Terbit: 30 November 2011
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.com – Nama penyakit ini cukup indah, Miastenia Gravis (Myasthenia Gravis/MG). Tapi ketika menyelinap ke tubuh, luar biasa menyakitkan dan penuh perjuangan bagi pasien untuk melawan penyakit langka yang susah disembuhkan ini. Penderitanya seumur hidup harus berjibaku dengan MG.

Penyakit ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tak sedikit pasien MG yang menyerah di usia muda karena kurang biaya berobat. Beruntung jika berasal dari keluarga mampu, sehingga penderitanya bisa bertahan dan mencoba untuk hidup senormal mungkin meski sulit.

MG adalah penyakit autoimun, yang artinya sistem imun dalam tubuh yang seharusnya melindungi diri malah berbalik menjadi menyerang organ-organ dalam tubuh terutama sistem sambungan saraf (synaps).

Pada penderita MG, sel antibodi tubuh atau kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya.

Jika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.

Terlalu sedih, stres, kelelahan, marah atau terlalu gembira bisa mengakibatkan penderita MG mengalami kekambuhan bahkan sampai mengalami gagal napas karena saraf-saraf napas tidak bisa bergerak seperti yang sering dialami Dyani Gobel.

“Jadi saya nggak boleh terlalu sedih. Dulu karena terlalu sedih dan stres setelah ditinggal almarhum ibu, saya masuk ICU 21 hari. Kalau terlalu gembira saya juga merasa deg-degan,” ujar Dyani Gobel (24 tahun) yang divonis menderita MG sejak usia 3 tahun, saat dihubungi detikHealth.

Saat penyakit ini kambuh, Dyani sempat mengalami koma dan harus masuk ICU beberapa kali.

“Saya pernah 2 kali masuk ICU, yang pertama 21 hari dan kedua 38 hari. Itu bahkan sampai koma 4 kali. ICU pertama habis sekitar 98 juta dan yang kedua hampir samalah, sekitar 112 juta,” ujar mahasiswi jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina Jakarta ini.

Pertama kali mengalami gejala penyakit ini, ia dan keluarga tidak mengetahui banyak tentang MG, bahkan dikira keluarganya ia diguna-guna.

“Dulu waktu awal-awal kita belum tahu ini penyakit apa, malah dikira kena guna-guna karena saya ngomongnya jadi pelo (cadel),” jelas gadis kelahiran 13 Mei 1987.

Gejala awal dirinya menderita MG tutur Dyani adalah kelopak mata turun bergantian kanan dan kiri, ketika bangun tidur merasa mual. Dan seiring berjalannya waktu, mata Dyani bahkan tidak bisa melirik.

Gejala kelompak mata turun ini diamini oleh dr Dante Saksono, SpPD, PhD, dari RS Cipto Mangunkusumo dalam tulisan detikHealth.

Gejala yang tampak pada Miastenia Gravis bisa ringan maupun berat. Menurut dr Dante, pada usia di bawah 40 tahun lebih banyak wanita yang menderita MG ketimbang pria. Tetapi untuk penderita di atas usia 50-70 tahun, presentase antara wanita dan pria adalah sama.

dr Dante menuturkan gejala-gejala Miastenia Gravis pada pasien usia produktif antara lain:

  1. Kelopak mata turun sebelah atau layu (asimetrik ptosis)
  2. Penglihatan ganda
  3. Kelemahan otot pada jari-jari, tangan dan kaki (seperti gejala stroke tapi tidak disertai gejala stroke lainnya)
  4. Gangguan menelan
  5. Gangguan bicara
  6. Dan gejala berat berupa melemahnya otot pernapasan (respiratory paralysis), yang biasanya menyerang bayi yang baru lahir

“Dari kecil itu kelopak mata turun dan sempat nggak bisa jalan. Tapi dulu saya belum disuruh minum obat. Saya baru minum obat mestinon waktu umur 16 tahun,” jelas Dyani.

Penyakit ini memang susah sembuhnya, si penderita sangat tergantung pada obat-obatan seperti mestinon. Tapi penyakit ini bisa mengalami remisi atau waktu tidak kambuh. Menghindari stres dan kelelahan sangat disarankan agar penyakit ini tak gampang kambuh.

“Kalau saya sekarang sudah mendingan, terakhir rawat inap tahun 2006. Sekarang bahkan dosis mestinon saya cuma 1 kali seminggu yang tadinya sehari 3 kali. Tapi ada teman-teman (penderita MG) yang harus minum obat 8 kali sehari,” jelas gadis yang kini tengah sibuk menyelesaikan skripsi.

Mestinon (Pyridostigmine bromide) merupakan obat yang digunakan untuk mengobati kelemahan otot pada orang dengan Miastenia Gravis.

Operasi thymus memang merupakan salah satu pengobatan bagi penderita MG. Penyakit ini bisa diobati tergantung kerusakan sistem saraf yang dialami. Pengobatan yang biasa dilakukan yaitu:

  1. Memberi obat-obatan yang bisa menekan reaksi autoimun atau antibodi yang menyerang acetylcholine
  2. Cuci darah atau hemodialisis, dengan menyaring antibodi dan membuatnya tidak aktif lagi
  3. Pada penderita thymoma, maka tumor pada kelenjar thymus harus dioperasi.

Sumber : resep.web.id


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi