Terbit: 1 November 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Masyarakat Indonesia terbiasa dengan kerokan. Biasanya, pengobatan alternatif ini digunakan saat badan sedang tidak enak badan, masuk angin, flu, sakit kepala, atau mengalami masalah-masalah lainnya. Masalahnya adalah dalam beberapa kasus, kerokan bisa memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan, lho.

Baru Kerokan, Pria Ini Terkena Stroke

Pria Terkena Stroke Setelah Kerokan

Sebuah kasus yang sangat tidak biasa terjadi di Tiongkok. Seorang pria berusia 36 tahun justru mengalami stroke setelah melakukan kerokan. Awalnya, sang pria mengalami sakit kepala yang membuatnya terasa tidak nyaman sehingga pergi ke tempat pijat dengan teknik Gua Sha. Metode pemijatan ini dikenal mirip dengan teknik kerokan di Indonesia.

Awalnya, pria yang dipanggil Zhao ini berpikir jika pijatan dengan teknik Gua Sha ini akan membuatnya lebih rileks, mengatasi stres, dan meringankan sakit kepala yang dideritanya. Sayangnya, setelah melakukannya Zhao justru mengalami sensasi mati rasa pada lengan bagian kirinya. Penglihatannya juga semakin menurun. Ia pun kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Tak disangka, Zhao langsung didiagnosis terkena stroke saat dirawat di bagian IGD rumah sakit. Pemeriksaan menunjukkan bahwa pada bagian otak kanannya terdapat lesi infark atau jaringan yang udah mati akibat tidak mendapatkan pasokan darah. Hal inilah yang menyebabkan stroke pada Zhao.

Dokter menyebut Zhao sepertinya mengalami diseksi arteri carotid, kondisi yang ternyata sudah sering terjadi pada orang-orang yang menggunakan jasa pijat dengan teknik Gua Sha. Masalahnya adalah hal ini memang bisa berujung menjadi stroke, apalagi jika kondisi kesehatannya memang sudah kurang baik sebelumnya.

Beberapa Dampak yang Bisa Didapatkan dari Kerokan

Memang, kebanyakan orang mendapatkan sensasi badan yang jauh lebih enakan setelah melakukan kerokan. Hanya saja, pakar kesehatan menyebut kerokan bisa memberikan dampak kesehatan tersendiri jika dilakukan dengan sembarangan.

Berikut adalah dampak-dampak kesehatan tersebut.

  1. Bisa Menyebabkan Pori-Pori Kulit Menjadi Lebih Lebar

Salah satu ciri khas dari kebiasaan melakukan kerokan adalah munculnya garis-garis dengan warna kemerahan pada kulit. Semakin merah hasil kerokan, semakin parah kondisi tidak enak badan yang sedang dirasakan.

Keberadaan garis merah akibat dikerok dengan menggunakan uang logam, minyak, atau balsam ini juga sering dianggap sebagai “jalan” bagi angin untuk keluar dari dalam tubuh. Padahal, pakar kesehatan menyebut hal ini tidak benar. Dalam realitanya, hal ini disebabkan oleh melebarnya pori-pori kulit yang bisa memberikan sensasi lebih enakan pada tubuh.

Masalahnya adalah melebarnya pori-pori kulit ini ternyata bisa membuat virus, bakteri, atau berbagai penyebab lainnya bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Jika sampai hal ini terjadi, bisa jadi kita justru akan jatuh sakit, bukan?

  1. Bisa Menyebabkan Ketagihan

Meski pakar kesehatan masih memperdebatkan manfaat dari kerokan, dalam realitanya orang yang sering merasakannya akan mengalami sensasi nyaman dan jauh lebih enakan. Mereka bahkan seperti ketagihan dan ingin mendapatkan kerokan setiap kali merasa badannya kurang nyaman. Masalahnya adalah hal ini tentu bisa membuat kulit meradang, lebih mudah terluka, atau labih rentan terkena infeksi jika terlalu sering dilakukan.

  1. Tidak Baik bagi Ibu Hamil

Ibu hamil ternyata sangat tidak disarankan untuk kerokan. Hal ini disebabkan oleh teknik ini yang bisa membuat produksi hormon sitokin meningkat dengan signifikan. Masalahnya adalah keberadaan hormon ini dalam jumlah yang banyak bisa memicu bayi lahir dengan prematur.

Memang, kasus stroke karena kerokan sangat jarang terjadi, namun sebaiknya kita memang tidak sembarangan melakukan kerokan demi menjaga kesehatan tubuh.

Sumber:

  1. Nur Azizah, Khadijah. 2019. Ngeri! Pria 36 Tahun Kena Stroke Setelah Kerokan. detik.com/berita-detikhealth/d-4767312/ngeri-pria-36-tahun-kena-stroke-setelah-kerokan. (Diakses pada 1 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi