Terbit: 23 September 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

X-Ray atau rontgen adalah salah satu dari sejumlah metode pencitraan (imaging) yang umum dilaksanakan oleh dokter guna memeriksa bagian dalam tubuh pasien yang sedang ditangani. Hal ini umumnya apabila pasien terindikasi mengalami penyakit di dalam tubuh. Simak informasi lebih lanjut mengenai prosedur pemeriksaan yang satu ini!

X-Ray: Kegunaan, Cara Kerja, Efek Samping

Apa Itu X-Ray?

X-Ray adalah metode pemeriksaan penunjang dengan teknik pencitraan (imaging). X-Ray atau rontgen ditemukan profesor dari Würzburg University, Jerman yakni Wilhelm Conrad Röentgen, pada tahun 1895. Pemeriksaan ini memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik guna mendapatkan citra bagian dalam tubuh di sejumlah area seperti perut, dada, kepala, dan gigi.

Pemanfaatan rontgen disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan. Sebagai contoh, dokter akan menggunakan jenis barium enema untuk memeriksa sistem pencernaan. Sedangkan untuk pemeriksaan di area payudara, dokter akan memilih jenis mammogram.

Kegunaan X-Ray

Kegunaan Rontgen utamanya untuk memeriksa dan memonitor kondisi tulang dan sendi. Pada pasien dengan keluhan seperti patah tulang, osteoporosis, kerusakan gigi, dan radang sendi (arthritis), rontgen adalah metode pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan.

Akan tetapi, penggunaan metode ini sejatinya tidak hanya terbatas pada pemeriksaan tulang, gigi, maupun sendi. Berikut ini informasi lengkap mengenai kegunaan X-Ray dalam pelaksanaan prosedur pemeriksaan penunjang yang perlu Anda ketahui.

1. Pemeriksaan Tulang dan Gigi

Penggunaan rontgen untuk memeriksa kondisi tulang dan gigi apabila pasien terindikasi mengalami penyakit seperti:

  • Infeksi atau Kerusakan Tulang
  • Radang sendi (arthritis)
  • Kerusakan pada gigi atau rahang
  • Pengeroposan tulang (osteoporosis)
  • Kanker tulang

2. Pemeriksaan Area Dada (Thorax)

Pada area dada, pemeriksaan dengan menggunakan rontgen—disebut foto toraksdilakukan pada pasien yang kemungkinan mengalami:

  • Infeksi paru-paru
  • Kanker payudara
  • Gagal jantung
  • Penyumbatan pembuluh darah

Untuk mendapatkan citra bagian dalam dada, teknik rontgen terbagi menjadi 3 (tiga) jenis proyeksi, yaitu:

  • Proyeksi Lateral
  • Proyeksi Antero-Posterior (AP)
  • Proyeksi Postero-Anterior (PA)

Pemilihan jenis proyeksi tersebut lagi-lagi disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan, pun melihat kondisi pasien.

3. Pemeriksaan X-Ray pada Area Perut

Sementara itu, pemeriksaan X-Ray pada area perut dilakukan untuk memeriksa kondisi-kondisi seperti berikut:

  • Gangguan sistem pencernaan
  • Menelan benda asing (kunci, koin, kelereng dsb.)

Cara Kerja X-Ray

Lantas, bagaimana cara atau mekanisme kerja rontgen dalam mendapatkan citra bagian dalam tubuh?

Seperti yang sudah disebutkan di awal, X-Ray adalah teknik pencitraan dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik. Elektromagnetik menghantarkan gelombang radiasi yang selanjutnya melakukan pemindaian terhadap bagian dalam tubuh.

Hasil pemindaian ini nantinya akan menghasilkan warna gambar yang berbeda, bergantung dari kepadatan material yang dipindai. Atas dasar itu, hasil rontgen terdiri dari:

  • Warna putih, menunjukkan tulang dan material padat lainnya
  • Warna hitam, menunjukkan rongga 
  • Warna abu-abu, menunjukkan lemak dan otot tubuh

Pada beberapa tes, dokter akan menyertakan medium seperti barium dan iodine guna menambah kontras sehingga gambar yang dihasilkan akan lebih detail. Barium dan iodine disertakan dengan cara:

  • Meminta pasien untuk menelan cairan khusus
  • Disuntikkan ke dalam tubuh
  • Diberikan sebagai enema (pemasukan cairan ke dalam usus melalui anus)

Baca Juga: CT Scan: Apakah CT Scan Itu?

Kapan Menggunakan X-Ray?

Kapan menggunakan X-Ray? Metode ini digunakan ketika dokter hendak memastikan diagnosis penyakit yang dialami oleh pasien. Pelaksanaan  teknik ini setelah dokter selesai melaksanakan prosedur pemeriksaan lainnya yakni wawancara (anamnesis) dan pemeriksaan fisik. Rontgen dilakukan di rumah sakit tepatnya departemen Radiologi, atau laboratorium klinik.

Untuk diketahui juga, rontgen adalah teknik pencitraan yang paling sederhana. Selain metode ini, ada sejumlah teknik pencitraan lainnya yaitu:

  • Ultrasonography (USG)
  • CT-Scan
  • Multi Resonance Imaging (MRI)

Pada sebagian pemeriksaan, rontgen  baru bisa dilakukan setelah pasien menjalani puasa guna mengosongkan perut. Hal ini penting agar tidak mengganggu hasil pemindaian bagian dalam tubuh pasien.

Tata Laksana X-Ray

Ada beberapa prosedur yang perlu diperhatikan saat hendak melaksanakan pemeriksaan melalui teknik  rontgen. Prosedur atau tata laksana tersebut meliputi:

  • X-Ray baru bisa dilakukan setelah pasien menjalani puasa guna mengosongkan perut. Hal ini penting agar tidak mengganggu hasil pemindaian bagian dalam tubuh pasien, akan tetapi puasa dilakukan pada pemeriksaan tertentu saja
  • Dokter atau radiologis akan mengarahkan posisi tubuh pasien, tujuannya untuk mendapatkan citra terbaik dari bagian dalam tubuh. Pasien akan diminta untuk berada dalam sejumlah posisi seperti berbaring atau duduk
  • Apabila posisi sudah tepat, pasien tidak diperkenankan untuk menggerakkan tubuh. Pasalnya, banyak bergerak akan mengganggu proses pemindaian sehingga berdampak pada tidak maksimalnya citra bagian dalam tubuh
  • Pemeriksaan akan dihentikan apabila dokter atau radiologis telah mendapat informasi yang diinginkan

Kelebihan dan Kekurangan X-Ray

Rontgen adalah teknik pencitraan yang paling sederhana. Hasil rontgen juga dapat diketahui hanya dalam hitungan menit. Hal ini menjadi kelebihan dari metode tersebut, yakni efisien dari segi waktu dan tentu saja biaya yang harus dikeluarkan.

Penggunaan X-Ray untuk pemeriksaan sederhana biasanya tidak menimbulkan efek apapun. Akan tetapi, terdapat  sejumlah efek samping yang mungkin dialami pasien yang muncul pada pemeriksaan jenis tertentu, seperti:

  • Gatal
  • Mual
  • Pusing
  • Mulut terasa tidak nyaman
  • Syok anafilaktik
  • Penurunan tekanan darah

Segera kembali ke dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala di atas pasca selesai melakukan tes rontgen.

Risiko X-Ray

Sayangnya, paparan radiasi rontgen jika terlalu sering bisa berakibat pada kerusakan DNA. Rusaknya DNA pun pada perkembangannya bisa meningkatkan risiko kanker.

Tak hanya itu, pemindaian sinar pada abdomen, ginjal, pinggul, dan pelvis dalam yang dilakukan pada ibu hamil dikabarkan dapat memengaruhi janin yang tengah dikandungnya. Oleh sebab itu, umumnya dokter tidak akan menerapkan teknik ini pada ibu hamil demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Itu dia informasi mengenai rontgen yang perlu Anda ketahui. Pastikan Anda mendapat penanganan medis yang tepat dari dokter, termasuk untuk urusan pemeriksaan penunjang menggunakan metode pencitraan. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. What is an X-Ray? https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-x-ray#1 (Diakses pada 23 September 2019)
  2. Anonim. X-Ray. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/x-ray/about/pac-20395303 (Diakses pada 23 September 2019)
  3. Krans, B. 2016. What is X-Ray. https://www.healthline.com/health/x-ray (Diakses pada 23 September 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi