Terbit: 27 August 2016 | Diperbarui: 28 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Akhir-akhir ini sangat sering terdengar oleh kita istilah minuman dan makanan detoks namun terkadang kita belum mengenal betul secara mendalam istilah ini. Detoksifikasi atau dikenal dengan detoks adalah proses pembersihan toksin/racun pada tubuh dengan tujuan untuk menyehatkan tubuh. Proses detoks atau pengeluaran toksin dari tubuh dapat kita digolongkan menjadi dua proses yaitu :

Mengenal Istilah Detosifikasi

  1. Detosifikasi secara alamiah
  2. Detosifikasi secara medis.

Detosifikasi secara alamiah
Detosifikasi secara alamiah merupakan proses alamiah tubuh setiap saat dalam mengeluarkan racun dalam wujud keringat, urine, tinja, kotoran haid, dll. Tubuh dalam kondisi normal dan sehat dapat mengeluarkan toxin atau zat-zat asing sisa-sisa metabolisme atau sel-sel mati yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh. Meskipun demikian tidak semua toksin pada tubuh dapat dibuang secara tuntas, karena tubuh memiliki kemampuan terbatas sehingga hanya dalam jumlah tertentu toksin dapat dikeluarkan oleh tubuh kita. Tubuh kita tidak mampu mengeluarkan toksin untuk jumlah yang berlebihan, sehingga untuk mengoptimalkan proses detosifikasi tubuh membutuhkan bantuan dari luar.

Detosifikasi secara medis
Detosifikasi secara medis adalah proses detoks yang dilakukan dengan cara bantuan medis, biasanya dilakukan pada orang yang mengalami ganguan kerusakan organ tubuh tertentu atau keracunan. Tanpa bantuan secara medis, tubuh tidak mampu lagi menyaring dan membuang toksin. Detosifikasi medis dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun dengan bantuan mekanis. Cara kimia yaitu dengan memberikan zat-zat penetral atau serum, yang biasanya dilakukan pada penderita keracunan akut, sedangkan secara mekanis dengan menggunakan peralatan medis contohnya antara lain alat medis hemodialysis set yaitu alat untuk pencuci darah pada penderita gagal ginjal.

Mengapa tubuh kita perlu detoks?
Tubuh kita pada kondisi berturut-turut mendapatkan pola makan yang tidak baik, atau banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung residu bahan kimia, serta kurang berolah raga akan mengalami penurunan daya tahan (sistem imun). Penurunan daya tahan tubuh akan mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang zat-zat asing atau zat-zat sampah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, contohnya zat pewarna sintetis, zat pengawet, pelunak, zat penyedap makanan, juga zat-zat yang terbawa pada bahan-bahan makanan seperti residu bahan kimia pestisida, herbisida, pupuk kimia yang terbawa pada produk hasil pertanian serta bahan-bahan kimia yang kita hirup dari udara dalam bentuk polusi timah yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan asap pabrik, serta bahan kimia yang mencemari air minum yang berbahaya bagi tubuh kita contohnya mercury, dll.

Seiring dengan perkembangan teknologi tentu kita kesulitan menemukan makanan yang betul-betul sehat, dalam arti memiliki gizi yang baik serta bebas dari residua tau cemaran zat-zat asing tersebut. Pada tubuh kita zat-zat tersebut merupakan toksin yang dapat merusak sel-sel tisue atau menjadi zat karsinogenik yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel kanker.
Menurut para medis kerusakan sel tisue pada organ tubuh akan berpotensi terhadap terjangkitnya penyakit, dan kelebihan zat karsinogenik juga berpotensi terjadi penyimpangan pertumbuhan sel tubuh yang kita kenal dengan kanker, tumor, dll.

Penumpukan toksin akan tertimbun dalam tubuh kita dan sangat berbahaya bagi kesehatan, sehingga kita perlu melakukan detosifikasi. Detosifikasi secara optimal dapat diperoleh dengan jalan melakukan berpuasa, dan menyuplai tubuh dengan makanan yang berkualitas tinggi (memiliki nutrisi sesuai kebutuhan tubuh dan bebas dari residu bahan kimia).
Menurut hasil penelitian, dengan mengistirahatkan atau mengurangi sistem kerja organ tubuh, ternyata tubuh kita akan lebih mudah untuk mengeluarkan toksin. Makan makanan yang berkualitas akan meningkatkan kekebalan tubuh serta membantu tubuh untuk membangun sel-sel pertumbuhan serta meregenerasi sel-sel yang rusak.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi