Terbit: 6 June 2015
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Meski sakit kepala sebelah atau migrain tidak mematikan, serangan migrain bisa melumpuhkan para penderitanya beberapa jam hingga beberapa hari dari rutinitas harian.

Menurut sebuah studi, diperkirakan bahwa migrain diderita oleh 25% wanita dan hanya 10% pria di seluruh dunia. Itu berarti sekitar 25% wanita di seluruh dunia menghadapi penyakit paling melumpuhkan dari aktivitas sehari-hari.

Setiap 1 orang pria, 3 orang wanita terserang sakit kepala hebat yang disertai rasa mual dan kepekaan terhadap cahaya serta suara. Rasio 1:3 ini memunculkan pertanyaan mengapa wanita lebih banyak menderita sakit kepala sebelah yang begitu hebat daripada pria?

he University of California, Los Angeles atau yang biasa disebut UCLA menegaskan bahwa wanita memiliki pencetus migrain yang lebih cepat daripada laki-laki untuk mengaktifkan aktivitas gelombang otak yang mendasari terjadinya migrain.

Seorang dokter yang mengepalai program penelitian dan perawatan sakit kepala di UCLA, Dr. Andrew Charles, menjelaskan bahwa ia telah menemukan mengapa wanita lebih banyak terserang migrain dari laki-laki dengan meneliti fenomena kortikal yang menyebabkan depresi (CSD), hal yang dikenal sebagai pemicu utama migrain.

CSD yang juga menjadi pemicu adanya gejala migrain seperti mual dan kepekaan terhadap cahaya dan suara kini digunakan untuk menemukan komposisi obat migrain agar frekuensi sakit kepala sebelah menurun tajam.

Pada percobaan yang dilakukan dengan menggunakan tikus jantan dan betina, diketahui bahwa ternyata wanita memiliki ambang batas CSD yang jauh lebih rendah daripada pria. Ini berarti perlu 2 hingga 3 kali lipat stimulus untuk memicu CSD pada pria.

Dengan kata lain jauh lebih mudah untuk membangkitkan gelombang otak yang mendasari adanya migrain pada wanita daripada laki-laki. Ada berbagai faktor yang dapat mengurangi ambang batas CSD sehingga seseorang lebih mudah terserang migrain.

Faktor-faktor tersebut antara lain gen, hormon, diet, perubahan pola tidur, dan yang lainnya. Hormon sering kali diperdebatkan sebagai penyebab perbedaan jumlah penderita migrain pada pria dan wanita.

Pada wanita sering kali migrain terjadi sebelum dan saat menstruasi. Banyak literatur mengungkapkan bahwa fluktuasi hormon, terutama menurunnya hormon estrogen, menjadi salah satu pencetus migrain pada wanita.

Dokter yang menguji CSD dengan menggunakan tikus juga memonitor fase mentruasi pada hewan lain untuk menguji ambang batas CSD. Dokter Charles menemukan bahwa ambang batas CSD pada pria dan wanita memang berbeda.

Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa otak wanita memiliki rangsangan intrinsik yang membuat mereka lebih mudah terserang migrain dan rangsangan ini mungkin tidak hanya terkait dengan fase tertentu dari siklus menstruasi.

Ambang batas CSD adalah kata kunci untuk mengungkap alasan mengapa wanita mendapatkan serangan migrain lebih banyak daripada pria. Fenomena CSD dan hasil penelitian Dr Charles sangat menarik dan telah menjadi awal untuk melakukan penelitian awal tentang obat yang lebih ampuh untuk migrain.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi