Tiktok syndrome tidak ada dalam dunia medis, namun fenomena ini bisa menjadi tanda kecanduan media sosial yang harus diwaspadai. Ketahui fakta sebenarnya tentang Tiktok syndrome, gejala kecanduan media sosial, dan cara mengatasinya dalam pembahasan ini.
Tiktok Syndrome, Mitos atau Fakta?
Sebuah video pernah viral di Instagram dengan konten terkait Tiktok syndrome. Seorang pemuda asal Indonesia mengunggah video di Instagram yang berisi tentang pengakuannya terkena Tiktok syndrome.
Dalam video itu, pemuda tersebut mengakui bahwa awalnya ia hanya membuat video Tiktok untuk senang-senang dan iseng saja, namun kemudian merasakan keanehan setelah beberapa waktu.
Ia juga merasa tidak bisa mengontrol tubuhnya. Tubuhnya terus bergerak hingga ia harus minum obat dua kali sehari dan bermeditasi agar tubuhnya tidak bergerak-gerak sendiri. Unggahan tersebut pun menjadi kehebohan di dunia internet.
Mengingat Tiktok memang sedang menjadi fenomena dengan pengguna baru yang sangat banyak, muncul pertanyaan besar tentang apakah Tiktok syndrome benar adanya. Faktanya, Tiktok syndrome tidak ada dalam dunia medis. Psikolog menjelaskan bahwa Tiktok syndrome hanyalah sebuah hoax, namun gejala kecanduan media sosial harus diwaspadai.
Kemudian, pemuda tersebut membuat klarifikasi dalam caption bahwa dirinya mengunggah video tentang Tiktok syndrome hanyalah sebuah sindiran sarkas untuk orang-orang yang menggunakan Tiktok dengan salah.
Pemuda tersebut mungkin hanya ingin memberi pesan agar semua pengguna sebaiknya menggunakan sosial media untuk membuat konten-konten yang baik saja.
Hubungan Antara Tiktok Syndrome dan Kecanduan Media Sosial
Sudah ditegaskan bahwa Tiktok syndrome adalah hoax dan secara medis tidak ada diagnosis tersebut, namun penggunaan sosial media yang sudah sangat melekat dan menjadi bagian hidup sehari-hari terutama para remaja harus diwaspadai.
Dalam dunia medis, terdapat istilah “social media addiction” atau kecanduan media sosial yang memengaruhi kejiwaan dan kesehatan fisik seseorang.
Kecanduan sosial media adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa lepas dari media sosial termasuk untuk mengunggah gambar, video, konten, komen, atau menghabiskan waktu bermain media sosial apa pun hingga dirinya seperti tidak memiliki kehidupan asli selain kehidupan yang dibuat-buat di media sosial.
Menggunakan media sosial baik Tiktok, Instagram, Twitter, Facebook, Youtube, dan lainnya secara kompulsif dan berlebihan dapat memengaruhi otak dan psikologis dengan cara berbahaya.
Orang yang kecanduan media sosial cenderung akan mengembangkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan sosial dan FOMO (a fear of missing out) atau takut ketinggalan berita terkini.
Ada berbagai masalah kejiwaan dan fisik lain yang dikaitkan dengan kecanduan media sosial, walaupun tidak semua pengguna media sosial akan mengembangkan efek negatif. Cari tahu apa saja tanda-tanda kecanduan media sosial pada poin selanjutnya.
Ciri-Ciri Kecanduan Media Sosial
Media sosial adalah adalah teknologi untuk berbagi ide, konten, dan informasi melalui jaringan virtual internet. Sebenarnya, media sosial bisa menjadi pelantar positif untuk kehidupan semua orang bila digunakan dengan bijaksana. Sebaliknya, media sosial dapat membawa efek negatif bagi kehidupan seseorang.
Ketahui ciri-ciri kecanduan media sosial, sebagai berikut:
- Merasa gelisah bila tidak memiliki akses ke media sosial sebentar saja.
- Menggunakan media sosial hingga lupa untuk melakukan kewajiban penting seperti bekerja, belajar, mengurus keluarga, atau tanggung jawab lainnya.
- Selalu mengecek tanda notifikasi di ponsel pintar.
- Memantau secara berkala hasil dari unggahan media sosial Anda, seperti mengecek sudah mendapatkan berapa banyak tanda likes atau komentar.
- Hal pertama yang Anda lakukan saat bangun tidur adalah mengecek akun media sosial Anda.
- Anda selalu unggah konten baru dan mengukur keberhasilan hidup Anda dari pencapaian likes, share, dan komen di media sosial.
- Anda mungkin memalsukan diri Anda yang sebenarnya di media sosial dan berusaha keras menampilkan versi terbaik dari diri Anda walaupun mungkin Anda tidak memiliki hidup seperti itu.
- Kehidupan yang terlihat di media sosial berbanding terbalik dengan kehidupan nyata.
Pada dasarnya, seseorang sudah dianggap menggunakan media sosial berlebihan dan dengan cara yang salah bila dia melupakan kehidupan aslinya dan hanya mementingkan konten di media sosial.
Bahaya Kecanduan Media Sosial
Kembali pada unggahan tentang Tiktok syndrome, pemuda tersebut mungkin menyindir untuk memberitahu pengguna tentang bahaya kecanduan media sosial. Berikut ini bahaya kecanduan media sosial dari segi kejiwaan dan kesehatan fisik:
- Gangguan kecemasan (anxiety disorder).
- Kesepian dan isolasi diri.
- Gangguan kecemasan sosial.
- Depresi.
- Low self-esteem atau harga diri rendah karena merasa hidup orang lain lebih berharga.
- FOMO (a fear of missing out) atau takut ketinggalan berita terkini.
- Mengalami masalah tidur karena biasanya menggunakan media sosial di malam hari.
- Tidak lagi memiliki empati dengan orang lain.
- Hanya fokus pada apa yang ada di media sosial dan lupa untuk berinteraksi dengan orang-orang lain di kehidupan sosial sebenarnya.
- Melupakan hubungan dengan dunia nyata.
- Jarang melakukan aktivitas fisik dan berakibat buruk pada kesehatan secara keseluruhan.
- Mengalami penurunan performa atau prestasi dalam bidang tertentu seperti karir atau pendidikan.
- Selalu mengikuti tren di media sosial tanpa berpikir apakah itu baik atau tidak.
Seseorang dengan kecanduan sosial cenderung tidak memiliki kehidupan asli atau kehidupan personal yang seimbang dan harmonis. Siapa saja boleh menggunakan media sosial namun tidak boleh tenggelam di dalamnya.
Cara Mencegah Kecanduan Media Sosial
Apabila Anda sudah merasa kecanduan dan berlebihan dalam menggunakan media sosial, Anda harus segera menyadari dan bertekad untuk kembali pada kehidupan normal.
Berikut ini cara mengatasi kecanduan media sosial:
- Memberi jadwal bermain media sosial, misalnya hanya selama dua jam dalam sehari setelah Anda selesai mengerjakan tugas utama.
- Matikan notifikasi ponsel atau bahkan mematikan ponsel saat Anda sedang bekerja, belajar, atau melakukan aktivitas penting lainnya.
- Jangan menggunakan ponsel sebelum tidur.
- Mulai berhubungan lagi dengan orang-orang secara nyata, bukan hanya melalui media sosial.
- Hanya menggunakan media sosial sebagai platform untuk komunikasi, informasi, atau hiburan yang bermanfaat.
Bila Anda merasa tingkat kecanduan media sosial Anda sudah sangat parah, Anda bisa melakukan detoksifikasi media sosial baik sendiri atau didampingi dengan psikolog. Selebihnya, Anda harus fokus pada kebahagiaan dan kehidupan Anda secara nyata.
Itulah pembahasan tentang Tiktok syndrome. Tiktok syndrome adalah hoax semata namun bisa menjadi pengingat untuk menggunakan media sosial dengan bijaksana. Semoga informasi ini bermanfaat.
- Cherney, Kristeen. 2020. What Is Social Media Addiction? https://www.healthline.com/health/social-media-addiction. (Diakses pada 18 Januari 2020).
- Urban Balance. 2020. 7 Signs of Social Media Addiction | Addiction Counseling St. Louis, MO. https://urbanbalance.com/signs-social-media-addiction. (Diakses pada 18 Januari 2020).