Terbit: 19 February 2020 | Diperbarui: 20 April 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Kelahiran prematur membuat bayi rentan yang namanya retinopati prematuritas. Kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Lantas, apa itu retinopati prematuritas?

Retinopati Prematuritas: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Apa Itu Retinopati Prematuritas?

Retinopati prematuritas adalah suatu penyakit mata yang menyerang bayi yang terlahir secara prematur dengan berat 1,25 kilogram atau di bawahnya (semakin ringan bobot tubuh, semakin besar risikonya). Retinopati prematuritas atau Retinopathy of prematurity (ROP) umumnya terjadi di kedua mata. Penyakit ini dipicu oleh adanya masalah pada pembuluh darah mata selama berada di dalam kandungan.

Akibat pembuluh darah terbentuk secara abnormal, hal ini lantas berdampak pada tidak lancarnya aliran oksigen menuju mata. Padahal, oksigen sangat diperlukan untuk tumbuh kembang mata. Alhasil, muncullah penyakit ROP tersebut.

Seberapa Umum Kasus Retinopati Prematuritas?

Laporan dari The National Eye Institute menuturkan bahwa dari total 3,9 juta bayi yang terlahir secara prematur setiap tahunnya di Amerika Serikat, sekitar 14-16 ribu di antaranya didiagnosis mengidap retinopati prematuritas. Akan tetapi, sebagian besar tergolong ke dalam ROP ringan.

Fakta ini membuat para orang tua bisa bernapas lega karena perlu diketahui, ROP dalam skala ringan cenderung tidak berbahaya dan bahkan bisa sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan penanganan medis lebih lanjut.

Kendati demikian, fakta bahwa ada sekitar 1,100-1,500 bayi lainnya yang mengalami ROP stadium tinggi juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Oleh sebab itu, para orang tua yang kebetulan melahirkan bayinya secara prematur perlu melakukan penanganan medis sedini mungkin guna meminimalisir risiko sang buah hati menderita ROP yang lebih serius.

Ciri dan Gejala Retinopati Prematuritas

Retinopati prematuritas idealnya memerlukan pemeriksaan khusus pada mata untuk mendeteksi gejala-gejalanya. Pemeriksaan tersebut lumrah dilakukan pada bayi yang lahir secara prematur di mana tentunya berpotensi mengidap ROP tersebut.

Bayi kemungkinan besar ROP apabila saat pemeriksaan ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Pupil berwarna putih
  • Mata juling
  • Gerakan mata tidak wajar
  • Pembengkakan pembuluh darah mata
  • Pembuluh darah mata pecah

Penyebab Retinopati Prematuritas

Penyebab retinopati prematuritas adalah adanya abnormalitas pada pembuluh darah mata yang mana pembuluh darah tersebut lantas menyebar ke penjuru retina. Sifat pembuluh darah yang rentan ini membuatnya sewaktu-waktu dapat pecah dan menyebabkan luka pada retina hingga membuat bagian mata tersebut terlepas dari dinding mata.

Mengapa ROP bisa terjadi? Hal ini sejatinya dipicu oleh kelahiran prematur itu sendiri. Perlu diketahui, pada saat usia kehamilan memasuki minggu ke-16, pembuluh darah mulai tumbuh dan berkembang di saraf optik mata dari janin.

Seiring berjalannya waktu, pembuluh darah tersebut terus bertumbuh hingga mendekati tepi retina. Pembuluh darah kemudian berfungsi sebagai pemasok oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan selama proses pembentukan mata.

Apabila bayi lahir di waktu yang seharusnya, ini artinya proses tumbuh kembang pembuluh darah tersebut sudah hampir selesai dan butuh kurang lebih 1 bulan pasca kelahiran sampai retina mata terbentuk dengan sempurna.

Ketika bayi lahir secara prematur, proses tumbuh kembang pembuluh darah mata yang seharusnya masih berlangsung—karena belum mencapai tepi retina—menjadi terhenti. Alhasil, pembuluh mata belum terbentuk secara sempurna.

Akibat pembuluh darah tidak terbentuk dengan sempurna, fungsinya untuk mengalirkan oksigen ke organ penglihatan tersebut menjadi terganggu. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan guna menunjang fungsi mata.

Pada kasus yang parah, kondisi ini lantas berujung pada lepasnya retina dari bola mata yang mana menyebabkan penderita ROP mengalami penurunan fungsi penglihatan. Kondisi ini dalam dunia medis disebut sebagai ablasi retina. Ablasi retina adalah penyebab penderita ROP pada akhirnya mengalami buta permanen.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Penanganan medis sedini mungkin penting untuk dilakukan pada penderita retinopati prematuritas. Hal ini semata-mata demi meminimalisir gangguan mata yang satu ini bertambah buruk dan berujung pada komplikasi.

Oleh sebab itu, apabila Anda melahirkan secara prematur, segera berkonsultasi dengan dokter guna menentukan langkah penanganan lebih lanjut. Pula, jangan tunda untuk langsung mengunjungi dokter apabila pada buah hati Anda ditemukan gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini.

Diagnosis Retinopati Prematuritas

Guna mendiagnosis ROP, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berkala pada bayi. Umumnya, pemeriksaan ini dilakukan setiap 1-2 minggu sekali (berlaku juga untuk kasus ROP ringan) dan berlangsung sejak bayi berusia 1 bulan. Pemeriksaan lanjutan setiap 4-6 minggu akan dilakukan apabila ROP tak kunjung sembuh.

Salah satu cara yang dilakukan oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan adalah dengan meneteskan cairan khusus yang berfungsi untuk melebarkan pupil. Hal ini membantu dokter untuk dapat melihat mata dan bagian-bagiannya dengan baik.

Tujuan dari diagnosis ini adalah untuk mengetahui lokasi pembuluh darah yang abnormal, bagaimana bentuk pembuluh darah yang abnormal tersebut, hingga tingkat keparahannya. Melalui prosedur diagnosis ini jugalah dokter dapat menentukan stadium ROP yang mana hal ini berkaitan dengan metode pengobatan yang nantinya diterapkan.

Stadium Retinopati Prematuritas

Berdasarkan hasil diagnosis, dokter akan menentukan stadium ROP yang diderita oleh pasien. Stadium atau tingkat keparahan penyakit ini terbagi menjadi 5 stadium, yaitu:

  • Stadium I, adalah ROP yang masuk ke dalam kategori ringan. Pada kasus ini, telah terdeteksi adanya abnormalitas minor pada pembuluh darah.
  • Stadium II, adalah ROP yang memiliki abnormalitas pembuluh darah yang lebih tinggi ketimbang ROP stadium I namun masih bisa dikatakan ringan dan biasanya juga tidak tidak memerlukan penanganan khusus.
  • Stadium III, adalah ROP yang tingkat abnormalitas pembuluh darahnya sudah cukup parah dan memerlukan penanganan khusus.
  • Stadium IV, adalah kondisi ketika ROP sudah sampai menyebabkan retina terlepas meskipun hanya sebagian.
  • Stadium V, adalah stadium ROP paling tinggi. Pada kasus ini, retina telah mengalami ablasi total.

Stadium ROP ini menentukan metode pengobatan yang tepat untuk diterapkan sekaligus mengukur peluang kesembuhan penderita.

Pengobatan Retinopati Prematuritas

Pada kasus ROP ringan, pengobatan secara khusus biasanya tidak diperlukan. Pasalnya, retinopati prematuritas yang masih dalam stadium awal bisa sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku apabila ROP yang dialami tergolong ke dalam stadium tinggi (stadium III hingga stadium V). Dokter lazimnya akan melakukan penanganan medis secara khusus yang di antaranya terdiri dari:

1. Terapi Laser

Sesuai dengan namanya, metode pengobatan ROP yang satu ini dilakukan dengan cara menyinari retina dengan sinar laser dengan intensitas kecil.

Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk menghentikan aktivitas pertumbuhan pembuluh darah abnormal pada retina dengan cara menghancurkan tepi retina. Tindakan operasi biasanya membutuhkan waktu 30-45 menit untuk setiap mata.

Kendati mayoritas operasi laser berjalan lancar, sayangnya hal ini—tidak semuanya—harus dibayar dengan hilangnya kemampuan penglihatan ke objek samping (periferal).

2. Krioterapi

Cara mengobati ROP yang selanjutnya adalah dengan metode krioterapi (cryotherapy). Pada metode ini, mata pasien akan diberikan material beku. Tujuannya tetap sama, yakni untuk menghancurkan tepi retina guna menghentikan perkembangan pembuluh darah abnormal pada bagian mata tersebut.

Krioterapi adalah metode penyembuhan ROP konvensional. Serupa dengan terapi laser, tindakan ini dapat berujung pada hilangnya kemampuan melihat secara periferal.

3. Injeksi

Injeksi adalah metode penanganan ROP yang paling baru. Pengobatan dilakukan dengan cara menyuntikkan obat antikanker ke masing-masing mata. Obat-obatan antikanker seperti avastin dipercaya dapat menghentikan pertumbuhan pembuluh darah abnormal pada retina.

Kendati demikian, metode injeksi ini masih harus diteliti lebih lanjut guna memastikan keamanannya dalam menyembuhkan ROP.

4. Scleral Buckling

Scleral buckling adalah metode pengobatan yang dilakukan dengan cara memasang karet berbahan silikon pada area putih dari mata.

Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mencegah gel vitreous menarik jaringan parut sekaligus membuat retina kembali lagi ke dinding mata. Karet tersebut akan dilepas setelah beberapa bulan atau tahun kemudian guna menghindari rabun jauh seiring dengan mata yang terus mengalami pertumbuhan.

5. Vitrektomi

Vitrektomi adalah prosedur pengangkatan vitreous untuk kemudian diganti dengan larutan garam. Setelah diangkat, jaringan parut yang terbentuk di retina akan dipotong. Dengan demikian, retina dapat kembali menempel pada dinding mata.

Sama seperti scleral buckling, vitrektomi dilakukan apabila retinopati yang diderita oleh pasien sudah memasuki stadium tinggi, tepatnya stadium IV sampai stadium V.

Komplikasi Retinopati Prematuritas

Retinopati prematuritas yang tidak segera ditangani bisa berujung pada sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Mata juling (strabismus)
  • Rabun jauh
  • Rabun dekat
  • Amblyopia
  • Glaukoma
  • Kebutaan permanen

Komplikasi-komplikasi tersebut biasanya baru muncul ketika seseorang memasuki usia anak-anak atau bahkan dewasa.

Pencegahan Retinopati Prematuritas

Oleh karena penyakit ini disebabkan oleh kelahiran prematur, maka cara mencegahnya tentu saja dengan menghindari bayi Anda lahir secara prematur.

Kelahiran prematur sendiri dipengaruhi oleh sejumlah faktor risiko, yaitu:

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Beberapa faktor risiko bisa dikatakan tidak bisa diubah seperti:

  • Wanita berusia 17 tahun atau di atas 35 tahun berpotensi melahirkan bayinya secara prematur
  • Orang Afrika lebih rentan mengalami kelahiran prematur dibanding orang dari etnis lainnya

2. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kehamilan dan Reproduksi

Faktor risiko kelahiran prematur yang berkaitan dengan kehamilan dan reproduksi adalah:

  • Riwayat kelahiran prematur
  • Ada anggota keluarga yang pernah melahirkan secara prematur
  • Hamil anak kembar
  • Interval dengan kehamilan sebelumnya 18 bulan
  • Mengikuti program bayi tabung
  • Riwayat gangguan kesehatan pada serviks dan uterus

3. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Masalah Kesehatan Umum

Faktor risiko kelahiran prematur yang berhubungan dengan masalah kesehatan umum di antaranya:

  • Gangguan pola makan
  • Obesitas
  • Kekurangan berat badan
  • Diabetes
  • Trombofilia
  • Tekanan darah tinggi
  • Preeklampsia

4. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Gaya Hidup

Melahirkan bayi secara prematur juga sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, seperti:

  • Stres
  • Merokok (atau terpapar asap rokok)
  • Mengonsumsi alkohol
  • Mengonsumsi narkoba

Celakanya, tindakan kekerasan fisik maupun mental yang Anda alami juga berpotensi menyebabkan komplikasi pada kehamilan tak terkecuali melahirkan secara prematur. Oleh sebab itu, sebisa mungkin hindari faktor-faktor risiko tersebut.

Konsultasikan pada dokter perihal kemungkinan-kemungkinan Anda melahirkan secara prematur. Rutin melakukan pemeriksaan medis dan menjaga kesehatan selama kehamilan juga menjadi kunci utama dalam meminimalisir terjadinya ROP. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. What is Retinopathy of Prematurity? https://www.webmd.com/eye-health/retinopathy-prematurity-facts#1 (Diakses pada 19 Februari 2020)
  2. Wells, D. 2018. Eye and Ear Problems in Premature Babies. https://www.healthline.com/health/pregnancy/premature-baby-eyes-ears (Diakses pada 19 Februari 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi