Terbit: 9 November 2014
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Multiple sclerosis atau MS adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang, yang mengakibatkan hilangnya kendali otot, penglihatan, keseimbangan, dan kemampuan untuk merasakan (misalnya: mati rasa). Penyakit Multiple Sclerosis termasuk dalam penyakit autoimun. Hal ini karena saraf-saraf dari otak dan sumsum tulang belakang dirusak oleh sistem kekebalan tubuh.

Sekilas Tentang Penyakit Sclerosis

Normalnya, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan zat asing di dalam tubuh, seperti bakteri. Namun, pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh malah menyerang jaringan normal karena keliru dikenali sebagai zat asing. Pada penyakit Multiple Sclerosis, sistem kekebalan tubuh menyerang otak dan sumsum tulang belakang, yaitu dua komponen dari sistem saraf pusat. Contoh penyakit autoimun lainnya antara lain: lupus dan rheumatoid arthritis.

Sistem saraf pusat terdiri dari saraf-saraf yang bertindak sebagai sistem transmisi tubuh, setiap saraf ditutupi oleh zat lemak yang disebut mielin (zat yang menginsulasi saraf -saraf dan membantu dalam transmisi impuls saraf atau pesan) antara otak dan bagian tubuh lainnya. Impuls saraf atau pesan-pesan tersebut mengendalikan gerakan otot, contohnya berjalan dan berbicara.

Nama Multiple Sclerosis didapat karena ada penumpukan jaringan parut (sclerosis) di otak dan / atau sumsum tulang belakang. Jaringan parut atau plak tersebut terbentuk ketika mielin, zat yang melindungi dan mengisolasi saraf, rusak. Proses ini disebut dengan demielinasi . Tanpa mielin, sinyal-sinyal listrik yang ditransmisikan ke seluruh otak dan sumsum tulang belakang terganggu atau terhenti, yang kemudian otak menjadi tidak dapat mengirim dan menerima pesan. Putusnya transmisi inilah yang menyebabkan gejala-gejala Multiple Sclerosis.

Meskipun saraf dapat menumbuhkan kembali mielin, namun proses ini kalah cepat dibandingkan kerusakan yang terjadi akibat Multiple Scleroris. Jenis gejala, tingkat keparahan gejala, dan arah perkembangan Multiple Sclerosis bervariasi, sebagian karena lokasi dari jaringan parut dan seberapa luas demielinasi yang terjadi.

Penyebab sclerosis tetap misterius, tetapi dokter melihat beberapa kejadian mengejutkan. Seperti ditulis oleh Varnada Karriem-Norwood dalam situs kesehatan Web MD, penderita sclerosis banyak terdapat di negara-negara Skandinavia dan Eropa Utara. Daerah-daerah ini jauh dari khatulistiwa sehingga mendapat paparan sinar matahari yang lebih sedikit. Oleh sebab itu, beberapa peneliti percaya bahwa vitamin D (vitamin sinar matahari) mungkin berkaitan dengan penyakit ini.

Penelitian menunjukkan kemungkinan hubungan kekurangan vitamin D dengan gangguan autoimun (pemicu sclerosis). Penelitian menunjukkan bahwa penyakit ini mungkin lebih aktif selama musim panas. Panas dan kelembaban yang tinggi juga dapat memperburuk gejala sementara. Begitu pula suhu yang sangat dingin dan perubahan suhu yang mendadak dapat memperburuk gejala. Selain itu, faktor genetik tampaknya turut berperan.

Penyakit ini setidaknya dua kali lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Jumlah penderita sclerosis tertinggi berada pada berusia antara usia 20 dan 50 tahun. Mati rasa, masalah pendengaran, penglihatan, dan berkurangnya ketajaman mental merupakan gejala penyakit ini. Jika hal itu terjadi, segera pergi ke dokter untuk memastikannya. Semakin cepat terdeteksi maka akan semakin cepat juga diketahui pasti.

Sclerosis membuat sistem kekebalan tubuh penderita menyerang jaringan sekitar serat saraf di otak, susclerosisum tulang belakang, dan saraf optiknya sendiri. Hal ini mebuat penderita kesulitan mengontrol gerakan, ucapan, dan fungsi lainnya.

Untuk mendiagnosis sclerosis, sering dilakukan tes, seperti MRI. Selain itu perlu dikaji riwatan medis si pasien dan dilakukan pemeriksaan neurologis untuk menyingkirkan gejala dari penyebab lain. Lebih dari 90% orang dengan SCLEROSIS memiliki jaringan parut yang muncul pada MRI scan. Selain itu, dibutuhkan pula tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi lain, seperti HIV atau penyakit Lyme

Sclerosis tidak dapat diobati. Tidak ada obat khusus sclerosis. Namun, penyakit ini bisa diredakan dengan memodifikasi obat. Banyak obat tersedia untuk mengelola gejala sclerosis mengganggu, seperti kejang otot, inkontinensia, dan nyeri.

Kebanyakan penderita sclerosis tetap dapat menjalani hidup normal atau mendekati normal, tidak selalu menyebabkan cacat berat. Namun, mereka hanya akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Berkat obat yang efektif, terapi rehabilitasi, dan alat bantu, penderita slerosis dapat tetap aktif, bekerja, dan melakukan kegiatan yang mereka sukai. Meskipun demikian, kita tetap harus waspada. Deteksi sedini mungkin agar tertangani secepat mungkin.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi