Terbit: 14 August 2019 | Diperbarui: 17 March 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Anda sering bolak-balik ke kamar kecil untuk berkemih pada malam hari? Jika ya, maka hampir bisa dipastikan Anda mengalami yang namanya Nokturia. Kondisi ini memang cukup umum dialami, dan siapa saja bisa mengalaminya. Nokturia juga bisa menjadi pertanda adanya gangguan medis yang terjadi pada tubuh. Apa itu nokturia? Apa penyebab nokturia? Bagaimana cara mengobati nokturia?

Nokturia: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati

Apa Itu Nokturia?

Nokturia adalah kondisi di mana seseorang memiliki frekuensi berkemih atau buang air kecil (BAK) yang tidak wajar—dalam hal ini terlalu banyak—saat malam hari. Normalnya, tubuh menghasilkan urin yang lebih sedikit dan kental di malam hari. Inilah mengapa kita bisa tertidur tanpa terganggu oleh keinginan untuk buang air kecil.

Akan tetapi, hal sebaliknya terjadi pada sebagian orang (mungkin juga termasuk Anda salah satunya). Alih-alih bisa tidur dengan nyenyaknya, penderita nokturia (nocturnal polyuria) justru harus terbangun di tengah malam untuk berkemih, dan hal ini terjadi berkali-kali sepanjang malam. Kendati terlihat sepele, nyatanya nokturia bisa menjadi indikator dari adanya suatu gangguan kesehatan pada tubuh.

Penyebab Nokturia

Seperti yang telah disinggung tadi, nokturia bisa disebabkan oleh adanya gangguan kesehatan pada tubuh. Namun, penyebab nokturia juga bisa karena pola atau gaya hidup yang salah.

Berikut ini adalah penyebab nokturia yang penting untuk Anda ketahui.

1. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih menjadi penyebab nokturia yang paling umum. Akibat kondisi ini, penderita akan merasakan sensasi seperti terbakar dan rasa ingin buang air kecil (BAK) yang terus-menerus terjadi sepanjang hari, dari siang hingga malam.

Selain infeksi saluran kemih, infeksi ginjal dan infeksi prostat adalah jenis infeksi lainnya yang menyebabkan seseorang mengalami nokturia.

2Sleep Apnea

Penyebab nokturia selanjutnya adalah sleep apnea atau apnea tidur. Penyakit gangguan tidur yang ditandai oleh menyempitnya saluran pernapasan akibat dinding tenggorokan yang mengendur ini salah satunya gejalanya juga berupa nocturnal polyuria atau nokturia.

Jika Anda mengalami nokturia akibat dari sleep apnea yang diderita, maka menyembuhkan sleep apnea adalah cara untuk menyembuhkan nokturia tersebut.

3. Hamil

Wanita yang tengah hamil juga mungkin saja akan mengalami kondisi nokturia. Nokturia kerap menjadi pertanda awal dari kehamilan, meskipun lazimnya kondisi ini dialami ketika posisi Rahim sudah sampai menekan kandung kemih.

4. Gaya Hidup

Penerapan pola atau gaya hidup yang salah juga ditengarai turut menjadi penyebab nokturia pada seseorang.

Pola atau gaya hidup yang salah di sini misalnya seperti terlalu banyak minum minuman beralkohol atau yang mengandung kafein. Perlu diketahui, kedua jenis minuman tersebut memiliki sifat diuretik, yang mana berdampak pada produksi urin berlebih apabila dikonsumsi melebihi batas kewajaran.

Jadi, jika akhir-akhir ini Anda sering terbangun di malam hari untuk bolak-balik ke toilet, coba diingat-ingat, apakah hari ini mengonsumsi alkohol atau minuman berkafein dalam jumlah banyak?

5. Obat-Obatan

Pemakaian obat-obatan juga memiliki efek samping berupa nocturnal polyuria.

Hal ini utamanya terjadi apabila Anda mengonsumsi jenis obat-obatan seperti water pills yang umum digunakan oleh para penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Water pills memang memiliki sifat diuretik sehingga tak heran pasca mengonsumsi obat tersebut, Anda akan mengalami nokturia.

Segera konsultasikan kondisi ini kepada dokter yang menangani Anda jika dirasa nokturia sudah sangat mengganggu kualitas tidur.

Selain kelima penyebab di atas, penyebab nokturia lainnya mencakup:

  • Tumor kandung kemih, pelvis, dan prostat
  • Sindrom kandung kemih
  • Kandung kemih turun
  • Multiple sclerosis
  • Kompresi saraf tulang belakang
  • Parkinson
  • Pembengkakan kaki bawah (edema)
  • Diabetes
  • Gagal jantung kongestif
  • Cemas

Sementara itu, faktor usia juga disebut-sebut turut memicu seseorang mengalami yang namanya nokturia. Dari hasil studi yang dilakukan oleh National Sleep Foundation pada tahun 2003, ditemukan fakta bahwa orang-orang dengan rentang usia 55-84 tahun mengalami gejala nokturia selama beberapa kali setiap minggunya.

Ciri dan Gejala Nokturia

Idealnya, Anda tidak harus terbangun di malam hari hanya gara-gara harus buang air kecil (BAK). Namun tidak demikian jika mengalami nokturia. Durasi 6-8 jam tidur harus terganggu karena rasa ingin berkemih yang tak tertahankan. Kondisi ini tentu saja sedikit banyak merusak siklus tidur Anda.

Anda dapat didiagnosis menderita nokturia (nocturnal polyuria) apabila:

  • Buang air kecil lebih dari sekali, terutama di malam hari
  • Sering buang air kecil, namun urin yang dikeluarkan sedikit

Selain 2 (dua) ciri-ciri nokturia di atas, mungkin saja masih ada gejala lainnya. Namun jika mengalami gejala-gejala di atas, hal ini seharusnya sudah cukup untuk Anda segera memeriksakan diri ke dokter guna dilakukan penanganan medis agar kondisi tidak semakin mengganggu.

Diagnosis Nokturia

Guna memastikan kondisi nokturia berikut penyebab yang mendasarinya, dokter akan melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan, yang umumnya terdiri dari:

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien sehubungan dengan keluhan yang dirasakan.

  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Seberapa sering buang air kecil (BAK) dalam sehari?
  • Berapa kali bolak-balik ke toilet untuk BAK saat malam hari?
  • Apakah kondisi ini sampai menyebabkan mengompol?
  • Adakah gejala lain yang dirasakan?
  • Apakah ada riwayat penyakit lain, baik diri sendiri maupun keluarga?
  • Apakah sering mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein?
  • Obat apa saja yang dikonsumsi selama ini?
  • Apakah ada alergi terhadap obat tertentu?

Alangkah baiknya jika Anda juga memiliki catatan pribadi mengenai kondisi nokturia yang saat ini tengah dialami, mulai dari frekuensi BAK per harinya, hingga gejala-gejala lain yang dirasakan. Hal tersebut agar dokter lebih mudah dan cepat menganalisis nokturia yang diderita.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan melanjutkan ke tahap pemeriksaan nokturia selanjutnya, yakni pemeriksaan fisik. Seperti pemeriksaan fisik pada umumnya, di sini dokter akan memeriksa mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, berat badan, hingga denyut jantung.

3. Pemeriksaan Penunjang

Terakhir, penderita nokturia akan menjalani sejumlah prosedur pemeriksaan penunjang guna memastikan penyebab nokturia yang dialaminya. Pemeriksaan penunjang ini dilakukan melalui sejumlah tes, seperti:

  • Tes kultur urin
  • Tes gula darah
  • Tes urea darah
  • Tes osmolalitas darah
  • Tes kadar cairan tubuh

Dokter juga mungkin akan melakukan metode pemeriksaan berupa pencitraan (imaging), misalnya dengan menggunakan teknologi ultrasonik.

Pengobatan Nokturia

Teknik atau metode pengobatan nokturia harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Contoh, jika nokturia disebabkan oleh penyakit diabetes, maka cara mengobati nokturia tentunya dengan menyembuhkan si diabetes itu sendiri.

Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu juga disebut bisa membantu meredakan gejala nokturia yang Anda alami. Obat-obatan dari golongan antikoligernik adalah solusi untuk mengatasi hal ini. Pasalnya, antikoligernik berfungsi untuk merelaksasi otot kandung kemih yang kejang, sehingga bisa meminimalisir gejala nokturia tersebut.

Namun perlu diperhatikan, obat antikoligernik memiliki sejumlah efek samping, seperti:

  • Kepala pusing
  • Pandangan menjadi kabur
  • Mulut kering

Khusus untuk Anda memang mengonsumsi obat-obatan diuretik, umumnya dokter akan menyarankan untuk mengonsumsinya saat siang hari, alih-alih di malam hari. Hal ini guna mencegah Anda ingin buang air kecil berkali-kali yang mana akan mengganggu jadwal tidur.

Penerapan pola hidup yang benar juga menjadi cara alami untuk mengobati nokturia yang Anda alami, yakni:

  • Membatasi konsumsi cairan yang masuk ke dalam tubuh, terutama di malam hari
  • Jika Anda pengonsumsi alkohol atau minuman berkafein seperti teh dan kopi, maka kurangi frekuensi minumnya
  • Mengenakan stocking kompresi, terutama saat tidur
  • Senam kegel, karena senam ini dapat menguatkan otot pelvis sehingga kandung kemih lebih bisa terkendali

Pencegahan Nokturia

Nokturia dapat dicegah dengan sejumlah cara berikut ini:

  • Tidak minum air putih banyak-banyak
  • Tidak mengonsumsi alkohol atau kafein dalam jumlah yang melebihi batas wajar
  • Hindari konsumsi makanan yang bersifat diuretik. Cokelat, makanan mengandung pemanis buatan, dan makanan pedas adalah contoh-contoh makanan diuretik yang harus Anda hindari, atau setidaknya kurangi

Perlu diingat, Anda hanya disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang sewajarnya (8-10 gelas), bukan sedikit minum air. Pasalnya, kurang minum air juga tidak baik bagi kesehatan tubuh karena bisa menyebabkan Anda mengalami dehidrasi.

Itu dia informasi mengenai nokturia atau nocturnal polyuria atau frekuensi BAK berlebih pada malam hari. Semoga bermanfaat!

 

Sumber:

  1. Excessive Urination at Night (Nocturia). Healthline. https://www.healthline.com/health/urination-excessive-at-night#Overview1 [diakses pada 14 Agustus 2019]
  2. Why Do I Pee So Much at Night? WebMD. http://www.webmd.com/urinary-incontinence-oab/nocturia-pee-night [diakses pada 14 Agustus 2019]

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi