Terbit: 26 August 2019 | Diperbarui: 27 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Cacingan tidak hanya dialami oleh anak-anak. Dalam realitanya, masalah kesehatan ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Mengingat dampaknya bagi kesehatan bisa cukup serius, pakar kesehatan menyarankan kita untuk lebih cermat dalam mencegah kedatangannya.

6 Makanan Ini Paling Sering Menyebabkan Cacingan

Mewaspadai makanan-makanan yang bisa menyebabkan cacingan

Pakar kesehatan dr. Pradip Shah yang berasal dari Fortis Hospital, India, menyebut ada enam jenis makanan yang bisa menyebabkan datangnya cacingan. Karena alasan inilah kita harus benar-benar lebih cermat dalam mengolah atau mengonsumsinya.

Berikut adalah makanan-makanan tersebut.

  1. Makanan yang dimasak setengah matang

Ada beberapa jenis menu makanan yang tidak dimasak hingga benar-benar matang. Sebagai contoh, sushi bahkan bisa saja terbuat dari daging mentah. Meskipun bisa memberikan sensasi rasa yang unik, pakar kesehatan menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan yang diolah kurang matang bisa saja membuat kita terinfeksi cacing.

Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan adanya larva cacing pada makanan-makanan tersebut. Padahal, larva ini baru bisa mati jika terkena suhu tinggi sebagaimana saat kita memasaknya hingga benar-benar matang.

  1. Daging babi

Daging babi memang tidak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena faktor agama, namun jika kita bisa mengonsumsinya, sebaiknya lebih cermat dalam mengolah atau memasaknya. Hal ini disebabkan oleh risiko untuk terinfeksi cacing pita akibat sering mengonsumsinya sangatlah tinggi.

Padahal, jika sampai cacing pita masuk ke dalam usus, akan menyebabkan dampak kesehatan yang cukup serius layaknya penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, hingga sering mengalami kram perut yang tidak bisa disepelekan.

  1. Air yang sudah tercemar

Beberapa jenis cacing ternyata berkembang biak di dalam air layaknya genangan, air di waduk atau bendungan, dan air lainnya. Jika kita menggunakan air-air yang sudah tercemar larva cacing ini sebagai air minum, dikhawatirkan bisa menyebabkan infeksi cacing.

Bahkan, dalam beberapa kasus, bermain air atau mandi di air yang sudah tercemar dengan larva cacing juga bisa menyebabkan datangnya masalah kesehatan ini. Anak-anak yang sering melakukannya cenderung rentan mengalami cacingan karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sekuat yang dimiliki oleh orang dewasa.

  1. Daging ikan

Pastikan untuk mengolah daging ikan dengan benar dan memasaknya hingga benar-benar matang. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan daging ikan sudah terinfeksi cacing. Biasanya, cacing yang sudah mengontaminasi daging ikan adalah cacing benang dengan warna putih. Ukurannya sangat kecil namun cukup panjang.

  1. Daging merah

Kita juga harus lebih cermat dalam mengonsumsi daging merah seperti daging sapi, daging kambing, daging domba, dan lain-lain. Jika daging-dagingan ini tidak diolah hingga benar-benar matang, bisa jadi akan menyebabkan infeksi cacing berjenis cysticercosis atau yang lebih dikenal sebagai cacing otak. Infeksi cacing ini juga bisa berlangsung cukup parah.

  1. Sayuran

Meski tergolong sebagai makanan sehat, bukan berarti kita bisa sembarangan mengonsumsi sayuran, apalagi jika sayuran ini tidak dimasak hingga benar-benar matang, tidak dicuci hingga bersih, atau dijadikan lalapan mentah.

Tanpa disadari, di sela-sela sayuran bisa saja terdapat larva cacing, apalagi jika tanah yang dipakai untuk menanam sayuran-sayuran tersebut juga sudah terkontaminasi cacing.

Selain dengan lebih cermat dalam mengonsumsi makanan-makanan yang disebutkan sebelumnya, pakar kesehatan menyarankan kita untuk rutin mengonsumsi obat cacing setidaknya setiap enam bulan.

Jika kita cenderung sering beraktivitas di tempat-tempat yang rawan terkontaminasi cacing layaknya menjadi peternak atau petani, ada baiknya juga lebih rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan karena bisa jadi di tangan kita telah terpapar larva cacing.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi