Terbit: 26 August 2019 | Diperbarui: 7 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Penyakit kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terdapat pada permukaan atau dalam indung telur (ovarium) wanita. Seorang wanita normalnya memiliki dua buah ovarium dengan bentuk dan ukurannya mirip seperti kacang almon, yang terletak pada kedua sisi kanan dan kiri uterus. Dalam siklus bulanannya seorang wanita akan mengalami perkembangan dan pematangan telur dalam ovarium.

Kista Ovarium: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Sebagian besar wanita umumnya memiliki kista ovarium, dengan ukuran kecil, tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang tanpa terapi apapun dalam waktu beberapa bulan. Namun, pada beberapa kasus kista dapat pecah (rupture) sehingga menimbulkan masalah yang serius.

Penyebab Kista Ovarium

Sebagian besar kista ovarium terjadi akibat perkembangan selama siklus menstruasi dan disebut juga dengan kista tipe fungsional, sedangkan untuk jenis kista tipe lain jarang terjadi. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai penyebab kista ovarium:

1. Kista fungsional

Ovarium wanita memiliki beberapa folikel yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang dapat membantu dalam proses pelepasan sel telur saat menstruasi. Dari beberapa perkembangan folikel ini dapat berubah menjadi suatu kista fungsional.

Ada 2 jenis kista fungsional yang paling umum yaitu kista folikuler dan kista korpus luteum. Kista ini umumnya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri, dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam 2 sampai 3 kali siklus menstruasi.

2. Kista jenis lain

Perlu diketahui bahwa kista ini tidak disebabkan dari siklus menstruasi normal seorang wanita. Berikut beberapa contoh kista jenis lain, di antaranya:

  • Kista dermoid

Disebut juga dengan teratoma. Kista ini berisikan beberapa jaringan seperti rambut, kulit dan kuku (terbentuk dari sel embrionik). Kista ini bersifat ganas (kanker).

  • Kistadenoma

Kista ini terdapat pada permukaan ovarium, yang di mana kantung kista berisikan cairan seperti mukus.

  • Endometrioma

Merupakan suatu kista yang terbentuk dari jaringan/sel endometrium uterus (endometriosis) yang menginvasi ovarium.

Pada kasus kista dermoid dan kistadenoma merupakan kista yang paling sering menyebabkan torsi (terpuntir) ovarium, yang dapat menyebabkan terhentinya aliran darah menuju ovarium.

Faktor Risiko Kista Ovarium

Berikut beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kista ovarium, di antaranya:

1. Masalah hormonal

Kista ovarium sebagian besar disebabkan karena masalah hormonal termasuk obat-obatan/ orang yang sedang mendapatkan terapi hormonal sebelumnya (seperti klomifen).

2. Kehamilan

Pada saat hamil, sistem hormonal akan berubah drastis. Hal ini adalah terkadang dapat pula mencetuskan timbulnya kista ovarium

3. Endometriosis

Endometriosis merupakan jaringan/sel endometrium yang tumbuh di luar rahim dan apabila menempel pada ovarium dapat menyebabkan terbentuknya kista.

4. Infeksi sekitar pelvis

Infeksi khususnya di area sekitar panggul (pelvis), terkadang apabila menyebar ke ovarium dapat menyebabkan terbentuknya kista.

5. Kista ovarium sebelumnya

Wanita dengan riwayat kista sebelumnya, memiliki risiko untuk timbul kista kembali di kemudian hari.

Gejala Kista Ovarium

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa sebagian besar dari kista ovarium merupakan kista yang kecil, tidak bergejala dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa waktu. Namun, untuk beberapa kasus tertentu kista dapat pula menimbulkan gejala seperti:

  • Nyeri atau kembung di perut.
  • Kesulitan kencing, atau sering buang air kecil.
  • Sakit yang ‘tajam’ dan tak jelas di panggul bawah.
  • Nyeri selama hubungan seksual.
  • Demam.
  • Mual atau muntah.
  • Kehilangan nafsu makan, perut merasa penuh (kembung).

Terkadang penyakit kista adalah penyakit yang dilematis. Karena Anda mungkin tidak menyadari memiliki kista ovarium hingga mengunjungi dokter untuk pemeriksaan panggul. Kista ovarium bisa menyebabkan masalah serius jika mereka memelintir (memutar/torsio), berdarah, atau pecah.

Komplikasi Kista Ovarium

Dalam pemeriksaan panggul, sering ditemukan jenis kista fungsional dan tidak jarang juga ditemukan beberapa jenis kista tipe lainnya. Pada beberapa kasus, massa kistik ovarium ini dapat pula berkembang menjadi ganas (malignant) terutama saat memasuki masa menopause. 

Maka dari itu penting sekali dilakukan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi sedini mungkin kista ovarium, untuk mencegah terjadinya kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Berikut beberapa komplikasi terkait dengan kista ovarium:

1. Torsi

Kista yang besar dapat memungkinkan ovarium memutar (torsi ovarium). Pemutaran ovarium ini dapat menimbulkan gejala berupa nyeri panggul yang tiba-tiba, mual dan muntah. Selain itu torsi ovarium ini juga dapat menghambat atau bahkan menghentikan aliran darah menuju ovarium.

2. Kista pecah (rupture)

Kista yang besar dapat pula pecah (robek), sehingga menimbulkan nyeri yang hebat disertai dengan perdarahan internal. Semakin besar ukuran kista, kemungkinan untuk terjadinya rupture juga semakin meningkat. Aktivitas fisik yang kuat yang terutama melibatkan pergerakan daerah panggul, seperti sanggama, dapat pula meningkatkan risiko pecahnya kista ini.

3. Kanker

Dalam kasus yang jarang terjadi, kista ovarium mungkin merupakan bentuk awal dari suatu kanker (teratoma, kistadenoma, endometrioma).

Diagnosis Kista Ovarium

Dokter kandungan/ginekolog dapat mendeteksi kista ovarium selama pemeriksaan panggul rutin. Dokter mungkin akan merasakan benjolan/ pembengkakan pada salah satu ovarium Anda dan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti:

1. USG

Tes ultrasonografi (USG) adalah tes pencitraan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran organ internal Anda, dalam hal ini adalah ovarium. Tes USG membantu menentukan ukuran, lokasi, bentuk, dan komposisi (padat atau berisi cairan) dari suatu kista.

2. Tes CT scan, MRI, & PET

Tes pencitraan lainnya seperti, computed tomography (CT) scan, magnetic resonance imaging (MRI), dan tomografi emisi positron (PET) adalah tes yang dapat memberikan pencitraan lebih rinci dibanding USG. Dokter dapat menggunakan pemeriksaan ini untuk massa/kista yang dicurigai tumor ovarium dan dapat pula melihat apakah terdapat penyebaran dan seberapa jauh penyebarannya.

3. Tes darah

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk memeriksa beberapa kadar hormon. Ini dapat meliputi pemeriksaan luteinizing hormone (LH), follicle stimulating hormone (FSH), hCG, estrogen, dan progesteron.

4. Laparoskopi

Laparoskopi merupakan alat multifungsi yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis sekaligus menerapi pasien. Laparoskopi menggunakan instrumen yang tipis yang dimasukkan ke perut melalui lubang kecil untuk melihat kondisi ovarium dan sekaligus dapat mengangkat kista bila memungkinkan.

5. Tes CA-125

Merupakan pemeriksaan penunjang dengan mengukur suatu protein darah yang disebut Cancer Antigen 125 (CA-125), yang di mana protein ini biasanya meningkat pada wanita dengan kanker ovarium.

Dokter biasanya akan memeriksakan penunjang ini, bila kista ovarium memiliki risiko tinggi untuk kemungkinan terjadinya suatu kanker. Pemeriksaan CA-125 juga dapat meningkat pada keadaan non-kanker seperti endometriosis, fibrosis uterus, dan penyakit inflamasi pelvis lainnya.

Pengobatan Kista Ovarium

Kebanyakan kista ovarium akan sembuh sendiri. Jika Anda tidak memiliki gejala yang mengganggu, terutama jika Anda belum menopause, dokter mungkin menganjurkan untuk ‘menunggu namun tetap waspada’ dan tidak melakukan pengobatan kista ovarium atau perawatan kista ovarium  secara terburu-buru.

Dokter tidak akan melakukan pembedahan, terutama bila ukuran kista masih dirasa cukup kecil untuk diangkat. Tapi dokter akan memeriksa setiap satu sampai tiga bulan untuk melihat apakah telah ada perubahan dalam kista sebelum melakukan pengobatan kista ovarium atau perawatan kista ovarium tersebut.

Pengobatan untuk kista sendiri tergantung dari umur Anda, tipe dan jenis kista, serta gejala yang ditimbulkan. Dokter biasanya akan menyarankan Anda: 

1. Obat-obatan

Jika Anda memiliki kista ovarium berulang, dokter dapat meresepkan kontrasepsi oral untuk menghentikan ovulasi dan mencegah perkembangan kista baru. Obat kista ini juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Risiko kanker ovarium lebih tinggi pada wanita pascamenopause.

2. Pembedahan/operasi

Terdapat dua jenis operasi yang bisa dilakukan untuk pengobatan kista ovarium, diantaranya:

  • Laparoskopi

Telah disinggung sebelumnya bahwa laparoskopi dapat digunakan pula untuk pengobatan kista selain berfungsi sebagai alat membantu menegakkan diagnosis. Laparoskopi menggunakan sayatan sangat kecil, instrumen tipis dimasukkan ke dalam perut untuk mengangkat kista. Teknik ini dapat dilakukan untuk kista dengan ukuran yang kecil.

  • Laparotomi

Prosedur ini melibatkan sayatan yang lebih besar di perut. Dokter lebih memilih teknik ini untuk kista dengan ukuran yang lebih lebih besar dan kanker ovarium.

Pencegahan Kista Ovarium

Kista ovarium tidak dapat dicegah. Namun, pemeriksaan ginekologi secara rutin dapat mendeteksi kista ovarium sejak dini. Karena itu, penting untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter kandungan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Beri tahu dokter jika mengalami Anda mengalami gejala, seperti:

  • Nyeri hebat di daerah panggul.
  • Perubahan siklus menstruasi.
  • Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
  • Kehilangan selera makan, perut kembung disertai mual dan muntah.

 

  1. Anonim. 2019. Ovarian cysts. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cysts/diagnosis-treatment/drc-20353411. (Diakses 26 Agustus 2019).
  2. Higuera, Valencia. 2015. Ovarian Cysts. https://www.healthline.com/health/ovarian-cysts#prevention. (Diakses 26 Agustus 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi