Terbit: 15 February 2019 | Diperbarui: 6 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Kabar memprihatinkan datang dari Solo, Jawa Tengah. Sebanyak 14 siswa yang diduga mengidap HIV/AIDS dikeluarkan dari sekolahnya karena wali siswa lainnya keberatan dengan keberadaan mereka. Para wali ini tidak ingin anak-anaknya ikut tertular penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya ini. Bagaimana nasib 14 siswa tersebut kini?

Diduga Mengidap HIV, 14 Siswa Sekolah di Solo Dikeluarkan

14 Siswa SD HIV/AIDS Dikeluarkan dari Sekolah

Seluruh siswa yang dikeluarkan ini ternyata masih berstatus siswa kelas 1 hingga kelas 4 di satu sekolah dasar negeri di Kota Solo. Kini, mereka ditangani di rumah khusus anak dengan HIV/AIDS milik Yayasan Lentera Kompleks Makam Taman Pahlawan Kusuma Bakti, Jurug, Solo.

Yunus Prasetyo yang memimpin yayasan ini menyebut kasus ini diawali oleh pertemuan wali siswa dengan komite dan pihak sekolah. Para wali ini mengajukan keberatan dengan adanya 14 siswa yang diduga sudah mengidap HIV. Desakan ini membuat pihak sekolah menandatangani berita acara yang memutuskan bahwa siswa-siswa ini dikeluarkan dari sekolah.

Menurut Yunus, kasus ini sudah biasa terjadi karena sebelumnya yayasan pernah menampung anak-anak yang ditolak untuk masuk TK. Meskipun begitu, ia telah menghubungi Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Anak, serta Dinas Sosial untuk menyelesaikan hal ini.

“Ini adalah tanggung jawab pemerintah karena hak anak mendapatkan pendidikan. Kami berharap mereka bisa mendapatkan sekolah formal, bukannya home schooling atau non-formal karena tidak memberikan solusi. Anak tidak hanya membutuhkan pelajaran, tapi juga bersosialisasi dengan anak sebayanya, termasuk di luar panti,” ucap Yunus.

Akan dipindah ke SD di kawasan Jebres

Kepala Bidang Pendidikan Dasar SD Dinas Pendidikan Kota Solo Wahyono menyebut pihaknya kini sedang berusaha untuk memindahkan 14 anak yang diduga mengidap HIV/AIDS ini ke sebuah SD di kawasan Jebres. Hanya saja, ia juga akan memberikan pemahaman dan sosialisasi terlebih dahulu agar tidak terjadi kembali kasus penolakan di sekolah yang baru.

Penularan HIV/AIDS pada anak

Pakar kesehatan menyebut banyak orang tua yang tidak sadar bahwa anaknya sudah tertular virus HIV/AIDS. Biasanya, hal ini baru diketahui saat anak berusia tiga bulan atau satu tahun dengan gejala seperti diare atau batuk yang terus-menerus terjadi. Selain itu, pemicunya seringkali adalah faktor keturunan dari orang tuanya, khususnya jika orang tua melakukan hubungan intim berisiko atau memakai narkoba suntik sebelumnya.

Penularan HIV pada anak bisa dibagi menjadi tiga, yakni saat anak masih dikandung ibunya dengan persentase sekitar 5-10 persen, saat dilahirkan melalui proses persalinan normal dengan persentase sekitar 15 persen, atau saat menyusui ibunya dengan persentase 5 hingga 15 persen.

Hanya saja, seringkali hal ini dipicu oleh ibu yang tidak tahu bahwa dirinya sudah tertular HIV sehingga tidak melakukan upaya pencegahan apapun sehingga membuat anaknya mengalami peningkatan risiko tertular HIV hingga 30-40 persen. Padahal, ibu yang mengidap HIV bisa saja menjalankan program kehamilan dengan melakukan berbagai macam cara demi mencegah anaknya tertular.

Penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi

Meskipun begitu, pakar kesehatan menyebut ada tiga hal yang paling sering menyebabkan penularan HIV di semua kalangan tanpa membedakan usia ataupun jenis kelamin.

Berikut adalah cara penularan tersebut.

  1. Donor darah yang tidak aman

Jika sampai seseorang mendapatkan transfusi darah dari donor yang sudah terinfeksi HIV, maka besar kemungkinan ia juga akan terinfeksi penyakit yang sama. Berbagi jarum suntik seperti yang banyak dilakukan pecandu narkoba juga seringkali menjadi pemicunya.

  1. Hubungan seks yang tidak aman

Orang-orang yang terbiasa berhubungan intim tanpa memakai kondom atau yang berganti-ganti pasangan cenderung lebih rentan terkena penularan HIV.

  1. Keturunan

Orang tua yang memiliki HIV besar kemungkinan akan menurunkannya ke anaknya, apalagi jika mereka sudah terinfeksi sebelum mendapatkan kehamilan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi