Terbit: 2 March 2019 | Diperbarui: 25 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Salah satu masalah pada sistem reproduksi yang sangat ditakuti oleh wanita adalah PCOS. Sindrom yang menyerang ovarium ini menyebabkan wanita susah untuk mengalami kehamilan. Tingginya hormon pria pada tubuh wanita menyebabkan menstruasi sering terganggu atau terhenti selama beberapa bulan.

PCOS dan Efek Depresi yang Ditimbulkan

Selain masalah kesuburan yang membuat wanita tersiksa, PCOS juga menyebabkan tubuh wanita mengalami masalah seperti diabetes dan juga gangguan jantung. Tanda dari kondisi ini yang paling mudah dikenali adalah munculnya tanda kelamin sekunder pada pria seperti muncul rambut di wajah dan tubuh serta kebotakan.

Sindrom ovarium polisistik ini juga menyebabkan depresi pada wanita. Depresi ini bisa terjadi seiring dengan berjalannya waktu dan harus segera diatasi agar tidak mengganggu wanita secara fisik dan mental.

Peluang terjadinya depresi pada wanita

Wanita dengan kondisi PCOS atau sindrom ovarium polisistik sangat rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Dari beberapa studi yang dilakukan, sekitar 27-50 persen wanita dengan PCOS dilaporkan mengalami depresi dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki PCOS.

Dari angka di atas terlihat sangat jelas kalau PCOS bisa menyebabkan masalah pada tubuh tidak hanya secara fisik saja, tapi juga mental. Kalau seseorang sudah didiagnosis memiliki PCOS, pendampingan dari suami harus dilakukan agar kondisi depresi tidak terbentuk.

Mengapa PCOS dan depresi sering muncul bersama?

Fakta tentang munculnya depresi pada penderita sindrom ovarium polisistik memang jelas terlihat. Namun, alasan mengapa dua hal ini muncul bersama-sama belum diketahui. Namun, beberapa peneliti menduga beberapa kondisi di bawah ini bisa memicunya.

  1. Kebal insulin

Sekitar 70 persen wanita yang mengalami PCOS akan kebal dengan insulin. Akibat kekebalan tubuh akan susah menggunakan glukosa yang ada di dalam darah. Sel tidak bisa membuat energi dan memicu kondisi diabetes atau pradiabetes kalau tidak segera diatasi dengan baik.

Resistensi insulin ini menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tertentu yang memicu kondisi depresi. Hormon akan membuat stres dan juga depresi berjalan cukup lama dan menyiksa banyak wanita yang mengalaminya.

  1. Stres

PCOS sendiri menyebabkan stres pada wanita. Kondisi stres ini muncul karena ada tanda fisik pria pada wanita seperti muncul kumis. Secara estetika, kondisi ini tentu tidak diinginkan oleh wanita karena bisa menyebabkan penurunan rasa percaya diri. Akhirnya mereka mengalami stres.

Kenaikan stres pada tubuh menyebabkan wanita mengalami peningkatan rasa cemas dan depresi. Akhirnya wanita tidak bisa mengendalikan mentalnya dengan baik. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita yang masih muda.

  1. Inflamasi

Peradangan yang terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polisistik tidak hanya terjadi pada bagian tubuh tertentu saja, misal di area perut bagian bawah. Sekujur tubuh akan mengalami rasa nyeri berlebihan sehingga wanita bisa dengan mudah merasakan kondisi tidak nyaman secara berlebihan.

Rasa nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di seluruh tubuh bisa menyebabkan peningkatan kortisol. Seperti yang kita tahu kortisol adalah hormon yang menyebabkan stres berlebihan pada tubuh. Kalau tubuh terus mengalami stres, lambat laun kondisi depresi akan muncul.

  1. Obesitas

Wanita dengan kondisi PCOS akan mudah mengalami masalah obesitas. Tubuh yang terus membesar dan lemak tidak bisa dikendalikan akan membuat siklus menstruasi semakin tidak lancar. Selain itu, kemungkinan terjadi penurunan rasa percaya diri pada wanita juga tidak bisa dicegah. Kalau kondisi ini terus berlanjut, depresi bisa saja terjadi.

Menangani PCOS yang membawa depresi

Penanganan PCOS yang hadir dengan depresi tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Dokter akan memberikan obat untuk membantu mengatasi sindrom ovarium polisistik secara medis. Wanita harus rutin mengkonsumsi obat yang diberikan agar tidak terjadi masalah.

Selanjutnya penganan dilakukan pada penyebab depresi seperti obesitas. Kondisi obesitas biasanya berhubungan dengan pola makan yang buruk dari seorang wanita. Itulah mengapa wanita disarankan menjaga pola makannya dengan baik agar berat badan bisa menurun. Selain berat badan, kekebalan pada insulin juga menurun.

Masalah yang dipicu oleh fluktuasi hormon bisa diatasi dengan menggunakan hormon dari pil KB atau sejenisnya. Kalau depresi sudah akut, terapi seperti meditasi mungkin dibutuhkan untuk membuat tubuh menjadi lebih tenang dan relaks. Pendampingan juga harus dilakukan hingga kondisi bisa membaik perlahan-lahan.

Karena menyebabkan depresi dan PCOS yang muncul bersama-sama ada banyak, kita harus mengenal tandanya. Dengan begitu penanganan yang sesuai bisa diberikan dengan cepat.

Risiko memiliki PCOS  dan depresi

PCOS yang terjadi pada wanita dan diikuti dengan depresi bisa menyebabkan beberapa masalah seperti beberapa hal di bawah ini.

  • Kenaikan berat badan yang berlebihan. Kondisi depresi akan membuat seseorang tidak memiliki kontrol yang baik dalam hal makan. Akhirnya seseorang dengan PCOS akan makan apa saja secara tidak terkontrol dan menyebabkan dirinya mengalami obesitas.
  • Obesitas yang muncul karena depresi akan semakin memperburuk kondisi sindrom ovarium polisistik itu sendiri. Oleh karena itu ada baiknya untuk mengontrol makan agar kondisi buruk tidak terus muncul bertubi-tubi.
  • Depresi yang tinggi akibat susahnya mendapatkan keturunan juga bisa menyebabkan seseorang mengalami masalah dengan mentalnya. Perubahan mood yang cukup cepat juga sering terjadi.
  • Keinginan untuk bunuh diri atau tidak ingin melanjutkan kehidupannya juga sangat besar. Itulah mengapa orang dengan kondisi PCOS dan depresi harus mendapatkan penanganan yang ekstra dan pendampingan.

Demikian ulasan tentang PCOS atau sindrom ovarium polisistik yang berhubungan langsung dengan depresi. Sekali lagi, tidak semua wanita dengan kondisi PCOS mengalami depresi. Namun, kalau depresi mendadak muncul, beberapa ulasan di bawah ini bisa digunakan untuk panduan agar tidak menjadi lebih parah.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi