Terbit: 3 November 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Penyakit jantung terdiri dari berbagai jenis, salah satunya gagal jantung kongestif. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera diobati. Selengkapnya simak gejala hingga pencegahannya di bawah ini.

Gagal Jantung Kongestif: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Gagal Jantung Kongestif?

Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah sindrom klinis di mana jantung tidak cukup mampu memompa darah untuk dialirkan ke organ dan jaringan tubuh yang memerlukan oksigen dan nutrien. Akibatnya, terjadi penumpukan darah di area jantung yang menyebabkan detak jantung melemah.

CHF merupakan penyakit jantung yang bisa menimpa siapa saja; baik anak-anak maupun orang dewasa. Akan tetapi, seorang lansia lebih rentan terkena jenis serangan jantung ini, terlebih jika dibarengi dengan gaya hidup yang tidak sehat.

Gejala Gagal Jantung Kongestif

Gejala yang terjadi berkisar dari ringan hingga berat, konstan, atau bisa datang dan pergi. Gejala CHF yang mungkin terjadi, di antaranya:

1. Gejala Awal

Gejala awal gagal jantung kongestif umumnya ditandai dengan ciri berikut:

  • Berat badan naik secara signifikan.
  • Pembengkakan di area kaki.
  • Sering buang air kecil.
  • Tubuh menjadi mudah lelah.

2. Gejala Menengah

Berikut ini beberapa gejala yang bisa terjadi, meliputi:

  • Batuk-batuk.
  • Denyut jantung tidak teratur.
  • Sesak napas.
  • Tubuh mudah merasa lelah.

3. Gejala Kronis

CHF yang sudah mencapai tahap kronis ditandai dengan gejala berikut, antara lain:

  • Nyeri dada.
  • Napas pendek.
  • Kulit membiru.
  • Pingsan.
  • Tidak dapat tidur telentang (terkadang memerlukan 2-3 bantal)

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila Anda mengalami beberapa gejala yang telah dijelaskan di atas, jangan tunda untuk mengunjungi dokter guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan dini diharapkan dapat mencegah penyakit ini naik ke level mengancam jiwa.

Penyebab Gagal Jantung Kongestif

Penyebab utama kondisi ini adalah fungsi jantung yang abnormal, serta tidak lancarnya aliran darah akibat penyempitan pembuluh darah. Lebih spesifik, penyakit ini disebabkan oleh sejumlah gangguan klinis khusus.

Berikut ini adalah beberapa penyebab gagal jantung kongestif, di antaranya:

1. Tekanan Darah Tinggi

Penyebab gagal jantung kongestif yang pertama adalah kondisi tingginya tekanan darah pada tubuh alias hipertensi. Akibat hipertensi, jantung bekerja ekstra untuk memompa darah. Lambat laun, hal ini dapat merusak dan melemahkan otot-otot jantung sehingga berpotensi menyebabkan penyakit CHF.

2. Serangan Jantung

Serangan jantung secara langsung turut melukai otot jantung. Kondisi ini membuat otot jantung tidak lagi memiliki kekuatan untuk memompa darah sebagaimana mestinya.

3. Penyakit Arteri Koroner

Penyakit arteri koroner adalah kondisi di mana terjadi penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri. Akibat penyempitan ini, darah tidak dapat mengalir dengan lancar sehingga terjadi penumpukan yang membuat kinerja jantung menjadi lamban.

4. Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah kelainan otot jantung yang ditandai dengan melemahnya fungsi jantung untuk memompa darah. Penyakit ini dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor, seperti infeksi, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

5. Diabetes

Penderita diabetes dikatakan rentan terhadap serangan jantung CHF. Sama seperti hipertensi, diabetes menyebabkan jantung harus bekerja ekstra yang kemudian berakibat pada melemahnya otot jantung.

Selain diabetes dan hipertensi, gangguan tiroid dan penyakit ginjal dimungkinkan dapat melemahkan kinerja otot jantung.

6. Gaya Hidup Tidak Sehat

Terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat juga berkontribusi terhadap meningkatnya risiko gagal jantung kongestif. Aktivitas seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, obesitas, hingga jarang olahraga; disebut-sebut menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap penyakit CHF.

Oleh sebab itu, sebisa mungkin hindari kebiasaan buruk tersebut. Konsumsilah makanan yang bergizi dan imbangi dengan kegiatan olahraga yang rutin.

Jenis dan Derajat CHF

Organ jantung terdiri atas 4 (empat) bagian, yakni serambi kanan dan kiri yang terletak di jantung bagian atas, kemudian bilik kanan dan kiri yang terletak di jantung bagian bawah. Berdasarkan bagian tersebut, penyakit CHF terbagi menjadi 3 (tiga) jenis.

Berikut jenis-jenis CHF yang perlu Anda ketahui, meliputi:

1. CHF Sebelah Kanan

Jenis yang pertama adalah CHF pada wilayah sebelah kanan jantung. Kondisi ini terjadi ketika bilik kanan jantung mengalami kesulitan untuk memompa darah yang akan disalurkan ke paru-paru.

Dampaknya, darah akan berbalik menuju pembuluh darah vena dan menyebabkan penumpukan cairan darah di bagian tubuh lain, seperti tangan atau kaki.

2. CHF Sebelah Kiri

CHF sebelah kanan lazimnya diawali oleh CHF sebelah kiri. Nah, CHF sebelah kiri adalah gangguan kinerja jantung yang diakibatkan oleh bilik kiri (ventrikel) jantung tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ventrikel adalah bagian jantung yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Akibat ventrikel tidak dapat bekerja secara maksimal, serambi kiri dan pembuluh darah yang berada di sekitar ventrikel mengalami tekanan sehingga terjadi edema paru atau penumpukan cairan di paru-paru.

3. CHF Kanan dan Kiri

Ada sejumlah kasus di mana gagal jantung kongestif dapat terjadi baik di area jantung bagian kanan maupun kiri. Kondisi ini memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dua jenis CHF lainnya.

Sementara itu, New York Heart Association (NYHA) mengklasifikasikan derajat penyakit CHF berdasarkan keterbatasan penderita dalam melakukan aktivitas fisik menjadi empat kategori, antara lain:

  • Kategori 1: Penderita dapat beraktivitas fisik tanpa mengalami keluhan CHF.
  • Kategori 2: Penderita masih dapat beraktivitas fisik, namun kerap mengalami keluhan CHF.
  • Kategori 3: Penderita hampir tidak bisa melakukan aktivitas fisik.
  • Kategori 4: Penderita tidak bisa sama sekali melakukan aktivitas fisik.

Baca Juga: 12 Jenis Penyakit Jantung dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai

Diagnosis CHF

Pemeriksaan sedini mungkin harus dilakukan guna mencegah komplikasi lebih lanjut. Berikut ini pemeriksaan yang mungkin dilakukan oleh dokter, di antaranya:

1. Anamnesis

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien perihal keluhan yang dialami, serta riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat-obatan, hingga aktivitas sehari-hari. Tahap ini ditujukan untuk mencari simpulan awal (hipotesis).

2. Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien dengan merujuk pada gejala gagal jantung kongestif. Ini termasuk berat badan, pembengkakan di area kaki, dan kondisi kulit.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada tahap ini, dokter hanya ingin memastikan bahwa memang benar pasien terindikasi mengalami gagal jantung kongestif. Prosedur yang dilakukan, meliputi:

  • Rontgen. Dengan melakukan rontgen, dokter dapat mengetahui apakah telah terjadi pembengkakan pada jantung atau tidak dengan memperhatikan perubahan (hipertrofi) bilik jantung.
  • Elektrokardiogram (EKG). Prosedur EKG atau rekam jantung dilakukan untuk memeriksa sistem kelistrikan jantung, otot-otot jantung, dan kontraksi jantung.
  • Analisis elektrolit. Prosedur ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan elektrolit yang terjadi. Elektrolit yang mengalami perubahan ditandai oleh perpindahan cairan tersebut akibat penurunan fungsi ginjal.
  • Kateterisasi jantung. Ini merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk memeriksa kondisi katup jantung, bilik jantung, dan pembuluh darah di area jantung. Prosedur ini juga membantu dokter untuk membedakan antara gagal jantung sebelah kanan dan kiri, hingga menganalisis arteri koroner.

Pengobatan Gagal Jantung Kongestif

Setelah dokter mengetahui penyebab pastinya, metode pengobatan dapat ditentukan. Biasanya, dokter akan memberikan resep obat-obatan berikut ini:

  • Beta blocker. Merupakan obat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan irama jantung yang terlalu cepat.
  • Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE Inhibitor). Obat yang berfungsi membuka sumbatan pembuluh darah.
  • Vasodilator. Alternatif pembuka sumbatan pembuluh darah apabila tubuh pasien tidak cocok dengan ACE inhibitor
  • Diuretik. Obat ini bertugas untuk membuang cairan yang menyebabkan pembengkakan di area kaki.

Dalam kasus CHF yang sudah kronis, tindakan operasi mungkin saja ditempuh guna mengobati penyakit tersebut. Akan tetapi, tingkat keberhasilan dan durasinya bergantung pada seberapa parah gagal jantung kongestif yang terjadi.

Baca Juga: Enak dan Sehat, Ini 8 Makanan untuk Penderita Jantung Lemah

Komplikasi Gagal Jantung Kongestif

Berikut ini beberapa komplikasi CHF yang patut Anda waspadai, antara lain:

1. Masalah Fungsi Kantup Jantung

Akibat kondisi gagal jantung kongestif, tekanan darah di area jantung akan mengalami peningkatan. Jika dibiarkan, katup jantung akan mengalami gangguan fungsi oleh karena jantung membengkak.

2. Gangguan Fungsi Organ Tubuh Lain

CHF juga bisa memengaruhi kinerja organ tubuh lainnya, seperti ginjal. Ini karena jantung tidak dapat memompa darah dengan baik sehingga pasokan darah ke area ginjal menjadi berkurang dan lama-kelamaan menyebabkan ginjal mengalami malafungsi.

3. Aritmia

Aritmia adalah salah satu gangguan jantung yang ditandai oleh tidak teraturnya irama jantung. Penyakit ini salah satunya disebabkan oleh CHF. Sayangnya, kondisi ini berpotensi menyebabkan penderitanya mengalami penyakit kardiovaskular lainnya, misalnya stroke.

4. Detak Jantung Berhenti Tiba-Tiba

Komplikasi CHF yang terakhir dan paling berbahaya adalah detak jantung berhenti tiba-tiba. Ini terjadi akibat melemahnya daya pompa jantung disertai penanganan medis yang terlambat.

Kurangnya pasokan oksigen, perubahan detak jantung, dan gangguan saraf juga menjadi faktor utama terjadinya komplikasi jantung yang satu ini.

Pencegahan Gagal Jantung Kongestif

Menerapkan pola hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah terjadi kondisi ini. Berikut ini langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan, meliputi:

  • Olahraga teratur.
  • Tidak merokok.
  • Menghindari minuman beralkohol.
  • Konsumsi makanan bergizi dan kurangi konsumsi makanan berlemak.
  • Rutin medical check-up guna memastikan kondisi tubuh.

 

  1. Anonim. Congestive Heart Failure: Prevention, Treatment and Research. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/congestive-heart-failure-prevention-treatment-and-research. (Diakses pada 2 November 2022)
  2. Anonim. 2022. Congestive Heart Failure and Heart Disease. https://www.webmd.com/heart-disease/guide-heart-failure. (Diakses pada 2 November 2022)
  3. Anonim. 2021. Heart failure. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-failure/symptoms-causes/syc-20373142. (Diakses pada 2 November 2022)
  4. Macon, Brindles L. 2021. Congestive Heart Failure (CHF). https://www.healthline.com/health/congestive-heart-failure. (Diakses pada 2 November 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi