Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan infeksi bakteri. Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, penyakit ini dapat merusak otak hingga mengancam nyawa. Selengkapnya simak gejala, penyebab, hingga cara mencegahnya dalam ulasan berikut.
Sifilis atau sering juga disebut sipilis atau raja singa adalah penyakit menular seksual yang disebabkan infeksi bakteri melalui hubungan seksual, baik melalui seks vaginal atau seks oral. Penyakit ini dapat menular melalui kulit atau selaput lendir dengan luka.
Penyakit ini ditandai dengan luka yang tidak sakit pada alat kelamin, dubur, dan mulut, sehingga sering kali tidak disadari bahwa mengalami penyakit ini dan dapat menularkan pada pasangan seksualnya. Kondisi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungannya.
Sifilis dini atau tahap awal masih bisa diobati, terkadang dengan suntikan penisilin. Namun jika tanpa pengobatan, penyakit raja singa ini dapat merusak jantung, otak, atau organ tubuh lainnya hingga menyebabkan kematian.
Baca Juga: Hal Penting Seputar Tes HIV di Puskesmas yang Wajib Anda Tahu
Tanda dan gejalanya tergantung pada beberapa jenisnya, termasuk primer, sekunder, laten, dan tersier.
Jika Anda memiliki jenis laten, penyakit ini tetap aktif tetapi biasanya tanpa menunjukkan gejala. Sedangkan tersier adalah yang paling merusak kesehatan.
Berikut ini beberapa gejala sifilis berdasarkan jenisnya:
Sifilis adalah penyakit yang terjadi sekitar tiga hingga empat minggu setelah tertular bakteri Treponema pallidum. Tanda dan gejalanya berupa luka kecil bulat atau disebut chancre yang tidak menyakitkan, tetapi dapat menular. Luka muncul pada alat kelamin, dubur, dan di dalam mulut.
Banyak orang yang menderita sifilis tidak memerhatikan chancre karena biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, dan mungkin tersembunyi di dalam vagina atau rektum. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai enam minggu.
Jenis ini ditandai ruam kulit dan sakit tenggorokan. Ruam tidak terasa gatal dan biasanya muncul di telapak tangan dan telapak kaki atau di bagian tubuh mana saja.
Gejala sipilis sekunder lainnya meliputi:
Jenis ini juga disebut tersembunyi karena tidak menunjukkan ciri-ciri penyakit sifilis meski seseorang memiliki bakteri Treponema pallidum di dalam tubuhnya. Bakteri bahkan dapat menetap selama bertahun-tahun sebelum berkembang menjadi tersier.
Jika tidak diobati untuk sifilis, penyakit bisa berubah dari tahap sekunder ke tahap tersembunyi (laten), saat tidak memiliki gejala. Tanda dan gejala mungkin tidak pernah kembali, atau penyakit dapat berlanjut ke tahap ketiga (tersier).
Tahap terakhir ini biasanya terjadi jika penderitanya tidak mendapatkan pengobatan dan akhirnya akan mengalami kerusakan organ otak, jantung, hati, dan organ lainnya, yang mengancam jiwa. Jenis tersier dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah infeksi awal.
Segera periksakan ke dokter jika Anda atau anak mengalami gejala seperti keputihan (pria dan wanita), ruam atau sakit yang tidak biasa, terutama muncul pada area kelamin.
Baca Juga: Ini Ciri-ciri Lidah Penderita HIV yang Perlu Anda Waspadai
Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang memasuki tubuh melalui luka pada kulit atau selaput lendir (mukosa), terutama ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi.
Sifilis ditularkan secara seksual melalui seks oral, anal, atau vaginal, atau kontak genital-ke-genital langsung.
Satu-satunya cara sifilis ditularkan adalah melalui kontak langsung dengan luka sifilis, atau luka. Luka ini cenderung berkembang pada mulut, penis, vagina, dan dubur.
Terkadang penyakit dapat menular melalui kontak langsung dekat dengan lesi atau ruam kulit (misalnya saat berciuman) atau menular melalui ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungan (bawaan). Sifilis juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, meskipun itu sangat jarang terjadi.
Penyakit ini tidak dapat menular melalui penggunaan toilet, bak mandi, kolam renang, pakaian, atau peralatan makan yang sama, atau dari gagang pintu.
Sifilis yang sembuh tidak akan kambuh dengan sendirinya karena kekambuhan terjadi jika melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Baca Juga: Penyebab Sifilis Berkembang di Mulut dan Cara Mengobatinya
Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko lebih tinggi terkena penyakit sifilis, antara lain:
Guna memastikan gejala penyakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya tentang riwayat seksual sebelum melakukan tes secara klinis untuk mendiagnosis penyakit sifilis.
Berikut beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis:
Selain beberapa prosedur seperti di atas, pemeriksaan mandiri yang bisa dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Treponema pallidum pada tubuh adalah Syphilis Rapid Test. Anda bisa membelinya dengan klik alat tes sifilis.
Sifilis tahap awal seperti jenis primer dan sekunder dapat diobati dengan suntikan penisilin yang merupakan salah satu antibiotik paling banyak digunakan dan biasanya efektif.
Sedangkan orang yang alergi penisilin mungkin dapat diobati dengan antibiotik lainnya, seperti doxycycline, azithromycin, dan ceftriaxone.
Jika memiliki neurosifilis, penderitanya akan diberikan penisilin setiap hari melalui suntikan. Namun, kerusakan yang disebabkan oleh sifilis lanjut atau memiliki jenis tersier akan sulit diobati.
Meski bakteri dapat dilawan, tetapi pengobatan sifilis kemungkinan besar akan fokus untuk meredakan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Selama perawatan, hindari hubungan seksual sampai luka sembuh atau sampai dokter menyatakan aman untuk kembali melanjutkan hubungan seksual.
Jika aktif secara seksual, perawatan juga berlaku untuk pasangan. Jangan melanjutkan aktivitas seksual sampai Anda dan pasangan menyelesaikan perawatan.
Jika tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan sifilis dengan cepat dan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi di seluruh tubuh, di antaranya:
Baca Juga: Mengenal Dampak Seks Bebas Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Sampai saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit ini. Namun, penularan sifilis dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:
Lakukan langkah-langkah tersebut secara konsisten agar pencegahan efektif. Pastikan Anda juga rutin memeriksakan diri ke dokter.