Terbit: 16 January 2019 | Diperbarui: 7 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Perut kembung adalah masalah kesehatan yang paling sering menyerang siapa saja. Meski bisa membuat sensasi tidak nyaman, kebanyakan orang menganggap kondisi ini sebagai hal yang tidak serius. Padahal, jika sampai kita mengalaminya, melakukan berbagai aktivitas akan menjadi tidak nyaman dan tidur pun akan menjadi tidak nyenyak.

3 Mitos Perut Kembung yang Banyak Dipercaya Orang

Mitos perut kembung yang banyak dipercaya

Terdapat beberapa mitos tentang perut kembung yang sayangnya tidak sesuai dengan fakta medis. Padahal, bisa jadi kondisi ini terkait dengan penyakit berbahaya.

Berikut adalah mitos perut kembung yang banyak dipercaya, namun tentunya tidak benar:

  1. Perut kembung tidak perlu diperiksakan ke dokter

Perut kembung memang termasuk dalam masalah kesehatan yang paling sering kita alami sehingga dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Sayangnya, pakar kesehatan menyebut kita sebaiknya tidak menyepelekannya, apalagi jika sampai membuat aktivitas harian kita terganggu.

Biasanya, perut kembung muncul akibat kebiasaan minum terlalu banyak, makan dengan terlalu cepat, atau mengonsumsi minuman bersoda dalam jumlah yang banyak. Hanya saja, jika kita mengalami perut kembung tanpa penyebab yang jelas, ada baiknya kita memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter karena bisa saja disebabkan oleh kondisi yang lebih serius.

Beberapa jenis penyebab perut kembung yang patut untuk kita waspadai adalah menstruasi, refluks asam lambung, sembelit atau susah buang air besar, intoleransi laktosa, dan penyakit celiac. Bahkan dalam beberapa kasus, perut kembung bisa jadi adalah tanda dari kanker yang tentu patut untuk kita waspadi.

  1. Terlalu banyak makan garam

Banyak orang yang menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan asin atau makan garam dengan berlebihan bisa menyebabkan perut kembung. Salah satunya adalah pakar kesehatan dari Australia bernama Russell Keast, Phd.

Menurut Keast, orang yang mengonsumsi makanan asin seperti pasta dengan saus asin cenderung mengonsumsi kalori dengan jumlah 11 persen yang jauh lebih banyak. Meningkatnya kadar kalori ini disebabkan oleh asupan garam yang berlebihan. Masalahnya adalah garam bisa menutupi rasa kenyang sehingga kita akan terus mengonsumsi makanan meskipun perut sebenarnya sudah berada dalam kondisi penuh.

Sementara itu, penelitian lainnya juga menyebut garam bisa membuat rasa masakan menjadi jauh lebih nikmat sehingga kita pun memiliki keinginan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini membuat asupan kalori bisa menjadi berlebihan. Dengan asupan kalori yang melebihi kapasitas perut, maka kita pun akan menjadi lebih rentan terkena masalah perut begah atau kembung.

Selain bisa menyebabkan gangguan pencernaan, mengonsumsi garam dengan berlebihan juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan signifikan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menyebabkan hipertensi yang terkait dengan gagal jantung, stroke, dan penyakit jantung koroner.

Penelitian terbaru justru menghasilkan fakta bahwa meskipun makanan asin bisa menyebabkan retensi air atau menambah jumlah simpanan air di dalam tubuh, dampaknya tidak hanya memicu masalah perut kembung, melainkan juga dampak lainnya seperti kaki atau tangan yang membengkak. Kasus retensi air ini cenderung jarang terjadi di saluran pencernaan atau perut.

  1. Beberapa jenis makanan bisa menyembuhkan perut kembung

Sebagian orang menyebut beberapa jenis makanan mampu menyembuhkan perut kembung. Padahal, dalam realitanya gejala perut kembung harus diatasi sesuai dengan pemicunya. Sebagai contoh, jika perut kembung disebabkan oleh kenaikan asam lambung, maka untuk mengatasinya adalah obat yang bisa meredakan masalah asam lambung seperti obat maag.

Jika kita mengonsumsi beberapa jenis makanan tertentu, ada kemungkinan perut menjadi tidak nyaman atau bahkan membuat produksi gas di dalam perut menjadi semakin memburuk. Hal ini tentu akan membuat kondisi perut kembung menjadi lebih tidak karuan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi