DokterSehat.Com – Kucing adalah binatang yang lucu nan menggemaskan. Beberapa orang (mungkin termasuk Anda) bahkan menjadikan hewan berkaki empat ini sebagai hewan peliharaan. Meskipun begitu, nyatanya bulu kucing juga bisa memicu timbulnya reaksi alergi. Apa itu alergi bulu kucing? Apa penyebab alergi bulu kucing? Apa gejala atau ciri alergi kucing? Bagaimana cara mengatasi alergi kucing?
Apa Itu Alergi Bulu Kucing?
Alergi bulu kucing adalah suatu kondisi di mana tubuh mengalami reaksi alergi akibat terpapar bulu kucing yang mengandung pemicu alergi (alergen). Ini terjadi pada sejumlah orang yang sistem kekebalan tubuhnya memiliki sensitivitas tinggi terhadap benda asing, termasuk bulu kucing.
Saat penderita alergi kucing terpapar atau menghirup bulu kucing yang bertebaran di karpet, kasur, atau perabotan rumah, sistem imun lantas menganggap bulu kucing sebagai suatu ancaman sehingga tubuh langsung memproduksi antibodi untuk melawannya.
Penyebab Alergi Bulu Kucing
Istilah “alergi bulu kucing” sejatinya tidak seratus persen karena bulunya. Kontak dari sel kulit mati (dander), air liur dan urin yang sudah terkontaminasi bakteri dan virus adalah penyebab alergi bulu kucing sesungguhnya.
Saat tubuh kucing melepaskan sel kulit mati, atau ketika kucing menjilati tubuhnya dengan air liur, bakteri dan virus yang ada pada kulit mati dan air liur tersebut akan berpindah ke bulu kucing. Nah, saat tangan Anda menyentuh bulu kucing, atau bulu kucing terlepas dan tanpa disadari terhirup oleh hidung, bakteri atau virus pada bulu kucing masuk ke dalam tubuh.
Sampai di dalam tubuh, sistem imun mendeteksi bahaya tersebut dan segera memproduksi zat antibodi untuk melakukan perlawanan. Akibatnya, terjadilah reaksi alergi bulu kucing ini. Reaksi alergi kucing bisa terjadi sesaat setelah atau beberapa jam setelah penderita melakukan kontak langsung dengan kucing.
Gejala dan Ciri-Ciri Alergi Bulu Kucing
Alergi bulu kucing umumnya ditandai oleh sejumlah gejala yang mirip dengan gejala alergi lainnya. Ada yang sifatnya ringan dan berlangsung sebentar, namun tak menutup kemungkinan reaksi alergi yang muncul cukup serius sehingga perlu penanganan medis sesegera mungkin.
Berikut adalah gejala atau ciri-ciri alergi bulu kucing yang perlu Anda ketahui dan waspadai.
1. Bersin
Ciri-ciri alergi bulu kucing yang mudah dikenali adalah hidung bersin. Gejala ini acap kali luput dari perhatian banyak orang. Alih-alih alergi kucing, mayoritas dari kita menganggap jika bersin yang terjadi akibat reaksi alergi debu. Jadi, apabila Anda memiliki kucing peliharaan dan sering bersin-bersin, bisa jadi Anda mengidap alergi bulu kucing.
2. Gatal
Alergi terhadap bulu kucing juga lazim ditandai oleh gejala gatal-gatal pada sejumlah bagian tubuh, seperti alergi kucing pada mata dan alergi kucing pada kulit. Reaksi alergi kucing ini muncul ada yang langsung muncul sesaat setelah menyentuh bulu kucing, namun ada juga yang baru merasakan beberapa jam atau hari setelahnya, tergantung kemampuan respons sistem imun masing-masing orang.
3. Bengkak
Gejala alergi bulu kucing juga bisa berupa pembengkakan pada mata. Selain bengkak, mata bisa saja berair. Sama seperti ciri-ciri alergi kucing berupa gatal, pembengkakan pada mata dapat langsung muncul beberapa menit setelah terpapar bulu kucing, atau dalam kurun waktu beberapa jam hingga hari kemudian.
4. Peradangan
Sinus yang meradang sehabis Anda menyentuh kucing menjadi pertanda lainnya bahwa sebenarnya Anda mengidap alergi bulu kucing. Gejala ini tergolong cukup serius, dan bergantung pada seberapa besar sensitivitas sistem imun. Penderita perlu memeriksakan diri ke dokter. Manakala mengalami ciri alergi kucing yang satu ini.
5. Sesak Napas
Sayangnya, alergi kucing juga tidak lepas dari gejala syok anafilaksis, yakni suatu kondisi reaksi alergi yang tergolong parah dan bahkan bisa mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Syok anafilaksis akibat reaksi alergi kucing umumnya berupa penyumbatan pada tenggorokan yang kemudian mengakibatkan sesak napas.
Jika tidak segera ditangani, sesak napas bisa mengancam jiwa Anda. Oleh sebab itu, segera periksakan diri ke dokter dan jauhkan diri dari kucing.
Diagnosis Alergi Bulu Kucing
Alergi terdiri dari berbagai jenis. Jika Anda mengalami reaksi alergi sehabis menyentuh kucing kesayangan, hal ini juga belum sepenuhnya menandakan jika Anda menderita alergi kucing. Diagnosis perlu ditegakkan guna memastikan apakah Anda terindikasi memiliki alergi bulu kucing atau tidak.
1. Anamnesis
Dokter akan meminta Anda untuk menjelaskan keluhan yang dialami, riwayat alergi (pribadi maupun keluarga), riwayat obat-obatan, dan intensitas kontak fisik Anda dengan kucing peliharaan. Tahap ini penting dilakukan sebelum dokter menegakkan prosedur pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Pemeriksaan Fisik
Selesai melakukan sesi wawancara (anamnesis), dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pasien dengan memerhatikan gejala atau ciri alergi bulu kucing yang umum terjadi, seperti mata bengkak dan berair, kulit gatal, dan frekuensi bersin.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah tahap terakhir yang ditempuh dokter untuk memastikan diagnosis atas alergi bulu kucing yang pasien alami. Pemeriksaan penunjang ini terdiri dari tes tusuk jarum (skin prick test), tes tempel plester (patch test), dan tes darah.
-
Tes Tusuk Jarum (Skin Prick Test)
Dokter akan menyuntikkan jarum khusus yang telah diberi ekstrak alergen ke kulit pasien. Setelah 15 menit, kulit yang mengalami reaksi berupa ruam maupun gatal mengindikasikan jika pasien memang benar menderita alergi kucing.
-
Tes Tempel Plester (Patch Test)
Tes tempel plester atau patch test pada praktiknya serupa dengan tes tusuk jarum, namun medium yang digunakan berbeda. Jika tes tusuk jarum menggunakan jarum, maka tes tempel plester ini menggunakan plester khusus yang sudah dibubuhi ekstrak alergen.
Pasien diminta mengenakan plester tersebut selama 48 jam. Setelah itu, plester akan kembali dibuka. Kulit yang mengalami ruam atau gatal menandakan jika pasien positif alergi kucing.
-
IgE Total
IgE Total adalah metode tes reaksi alergi dengan cara mengambil sampel darah pasien. Selanjutnya, dokter akan menganalisis apaka ada potensi reaksi alergi pada darah pasien atau tidak.
Pengobatan Alergi Bulu Kucing
Apabila Anda mengalami gejala alergi kucing, maka penggunaan obat jenis antihistamin adalah langkah efektif guna meredakan reaksi alergi tersebut. Antihistamin berfungsi untuk menghambat pelepasan histamin yang menjadi pemicu reaksi alergi.
Antihistamin terdiri dari dua golongan, yakni generasi pertama (clemastine, chlorphenamine, ketotifen, alimemazine, hydroxyzine), dan generasi kedua ((loratadine, cetirizine, fexofenadine).
Namun, untuk reaksi alergi berupa pembengkakan, dokter akan menyarankan Anda untuk mengonsumisi obat-obatan dari kelompok kortikosteroid. Sedangkan syok anafilaksis dapat diredakan dengan suntikan adrenalin.
Pencegahan Alergi Bulu Kucing
Alergi bulu kucing dapat dicegah dengan menjauhkan diri dari kucing. Jika Anda memiliki hewa peliharaan kucing, sebaiknya jangan ditempatkan di dalam rumah. Bersihkan rumah secara teratur. Khusus alat rumah tangga seperti karpet dan kasur, bersihkan menggunakan vacuum cleaner.