Terbit: 27 August 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Nasi adalah karbohidrat kompleks sebagai sumber energi. Alergi adalah reaksi terhadap protein yang ada di dalam kandungan suatu alergen. Setiap 100 gram beras, mengandung 2,7 gram protein. Alergi nasi adalah reaksi abnormal sistem kekebalan terhadap protein yang ditemukan dalam nasi. Meskipun jarang, alergi nasi putih juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh seseorang menganggap makanan yang berbasis nasi sebagai alergen.

Alergi Nasi: Gejala, Penyebab, Penanganan, dll

Gejala Alergi Nasi pada Orang Dewasa

Meskipun alergi nasi putih lebih sering muncul saat bayi, keadaan ini juga bisa terjadi pada orang dewasa. Beberapa gejala yang bisa terjadi, antara lain:

  • Asma dan masalah pernapasan.
  • Dermatitis atopik atau eksim, yang muncul sebagai ruam merah dan gatal pada kulit.
  • Dermatitis atopik dengan komplikasi mata, seperti bentuk kornea yang tidak normal dan kelopak mata yang meradang.
  • Kesulitan bernapas saat berolahraga.
  • Dermatitis kontak, yang muncul sebagai gatal, bisul, atau ruam di mana kulit bertemu dengan alergen.
  • Food protein-induced enterocolitis syndrome (FPIES), dapat menyebabkan diare, muntah, dan dehidrasi.
  • Kram dan sakit perut.
  • Rhinitis (bersin, hidung meler, mata berair).
  • Rhinokonjungtivitis (rhinitis disertai mata merah dan gatal).

Sebuah studi mengamati gejala yang ditunjukkan oleh individu non-Asia yang hipersensitif ketika terpapar nasi. Subjeknya adalah seorang Jerman berusia 33 tahun.

Gejala yang diperlihatkannya antara lain gatal-gatal, pruritus, angioedema (bilur merah dan bengkak) pada bibir, kelopak mata, dan lidah, disfagia (kesulitan menelan), dan dispnea (sesak napas). Gejala-gejala ini muncul sekitar 15-20 menit setelah mengonsumsi makanan utuh yang mengandung nasi.

Studi lain meneliti reaksi alergi fisik dari 24 pasien (berusia antara 3 sampai 72 tahun) terhadap nasi. Enam dari 24 pasien menunjukkan gejala seperti ruam pada bibir, wajah, dan tubuh setelah mengonsumsi bubur beras atau kue beras.

Gejala Alergi Nasi pada Anak-Anak

Food protein-induced enterocolitis syndrome (FPIES) ditandai dengan muntah, diare, dan dehidrasi, serta lebih sering terjadi pada anak-anak. Gejala juga dapat berkembang setelah bayi mulai mengonsumsi makanan padat lainnya seperti gandum, barley, dan makanan serupa, biasanya setelah usia 4 bulan.

Gejala FPIES terbatas pada sistem pencernaan. Berikut ciri-ciri alergi nasi pada anak, antara lain:

  • Muntah terus-menerus.
  • Diare (terkadang berdarah).
  • Penurunan berat badan.
  • Dehidrasi.
  • Kelesuan.
  • Gangguan tumbuh-kembang.

Pada dasarnya, alergi makanan (apa pun makanannya) memiliki daftar gejala yang sama yang harus Anda waspadai.

Gejala yang lebih parah mungkin termasuk pembengkakan pada bibir, lidah, dan tenggorokan, yang dapat menghalangi pernapasan, kesulitan menelan, sesak napas atau mengi, kulit membiru, tekanan darah turun, kehilangan kesadaran, nyeri dada, atau denyut nadi lemah.

Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, kondisi yang dapat menyebabkan kematian.

Penyebab Alergi Nasi

Penyebab alergi nasi putih adalah nasi atau semua makanan yang dibuat menggunakan bahan yang mengandung beras.

Protein nasi dengan massa molekul 14-16, 26, 33, dan 56 kDa telah terbukti menjadi alergen. Mayoritas komponen alergi adalah albumin (yang termasuk dalam famili protein) dengan berat molekul antara 14 dan 16 kDa.

Reaksi Silang dengan Cereal Grains

Protein beras 16-kilodalton telah dilaporkan menjadi alergen utama dan bertanggung jawab untuk reaksi silang (cross-allergenicity) di antara cereal grains dalam famili Poaceae. Jadi, jika Anda memiliki alergi beras, sistem kekebalan tubuh  juga bisa bereaksi kuat terhadap biji-bijian, seperti:

  • Jagung.
  • Gandum.
  • Barley.
  • Millet.
  • Oat.
  • Rye.
  • Sorgum.
  • Serai.

Alergi Vs Intoleransi Nasi

Penting untuk diketahui, reaksi alergi melibatkan sistem kekebalan tubuh, sedangkan intoleransi hanya melibatkan sistem pencernaan.

Alergi yang terkait sistem kekebalan tubuh berpotensi mengancam jiwa dibanding intoleransi terhadap makanan. Meski begitu, beberapa gejala alergi dan intoleransi dapat terlihat sama, seperti mual, sakit perut, kram, kembung, mulas, muntah dan diare. Anda mungkin juga mengalami sakit kepala, cepat marah, dan tidak tenang.

Pada beberapa kasus, Anda mungkin tidak alergi atau intoleran terhadap beras, tetapi terhadap bahan lain yang masuk selama pembuatan makanan. Rye dan barley dapat menyebabkan sensitivitas gluten dan penyakit celiac, kondisi yang dapat menyebabkan gejala alergi atau intoleransi bagi orang yang sensitif

Jika Anda tahu Anda tidak toleran terhadap gluten, penting untuk memilih produk beras dan gandum yang diberi label ‘certified gluten free’.

Beras Mentah Lebih Berbahaya

Umumnya, nasi mentah lebih memicu alergi daripada nasi matang. Namun, beberapa protein nasi (seperti lipid transfer protein) tahan panas dan tahan terhadap pemecahan protein, sehingga juga dapat memicu reaksi alergi meskipun sudah dimasak.

Meskipun beras tidak bisa dimakan, nasi mentah ini sering diidamkan oleh penderita anemia dengan PICA syndrome atau gangguan makan pica.

Dalam beberapa budaya, beras mentah digiling dan ditambahkan ke makanan. Jika Anda memiliki alergi beras, pastikan makanan Anda bebas dari beras atau tepung beras.

Individu dengan hipersensitivitas terhadap nasi juga dapat mengalami reaksi alergi meski hanya mencium atau menghirup uap nasi. Namun, hanya terdapat sedikit informasi tentang apakah intensitas respons alergi bervariasi berdasarkan jenis beras.

Langkah teraman adalah menghindari semua jenis beras, baik itu beras merah atau putih, terutama jika Anda mengetahui tubuh alergi terhadapnya.

Penanganan Alergi Nasi

Perawatan alergi terhadap nasi bisa menjadi tantangan tersendiri. Menghilangkan makanan pemicu adalah hal pertama yang bisa dilakukan untuk menghindari alergi makanan. Oleh karena itu, menghilangkan nasi dan makanan yang mengandung nasi dapat membantu mengurangi gejala.

Saat Anda alergi pada nasi, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi (immunoglobulin E atau IgE) untuk melawan alergen. Untuk mendiagnosis alergi beras, Anda harus melakukan tes darah. Jika terdapat antibodi ini dalam darah, hal tersebut mengonfirmasi adanya alergi.

Cara lain untuk mendiagnosis alergi nasi putih adalah skin-prick test. Jika Anda memiliki alergi terhadap nasi, reaksi ringan akan terjadi seperti munculnya benjolan di kulit. Tes ini hanya boleh dilakukan tenaga medis profesional.

Sementara itu, alergi nasi pada bayi dan anak-anak dapat mengancam jiwa. Jika Anda memperhatikan bahwa anak menunjukkan salah satu gejala alergi, konsultasi dengan dokter diperlukan.

 

  1. Anonim. 2017. Symptoms Of Rice Allergy In Children And Adults. https://curejoy.com/content/symptoms-of-rice-allergy/. (Diakses pada 27 Agustus 2021).
  2. Braverman, Jody. Oat & Rice Allergies. https://www.livestrong.com/article/543689-oat-rice-allergies/. (Diakses pada 27 Agustus 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi