positif menderita alergi debu.

Tidak seperti skin prick testpatch test baru bisa diketahui hasilnya dalam waktu 48 jam atau 2 hari setelah tes dilakukan.

  • Ig E Total

Saat tubuh bereaksi dengan alergen, tubuh berespon dengan mengeluarkan Imunoglobulin E yang dapat kita nilai untuk mengetahui reaksi alergi seseorang. Pemeriksaan Ig E dapat dilakukan menggunakan sampel darah.

Pengobatan Alergi Debu

Pengobatan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan yang diderita oleh pasien.

Jika statusnya masih ringan, pasien bisa mencoba melakukan pengobatan di rumah. Apabila sudah mencapai tahap kronis, maka obat-obatan khusus dari dokter adalah solusi terbaik guna mengatasi masalah kesehatan ini.

1. Cara Mengobati Alergi Debu di Rumah

Anda bisa memanfaatkan sejumlah bahan herbal, seperti:

  • Kunyit
  • Minyak atsiri
  • Madu
  • Lidah buaya
  • Cuka apel

2. Cara Mengobati Alergi Debu dengan Obat-obatan

Jika alergi yang dialami sudah berat, maka Anda perlu mengonsumsi sejumlah obat-obatan kimia yang diresepkan oleh dokter. Biasanya, dokter akan menyarankan sejumlah obat seperti antihistamin dan dekongestan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat, mata berair, dan bersin-bersin.

Pada kasus yang lebih berat, misalnya disertai pembengkakan pada hidung, dapat diberikan obat semprot hidung golongan kortikosteroid.

Pengobatan alergi debu yang paling berat adalah imunoterapi, yaitu terapi dengan cara menyuntikkan zat alergen dalam dosis tertentu ke dalam tubuh pasien. Meski efektif, imunoterapi adalah metode pengobatan yang akan memakan waktu berbulan-bulan dan biaya yang tidak sedikit.

Pencegahan Alergi Debu

Satu-satunya cara mencegah alergi debu adalah dengan menghalau alergen yang menjadi pemicu munculnya gejala.

  • Bersihkan rumah secara rutin, pagi dan sore hari. Gunakan alat pembersih rumah seperti vacuum cleaner yang telah didukung teknologi filter high efficiency particulate air (HEPA) yang bisa menyaring partikel-partikel penyebab alergi sepeti serbuk sari, jamur, dan tungau debu lebih baik
  • Sebisa mungkin, hindari penggunaan karpet dari bahan bulu
  • Ganti sprei dan sarung bantal Anda secara berkala, idealnya 2-3 hari sekali
  • Jika Anda punya hewan peliharaan, sebaiknya beri area khusus di luar ruangan agar bulu-bulunya tidak bertebaran di dalam rumah dan bisa memicu alergi
  • Memasang alat pengering udara (dehumidifier) guna mengontrol kadar kelembaban di dalam rumah.

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi