Terbit: 2 March 2020 | Diperbarui: 9 May 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Malnutrisi masalah gizi pada anak yang hingga saat ini masih menjadi salah satu isu kesehatan besar di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Berbagai masalah gizi bisa dialami oleh anak-anak. Lantas, apa saja masalah gizi pada anak yang patut diwaspadai?

9 Masalah Gizi pada Anak (Ketahui & Waspadai)

Masalah Gizi pada Anak, Apa Itu?

Gizi adalah kebutuhan dasar manusia agar tubuhnya senantiasa sehat dan dapat berfungsi dengan baik. Terutama pada anak-anak, gizi sangat diperlukan untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya. Sayangnya, banyak anak yang mengalami masalah gizi (dalam dunia medis disebut sebagai malnutrisi).

Masalah gizi pada anak terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG) sesuai usianya, entah itu kekurangan atau kelebihan sekalipun. Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), di Indonesia sendiri masalah gizi terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

  • Masalah gizi yang sudah terkendali
  • Masalah gizi yang belum terselesaikan (unfinished)
  • Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat (emerging)

Berbagai Macam Masalah Gizi pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Mencukupi kebutuhan gizi anak sudah sepantasnya dilakukan oleh para orang tua. Pasalnya, gizi yang tidak terpenuhi dapat membuat anak berisiko mengalami salah satu dari masalah gizi berikut ini!

1. Kekurangan Vitamin A

Menurut Kemenkes RI, kekurangan vitamin A (KVA) sebenarnya termasuk ke dalam masalah gizi anak Indonesia yang sudah dapat dikendalikan. Meskipun begitu, tetap saja Anda harus waspada mengenai kemungkinan buah hati tercinta mengalami kondisi yang satu ini.

Pasalnya, kurangnya asupan vitamin A ke dalam tubuh dapat meningkatkan risiko anak terkena beberapa jenis masalah kesehatan seperti:

  • Gangguan fungsi penglihatan
  • Gangguan pencernaan (diare)
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh
  • Campak

Vitamin A bisa diperoleh dari makanan seperti buah dan sayur, pun melalui suplemen multivitamin yang banyak beredar di pasaran. Pastikan kadar vitamin A yang diberikan sesuai dengan AKG anak Anda. Jika ragu, berkonsultasilah dengan dokter spesialis gizi.

2. Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)

Masalah gizi pada anak usia prasekolah maupun usia sekolah dasar selanjutnya adalah Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI).

Sama seperti KVA, GAKI juga sebenarnya sudah termasuk ke dalam jenis masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan. Hal ini tak lepas dari peran Pemerintah Indonesia yang sejak tahun 1994 sudah mewajibkan produsen garam untuk memproduksi garam dengan kandungan iodium minimal 30 ppm.

Kekurangan iodium pada tubuh tentunya harus dihindari. Pasalnya, kondisi ini bisa berujung pada sejumlah gangguan kesehatan. Salah satu yang umum dikenal adalah pembesaran kelenjar tiroid atau biasa disebut sebagai penyakit ‘gondok’.

3. Anemia Gizi

Anemia adalah kondisi ketika tubuh tidak memiliki volume darah yang cukup. Padahal, darah berfungsi untuk menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Masalah gizi pada anak yang satu ini akan tetapi juga sudah dapat dikendalikan.

Data dari Kemenkes RI menyebutkan bahwa prevalensi anemia gizi pada anak usia 2-5 tahun mengalami penurunan 51,5 persen di tahun 1995 menjadi 25 persen di tahun 2006 dan kembali menurun menjadi 17,6 persen di tahun 2011.

Anemia sendiri ditandai oleh sejumlah gejala seperti:

  • Kepala pusing
  • Badan lemas
  • Wajah pucat
  • Jantung berdebar-debar

4. Stunting

Stunting adalah salah satu masalah gizi anak Indonesia yang sayangnya, sampai saat ini juga belum bisa benar-benar terselesaikan. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tinggi badan anak mengalami hambatan. Alhasil, anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak lain yang seusia.

Stunting terjadi ketika anak tidak mendapat asupan gizi yang mencukupi, mulai dari dalam kandungan hingga ia dilahirkan. Beberapa gejala yang bisa dikatakan sebagai stunting adalah:

  • Tinggi badan lebih pendek daripada rata-rata anak di umur yang sama.
  • Berat badan kurang dari indeks massa tubuh (IMT) untuk ukuran anak seusianya.
  • Ukuran lengan dan kaki tidak proporsional.
  • Pertumbuhan hormon terlambat, sehingga anak terlihat tampak lebih muda dari yang seharusnya.

Pada tahun 2010, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 35,6 persen yang berarti 1 dari 3 anak kemungkinan mengalami permasalahan gizi yang satu ini.

5. Kwashiorkor

Selama masa pertumbuhan, anak juga wajib mendapat asupan protein yang mencukupi. Kekurangan protein dapat menimbulkan masalah gizi yang dikenal dengan nama kwashiorkor.

Kwashiorkor adalah salah satu jenis malnutrisi yang terjadi akibat rendahnya kadar protein di dalam tubuh. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan mengingat peran protein yang sangat penting bagi tubuh, salah satunya merawat kesehatan dan fungsi jaringan tubuh.

Kwashiorkor ditandai oleh ciri khas yakni perut yang tampak membesar. Pembesaran perut ini terjadi karena adanya penumpukan cairan (asites) di dalamnya. Selain itu, masalah kesehatan gizi ini juga memiliki gejala seperti berikut:

  • Pembengkakan di beberapa area tubuh
  • Perubahan warna kulit
  • Defisiensi massa otot
  • Wajah tampak sembab
  • Tubuh terasa lemas
  • Diare

 

6. Marasmus

Sementara itu, marasmus adalah masalah gizi pada anak yang terjadi karena anak tidak mendapat asupan sumber energi yang mencukupi. Sama seperti masalah gizi yang lainnya, marasmus ini harus segera ditangani sebelum kondisi anak bertambah buruk.

Ciri-ciri anak mengalami marasmus antara lain sebagai berikut:

  • Perut tampak cekung
  • Berat badan menurun drastis
  • Mudah menangis
  • Kulit mengkerut

7. Berat Badan Kurang (Underweight)

Salah satu permasalahan gizi pada anak yang cukup umum terjadi adalah berat badan yang kurang dari kata ideal. Ada sejumlah faktor yang bisa memicu terjadinya kondisi ini, salah satu yang paling umum adalah kurangnya nutrisi yang diberikan seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Alhasil, secara fisik anak akan terlihat kurus yang mana ketika ditimbang berat badannya, hasilnya juga ternyata kurang dari berat badan ideal untuk ukuran anak pada usia tersebut.

Jika kondisi ini terus-menerus dibiarkan, dikhawatirkan anak akan rentan terserang penyakit seperti infeksi. Pun, biasanya anak yang mengalami underweight cenderung mudah lelah saat beraktivitas.

8. Berat Badan Berlebih (Overweight)

Sebaliknya, ada anak yang justru berat badannya berada di atas berat badan ideal. Berat badan yang melebihi batas ideal juga menjadi masalah gizi pada anak yang perlu mendapat perhatian dari Anda para orang tua.

Pasalnya, berat badan berlebih juga tidak baik bagi kesehatan anak. Selain membuat pergerakan tubuh menjadi agak terbatas, kondisi ini pada perkembangannya bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit seperti jantung dan stroke.

9. Obesitas

Pada kasus yang lebih parah, overweight berujung pada kondisi yang dikenal sebagai obesitas. Anak yang mengalami obesitas memiliki berat badan yang bisa dikatakan jauh melebihi berat badan yang seharusnya.

Hal ini bisa diukur dari perbandingan antara tinggi badan dan berat badan anak tersebut. Atau, secara fisik anak dengan obesitas terlihat sangat gemuk. Penggemukkan ini dikarenakan adanya penumpukan jaringan lemak di dalam tubuh.

Anak bisa mengalami obesitas karena banyaknya energi yang masuk sementara energi yang dikeluarkan sedikit. Akibatnya, energi yang tidak terpakai mengendap hingga menjadi lemak. Kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat membuat anak menjadi sulit menggerakkan tubuhnya dan tentu saja, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular di masa mendatang.

 

  1. Anonim. Obesity. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/symptoms-causes/syc-20375742 (Diakses pada 2 Maret 2020)
  2. Brazier, Y. 2020. Malnutrition: What you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/179316 (Diakses pada 2 Maret 2020)
  3. Fenn, B. Malnutrition in Humanitarian Emergencies. https://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/publications/idhe_2009_london_malnutrition_fenn.pdf (Diakses pada 2 Maret 2020)
  4. McGurgan, H dan Jessica, K. 2018. Understanding Delayed Growth and How It’s Treated. https://www.healthline.com/health/delayed-growth-symptom (Diakses pada 2 Maret 2020)
  5. Mehta, F. 2018. Marasmus: A Type of Malnutrition. https://www.medicalnewstoday.com/articles/313185 (Diakses pada 2 Maret 2020)
  6. Nall, R. 2018. Why Does the Stomach Bloat When Starved? https://www.medicalnewstoday.com/articles/322453 (Diakses pada 2 Maret 2020)
  7. Rokom. 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok Permasalahan Gizi di Indonesia. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20121121/286362/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia/
  8. WHO. What is Malnutrition. https://www.who.int/features/qa/malnutrition/en/ (Diakses pada 2 Maret 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi