Terbit: 17 August 2019 | Diperbarui: 30 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu olahraga yang digemari oleh banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah sepak bola. Olahraga ini bisa dimainkan di mana saja, baik itu di halaman rumah, lapangan, gedung olahraga, dan lain-lain. Hanya saja, apakah benar jika rutin bermain sepak bola bisa menurunkan hipertensi atau tekanan darah tinggi?

Bermain Sepak Bola Bisa Turunkan Hipertensi?

Manfaat bermain sepak bola bagi tekanan darah

Sebenarnya, pakar kesehatan menyebut kebiasaan melakukan olahraga, apapun jenisnya bisa membantu menurunkan tekanan darah dan mengatasi masalah hipertensi. Hal ini disebabkan oleh jantung dan pembuluh darah yang menjadi lebih sehat dan kuat, sirkulasi darah yang membaik, dan menurunnya penumpukan plak. Selain itu, rutin berolahraga juga bisa menurunkan berat badan. Hal ini tentu akan ikut membantu mengatasi masalah hipertensi.

Saat kita bermain sepak bola, ada cukup banyak kalori yang terbakar. Selain itu, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi utama. Hal ini ternyata akan berimbas pada peningkatan sirkulasi darah dengan signifikan. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan di University of Copenhagen, Denmark, disebutkan bahwa rajin bermain sepak bola juga akan membuat massa otot dan kekuatan tulang meningkat.

David Wiener, pakar kesehatan dari Freeletics menyebut rutin melakukan olahraga seperti sepak bola akan membuat kinerja jantung lebih efisien dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini akan menurunkan tekanan pada pembuluh darah arteri. Selain itu, hal ini juga akan menurunkan kadar kolesterol darah dan risiko terkena serangan jantung.

Tips menurunkan tekanan darah

Selain dengan rutin melakukan olahraga minimal 30 menit setiap hari, pakar kesehatan menyarankan kita untuk melakukan hal-hal lainnya untuk menurunkan tekanan darah.

Berikut adalah berbagai cara demi menurunkannya.

  1. Menjaga berat badan

Salah satu faktor utama penyebab peningkatan tekanan darah adalah berat badan berlebihan. Dengan menurunkan berat badan atau setidaknya menjaga berat badan tetap ideal, maka risiko terkena hipertensi bisa menurun.

Selain menurunkan tekanan darah, kita juga sebaiknya mencegah masalah perut buncit atau menjaga lingkar pinggang agar tidak melebihi normal.

  1. Rutin mengonsumsi bawang putih

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk mengonsumsi bawang putih demi membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa aktif di dalamnya yang bisa menyehatkan pembuluh darah dan jantung.

Selain dijadikan bumbu masakan, bawang putih juga bisa dikonsumsi secara langsung setelah direbus atau dipanggang. Kita juga bisa mengonsumsi suplemen bawang putih.

  1. Menjaga pola makan

Pola makan yang sehat bisa membantu menurunkan tekanan darah. Sebagai contoh, kita disarankan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi asam lemak sehat, kalsium, vitamin D, serta magnesium layaknya pisang, sayuran hijau, yoghurt, daging ikan, dan lain-lain.

  1. Membatasi konsumsi garam

Garam memang bisa membuat masakan terasa lebih gurih, namun jika kita terbiasa mengonsumsinya dalam jumlah yang lebih banyak setiap hari, akan memicu peningkatan tekanan darah.

Cobalah untuk menurunkan pemberian garam pada masakan yang kita konsumsi secara bertahap demi membiasakan lidah kita untuk mengonsumsi garam dengan jumlah yang lebih rendah. Selain itu, kita harus lebih cermat dalam memilih camilan seperti keripik, biskuit, atau roti-rotian yang ternyata juga tinggi kandungan garam.

  1. Tidak lagi merokok

Salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya kasus tekanan darah tinggi di Indonesia adalah jumlah perokok aktif yang sangat besar. Rokok tak hanya akan merusak kesehatan saluran pencernaan. Dalam realitanya, senyawa beracun di dalamnya bisa merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Selain itu, nikotin di dalam rokok juga akan menyebabkan kekacauan hormon yang akhirnya berimbas pada menyempitnya pembuluh darah, hingga meningkatnya risiko terkena serangan jantung dan stroke.

 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi