Terbit: 4 January 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Pada tahun 2009, Indonesia sempat diramaikan dengan adanya penyakit flu babi atau swine flu. Swine flu adalah suatu penyakit pernapasan yang disebabkan virus (influenza). Virus ini hidup dan menginfeksi saluran pernapasan babi menyebabkan batuk, pilek, menurunnya nafsu makan, dan lemah, seperti pula gejala-gejala yang muncul pada manusia. Virus penyebab swine flu pertama kali diisolasi dari babi pada tahun 1930an dan menular pada produsen daging babi serta dokter hewan pada awalnya. Dengan cepat virus ini menular ke populasi dan menimbulkan gejala-gejala flu.

Waspada EAH1N1, Penyebab Swine Flu Terbaru

Swine flu ditularkan dari orang satu ke yang lain melalui menghirup atau menelan droplet yang mengandung virus yang berasal dari batuk atau bersin. Swine flu tidak ditularkan melalui masakan yang mengandung daging babi.

Tahun 2009 lalu, terjadi pandemi swine flu, dimana kasus pertama ditemukan di Meksiko dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Investigator menyebut penyebab swine flu tersebut adalah virus H1N1 karena umumnya ditemukan pada manusia dan menunjukkan dua antigen, yaitu H1 (hemaglutinin tipe 1) dan N1 (neuramidase tipe 1). Pada tahun 2011 terjadi wabah swine flu di India dan virus yang terlibat dalam kasus ini adalah H3N2v, varian ini biasanya hanya menginfeksi babi, namun pada wabah tersebut diketahui varian virus ini juga menginfeksi manusia dan menyebabkan sedikitnya tiga orang meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa virus penyebab swine flu mampu mengalami mutasi.

Pada penghujung tahun 2015 ini, ditemukan strain baru dari virus H1N1 yang berpotensi menular ke manusa dan telah menimbulkan wabah di Cina. Peneliti telah mengisolasi 139 virus H1N1 dari babi di Cina dan menemukan dua kelompok yang berbeda dengan virus H1N1 yang ada sebelumnya. Lebih lanjut, ternyata strain baru ini memiliki ikatan yang lebih kuat dengan reseptor pada tubuh manusia dan 9 dari 10 menunjukkan penularan melalui droplet pernapasan. Analisa menunjukkan manusia belum memiliki antibodi yang dapat menetralisir virus ini. Penemuan ini mendorong para peneliti untuk mengumumkan perlunya dilakukan aksi segera untuk mencegah penularan virus ini pada manusia.

“Virus yang diberi nama EAH1N1 ini tidak menyebabkan sakit yang berat pada babi dan hewan lainnya, namun kemungkinan dapat bereplikasi lebih baik dan menyebabkan sakit yang berat pada manusia, seperti yang terjadi saat pandemi H1N1 tahun 2009. EAH1N1 memiliki risiko tertinggi dibanding 6 subtipe virus lainnya sehingga berpotensi menyebabkan pandemi. Untuk itu, kami menyarankan aksi segera untuk mencegah penularan virus ini,” begitu yang disampaikan Huanliang Yang dkk.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi