Terbit: 14 October 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Crosshijaber adalah fenomena yang sedang viral di media sosial Twitter dan Instagram karena pria memakai hijab bercadar. Sebenarnya, seperti apa sih fenomena yang sangat tidak biasa dan cukup menghebohkan banyak pihak ini? Berikut adalah penjelasannya.

Viral Fenomena Crosshijaber, Apa Kaitannya dengan Identitas Diri?

Apa Itu Crosshijaber?

Crosshijaber adalah fenomena yang membuat laki-laki memiliki obsesi menjadi perempuan. Hal ini membuat pelakunya menggunakan hijab, gamis, atau cadar sehingga dianggap seperti perempuan pada umumnya.

Masalahnya adalah banyak orang-orang yang menjadi crosshijaber yang sampai masuk ke dalam kamar mandi umum atau WC perempuan, atau masuk ke dalam masjid di bagian perempuan. Banyak wanita yang kemudian resah dengan keberadaan mereka.

Di media sosial Twitter, fenomena ini diungkap oleh akun @Infinityslut. Akun ini mengunggah tangkapan layar dari beberapa orang yang menjadi crosshijaber. Bahkan, di media sosial Instagram terdapat akun @cross.hijaber yang mengunggah foto-foto dari berbagai orang yang melakukan hal ini.

Kaitan antara Crosshijaber dengan Identitas Diri

Situs Magdalene.co menyebut crosshijaber sebagai bagian dari crossdressing. Sebenarnya, praktik ini sudah dilakukan sejak lama, bukannya baru-baru ini saja. Bahkan, di Jepang, hal ini termasuk dalam budaya teater rakyat layaknya Kabuki.

Di Indonesia, banyak pelawak atau seniman yang sengaja menjadi seorang crossdresser. Sebagai contoh, pelawak Tessy tentu lebih sering dikenal dengan penampilannya sebagai seorang perempuan, bukan?

Selain di media sosial Twitter dan Instagram, di Facebook juga terdapat halaman bernama “Crosshijaber & Crosdresser yang disukai oleh sekitar 1.300 pengguna media sosial ini. Hampir semua orang yang menjadi crosshijaber adalah orang normal dan heteroseksual. Hanya saja, memang ada sebagian yang juga menjalani hubungan dengan sesama jenis.

Banyak orang yang berpikir jika menjadi crosshijaber sebagai semacam fetish. Pakar kesehatan menyebut hal ini memang bisa saja terjadi, namun hal ini sebenarnya lebih mirip sebagai eksplorasi identitas gender.

Eksplorasi identitas gender sangatlah berbeda dengan preferensi seksual. Jika seorang pria ingin tampil layaknya perempuan namun menyadari bahwa dirinya adalah seorang pria, maka hal ini masuk dalam identitas gender. Hal ini sangat berbeda dengan fetish yang menunjukkan ketertarikan seksual pada suatu obyek. Hal ini berarti, kita tidak bisa asal mengaitkan hal ini dengan LGBT.

Sayangnya, masih ada stigma yang menganggap pada crossdresser atau crosshijaber sebagai pria cabul atau yang suka melakukan pelecehan seksual. Padahal, hal ini belum tentu benar. Bisa jadi mereka hanya ingin tampil seperti itu dan merasa jauh lebih senang atau percaya diri dengan penampilan tersebut.

Apakah Crosshijaber Termasuk Gangguan Kejiwaan?

Sementara itu, psikolog dari RSUD Wangaya, Denpasar, Nena Mawar Sari menyebut para crosshijaber ini termasuk dalam orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Dalam dunia medis bisa dianggap sebagai transvestisisme. Kondisi yang membuat seseorang memiliki keinginan mengenakan pakaian yang dipakai oleh orang-orang dengan jenis kelamin yang berbeda,” ucap Nena sebagaimana dikutip dari Ayobandung.com

Nena menyebut hal ini terkait dengan trauma di masa lalu yang membuatnya tidak nyaman dengan identitas seksualnya.

“Ada kemungkinan hal ini terkait dengan pelecehan seksual di masa lalu sehingga membuat mereka lebih nyaman dengan pakaian dari lawan jenisnya,” lanjutnya.

Nena menyebut crosshijaber berbeda dengan transgender. Tujuan dari tindakan crosshijaber ini bisa bermacam-macam, baik itu kepuasan ekspresi diri, kepuasan seksual, hiburan, hingga untuk tujuan penyamaran atau tindakan kriminal.

Meskipun begitu, Nena menyarankan kita untuk tidak panik jika menemukan seorang crosshijaber. Bisa jadi yang melakukannya hanyalah untuk tujuan ajang ekspresi diri. Hanya saja, jika mereka sudah melakukan tindakan yang dianggap cukup mengganggu seperti masuk ke kamar ganti atau kamar mandi wanita, tak ada salahnya untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib.

 

Sumber:

  1. Nursyabani, Fira. 2019. Psikolog Jelaskan Fenomena Laki-laki Berhijab Atau Crosshijaber. ayobandung.com/read/2019/10/14/66807/psikolog-jelaskan-fenomena-laki-laki-berhijab-atau-crosshijaber. (Diakses pada 14 Oktober 2019).
  2. Adisya, Elma. 2019. ‘Crosshijaber’: Aku Laki-laki, Aku Heteroseksual, dan Aku Berhijab. magdalene.co/story/crossdresser-berhijab-di-indonesia. (Diakses pada 14 Oktober 2019).

DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi