Terbit: 8 April 2014
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Dokter Sehat – Aborsi yang dikarenakan oleh diri sendiri merupakan aborsi yang dilakukan oleh wanita hamil sendiri di luar sistem medis yang diakui, walaupun istilah dapat mencakup aborsi diinduksi melalui hukum, obat yang dijual bebas, & juga mengacu pada upaya untuk mengakhiri kehamilan melalui alternatif, berarti seringkali lebih berbahaya. Praktek semacam itu adalah ilegal di sebagian besar yurisdiksi bahkan di mana aborsi itu sendiri adalah legal dan dapat menimbulkan ancaman besar terhadap kehidupan seorang wanita. Aborsi bisa terjadi karena banyak alasan.

Bisa jadi karena kehadiran bayi tersebut di luar pernikahan, masalah ekonomi, ataupun masalah kesehatan ibu. Apapun alasannya, setelah melakukan ABORSI wanita pasti mengalami perubahan tak hanya segi fisik namun juga secara psikis. Usaha yang gagal untuk menginduksi seperti aborsi juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada janin.

Saat ini cukup umum di mana aborsi adalah ilegal atau tidak tersedia, tapi itu tidak terjadi di negara-negara maju juga. Wanita yang melakukan aborsi akan mengalami permasalahan dalam hal psikologis seperti di atas, baik yang melakukannya engan keinginan sendiri maupun karena alasan medis. Wanita yang baru melakukan aborsi memerlukan dukungan moral & juga dampingan. Mereka tak bisa dibiarkan sendiri karena bukan tak mungkin pikiran buruk dan depresi bisa berujung pada hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.

Berikut adalah beberapa efek buruk aborsi terhadap kesehatan mental wanita yang melakukannya :

1.Rasa bersalah
Wanita yang melakukan aborsi pasti mengalami rasa bersalah, baik itu aborsi yang dilakukan tanpa alasan ataupun aborsi karena alasan kesehatan. Bagi wanita yang melakukan aborsi dengan keputusannya sendiri akan merasa bersalah karena merasa telah membunuh janin dan tidak memberinya kesempatan hidup. Selain itu bagi wanita yang diharuskan aborsi karena masalah kesehatan bisa jadi merasa bersalah karena tak bisa mempertahankan bayinya atau mulai mempertanyakan apakah keputusannya tersebut tepat.

2.Kemarahan dan penyesalan
Seorang wanita harus memiliki mental yang kuat ketika mengambil keputusan untuk aborsi, tetapi terkadang kekuatan ini bisa berubah menjadi kemarahan dan rasa penyesalan nantinya. Kemarahan bisa ditujukan pada dirinya sendiri atau orang yang dianggap menyebabkan aborsi tersebut, dia juga akan merasakan penyesalan setelah melakukan aborsi tersebut.

3.Kehilangan
Rasa kehilangan sedikit banyaknya dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang dan cara pandangnya terhadap bayi yang sudah diaborsinya. Walaupun begitu, rasa kehilangan tentunya akan muncul pada pikiran wanita yang sudah melakukan aborsi terutama bagi mereka yang menganggap janin tersebut sudah seperti bayi.

4.Depresi
Wanita yang sedang hamil dan berharap memiliki bayi, namun pada akhirnya harus melakukan aborsi untuk masalah kesehatan tentunya bisa merasakan depresi karena kehilangan bayinya. Di beberapa kasus, depresi bisa sangat parah dan bisa berujung pada pikiran untuk bunuh diri. Aborsi secara emosional dan psikologis bisa membuat wanita terus-menerus memikirkan hal yang buruk.

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik :

1.Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2.Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3.Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4.Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

5.Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak

6.Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7.Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8.Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9.Kanker hati (Liver Cancer)

10.Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

11.Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi

12.Infeksi rongga panggul

13.Infeksi pada lapisan rahim


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi