Terbit: 10 May 2018 | Diperbarui: 24 January 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Tantrum bukanlah hal asing yang bisa terjadi pada anak-anak. Anak tantrum umumnya disebabkan karena anak belum bisa mengungkapkan dengan baik apa yang ia inginkan. Tantrum yang biasa terjadi pada anak disebut dengan tantrum frustrasi atau temper tantrum. Nah, pernahkah Anda mendengar istilah tantrum manipulatif?

Mengenal Tantrum Manipulatif pada Anak

Tantrum pada anak

Tantrum adalah sikap anak yang mengalami kemarahan hebat, biasanya diiringi dengan menangis, berteriak, melempar barang, menjatuhkan diri ke lantai, memukul dan banyak lagi. Meskipun terdengar membahayakan, namun tantrum sebenarnya merupakan cara anak untuk mengobservasi lingkungannya.

Gejala tantrum umumnya muncul sejak anak berusia 1 tahun dan berlangsung hingga 4 tahun. Hal ini disebabkan karena anak masih belajar cara untuk berkomunikasi dengan efektif karena anak-anak belum bisa mengungkapkan keinginan dengan kata-kata yang dapat dimengerti orang tua dan orang-orang di sekitarnya.

Tantrum umumnya disebabkan karena anak merasa lelah, lapar, sakit, atau merasa tidak nyaman. Kondisi ini yang disebut dengan tantrum frustrasi.

Apa itu tantrum manipulatif?

Tantrum manipulatif berbeda dengan tantrum frustrasi. Tantrum manipulatif dilakukan anak agar orang tua mau menuruti keinginannya. Tantrum manipulatif umumnya dilakukan anak ketika ia mendapat penolakan, sehingga emosi anak meledak. Hal ini dilakukan anak agar orang tua mengubah pendiriannya.

Misalnya, si kecil menginginkan mainan. Padahal Anda tahu ia sudah memiliki banyak mainan yang serupa di rumah. Ketika Anda tidak menurutinya, anak tidak ragu untuk berguling-guling di lantai, marah, menangis atau bahkan memukul agar Anda mau menuruti keinginannya.

Cara menghadapi tantrum manipulatif pada anak

Banyak orang tua mudah goyah pendiriannya ketika menghadapi anak yang tantrum manipulatif. Hal ini membuat anak merasa bahwa ia bisa mendapat keinginannya dengan marah atau tantrum. Tentunya kebiasaan ini akan sangat berbahaya jika terbawa hingga dewasa.

Untuk menghadapinya, sebaiknya orang tua tetap tenang menghadapi anak yang sedang tantrum. Jangan emosi, apalagia sampai membentak, memarahi dan memukul anak. Bicaralah dengan nada yang tenang namun tegas untuk menyampaikan pada anak bahwa perilakunya tidaklah benar.

Setelah itu jelaskan pada anak mengapa Anda tidak dapat memenuhi keinginannya. Yang juga penting untuk dipahami anak adalah bahwa dengan tidak memenuhi keinginannya, bukan berarti orang tua tidak menyayanginya, namun hal ini demi mendidik anak agar tidak mudah bersikap manja.

Kunci keberhasilan menghadapi anak tantrum adalah konsistensi dari sikap orang tua. Jika cara yang Anda lakukan tidak berhasil dan anak semakin parah, maka sebaiknya segera konsultasikan dengan psikolog atau pakar tumbuh kembang anak


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi