Terbit: 1 August 2019 | Diperbarui: 3 October 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Otot memiliki ruang tertutup yang disebut dengan kompartemen. Ketika terjadi pembengkakan atau pendarahan, tekanan pada kompartemen meningkat dan dapat menyebabkan kondisi yang disebut dengan sindrom kompartemen. Ketahui selengkapnya tentang kompartemen sindrom mulai dari penyebab, gejala, hingga penanganannya!

Sindrom Kompartemen: Penyebab, Gejala, Penanganan

Apa Itu Sindrom Kompartemen?

Sindrom kompartemen adalah kondisi menyakitkan dan berpotensi menjadi serius yang disebabkan oleh pendarahan atau pembengkakan dalam kumpulan otot atau kompartemen otot.

Kompartemen merupakan kelompok jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf yang terletak pada lengan dan kaki. Kompartemen dikelilingi oleh membran yang sangat kuat yang disebut fascia. Membran ini tidak dapat mengembang, sehingga pembengkakan pada kompartemen menyebabkan peningkatan tekanan pada kompartemen.

Tekanan ini menyebabkan cedera pada otot, pembuluh darah, dan juga saraf yang ada pada kompartemen. Kondisi ini juga dapat memotong aliran darah ke kompartemen sehingga menyebabkan hilangnya oksigen pada jaringan (iskemia) dan juga kematian sel (nekrosis).

Terdapat dua jenis sindrom kompartemen, yaitu sindrom kompartemen akut dan sindrom kompartemen kronis atau dikenal juga dengan exertional. Berikut adalah perbedaan dari kedua jenis sindrom kompartemen:

  • Sindrom kompartemen akut: Umumnya terjadi secara tiba-tiba, biasanya setelah patah tulang atau cedera parah. Sindrom kompartemen akut termasuk ke dalam kondisi darurat medis yang harus mendapatkan perawatan medis segera. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otot permanen.
  • Sindrom kompartemen kronis: Kompartemen sindrom jenis ini terjadi secara bertahap, biasanya selama atau setelah latihan yang berulang seperti berlari atau bersepeda. Gejalanya biasanya akan muncul beberapa menit setelah aktivitas selesai dilakukan. Kondisi ini bukan merupakan kondisi darurat medis dan tidak berpotensi menyebabkan kerusakan permanen.

Penyebab Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen akut dan kronis memiliki penyebab yang berbeda. Dari kedua jenis ini, sindrom kompartemen akut dapat dikatakan lebih umum jika dibandingkan dengan sindrom kompartemen kronis.

Penyebab sindrom kompartemen akut

Sindrom kompartemen akut dapat disebabkan oleh:

  • Patah tulang atau cedera tulang parah
  • Terbakar
  • Efek dari operasi untuk memperbaiki pembuluh darah yang rusak
  • Perban terlalu ketat
  • Bekuan darah di pembuluh darah pada lengan atau kaki
  • Latihan yang sangat kuat, terutama gerakan eksentrik

Penyebab sindrom kompartemen kronis

Sindrom kompartemen kronis dapat terjadi akibat latihan berat yang melibatkan gerakan berulang, seperti berlari atau bersepeda misalnya. Penyebab pastinya tidak diketahui, namun diduga disebabkan oleh pembengkakan otot sementara yang terjadi selama latihan.

Faktor Risiko Sindrom Kompartemen

Selain penyebab di atas, terdapat juga beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena sindrom kompartemen. Faktor risiko sindrom kompartemen adalah seperti:

  • Wanita atau pria dengan usia di bawah 30 tahun
  • Melakukan latihan yang melibatkan gerakan berulang seperti berenang, berlari, bermain tenis.
  • Melakukan latihan berat secara intens
  • Menggunakan steroid anabolik (biasanya untuk membesarkan otot).

Gejala Sindrom Kompartemen

Gejala sindrom kompartemen akut dan kronis juga sedikit berbeda. Gejala yang muncul pada setiap individu juga beragam bergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Berikut adalah berbagai gejala sindrom kompartemen:

Gejala sindrom kompartemen akut

Gejala sindrom kompartemen akut biasanya muncul setelah cedera dan memburuk dengan cepat. Gejalanya meliputi:

  • Rasa sakit yang hebat, terutama ketika otot diregangkan
  • Rasa sakit pada bagian yang cedera
  • Otot sesak atau menegang
  • Kesemutan atau sensasi terbakar
  • Mati rasa (terjadi pada kasus yang parah dan dapat menandakan adanya kerusakan otot permanen).

Gejala sindrom kompartemen kronis

Gejala sindrom kompartemen kronis cenderung berkembang secara bertahap selama latihan dan dapat membaik ketika istirahat. Gejala sindrom kompartemen kronis adalah seperti:

  • Nyeri kram saat berolahraga
  • Pembengkakan atau otot tampak menonjol
  • Kesemutan
  • Daerah yang terkena menjadi pucat dan dingin
  • Kesulitan menggerakkan bagian tubuh (terjadi pada kasus yang parah).

Diagnosis Sindrom Kompartemen

Dokter akan melakukan wawancara untuk mengetahui riwayat kesehatan dan gejala yang Anda alami. Setelah itu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya tanda-tanda sindrom kompartemen akut maupun kronis.

Dokter akan mengevaluasi dan menekan bagian yang terluka untuk menentukan tingkat keparahan rasa sakit yang Anda alami. Selain wawancara dan pemeriksaan fisik, jenis tes lain yang mungkin dilakukan untuk menegakkan diagnosis sindrom kompartemen adalah seperti:

  • Tes pencitraan: Tes pencitraan seperti rontgen atau MRI dapat dilakukan untuk mengevaluasi struktur otot. Tes MRI khusus bahkan dapat membantu mengukur volume cairan kompartemen selama latihan, sehingga akurat untuk mendeteksi sindrom kompartemen kronis. Tes pencitraan juga berguna untuk menyingkirkan penyebab lain dari gejala.
  • Tes tekanan kompartemen: Tes ini merupakan gold standart untuk mendiagnosis sindrom kompartemen kronis. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam otot. Tes ini biasanya tidak dilakukan, kecuali riwayat medis atau tes lainnya mengharuskan Anda untuk mengambil tes ini.

Penanganan Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen akut dan kronis membutuhkan penanganan yang berbeda. Berikut adalah perawatan yang dibutuhkan masing-masing:

Penanganan sindrom kompartemen akut

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sindrom kompartemen akut adalah kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera. Satu-satunya penanganan untuk sindrom kompartemen akut adalah prosedur pembedahan yang disebut dengan fasciotomy darurat.

Prosedur ini melibatkan pemotongan fascia demi mengurangi tekanan pada kompartemen. Kasus yang parah biasanya mengharuskan dokter untuk menunggu beberapa hari sebelum menutup sayatan. Beberapa luka bahkan membutuhkan pencangkokan kulit agar dapat tertutup.

Apabila sindrom kompartemen disebabkan oleh balutan gips yang terlalu ketat, gips harus dilonggarkan atau bahkan dilepaskan.

Penanganan sindrom kompartemen kronis

Umumnya sindrom kompartemen kronis tidak berbahaya. Dokter biasanya akan menyarankan perawatan non-bedah lebih dulu meliputi:

  • Obat antiinflamasi untuk meredakan peradangan dan menghilangkan rasa sakit
  • Terapi fisik bertujuan untuk meregangkan otot
  • Mengganti jenis permukaan tempat atau alas Anda berolahraga
  • Meninggikan ekstremitas (anggota gerak), misalnya dengan mengganjalnya menggunakan bantal
  • Memodifikasi olahraga yang biasa dilakukan

Dokter juga dapat merekomendasikan tindakan operasi, namun biasanya hanya dilakukan apabila cara yang disarankan di atas tidak menunjukkan hasil.

 

Sumber:

  1. Compartment Syndrome – https://www.healthline.com/health/compartment-syndrome diakses 1 Agustus 2019
  2. Compartment Syndrome – https://www.webmd.com/pain-management/guide/compartment-syndrome-causes-treatments#1 diakses 1 Agustus 2019
  3. Chronic exertional compartment syndrome – https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-exertional-compartment-syndrome/diagnosis-treatment/drc-20350835= diakses 1 Agustus 2019
  4. Compartment syndrome – https://www.nhs.uk/conditions/compartment-syndrome/ diakses 1 Agustus 2019

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi