Terbit: 2 April 2020 | Diperbarui: 27 September 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Paparan virus Corona dapat memicu komplikasi virus Corona bila terjadi pada seseorang yang memiliki diabetes, penyakit jantung, atau orang tua, walaupun dengan gejala COVID-19 mungkin relatif ringan seperti batuk, flu, dan demam biasa. Ketahui apa saja komplikasi serius tersebut, faktor risiko, dll.

10 Komplikasi Virus Corona yang Mungkin Terjadi

Komplikasi Virus Corona yang Mungkin Terjadi

Berdasarkan keterangan dari World Health Organization (WHO), COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona (SARS-CoV-2) telah menjadi sebuah pandemi atau wabah penyakit global.

Gejala COVID-19 mungkin relatif ringan bagi sebagian besar orang yang sehat, yaitu hanya berupa batuk, pilek, demam, dan sesak napas namun komplikasi kesehatan serius mungkin terjadi pada kelompok individu yang rentan seperti lansia, orang dengan riwayat penyakit pernapasan, diabetes, jantung, liver, HIV/AIDS, atau penyakit kronis lainnya.

Virus Corona yang terpapar di tubuh dapat memperburuk gejala riwayat penyakit bawaan yang sudah dialami sebelumnya. Berdasarkan pengamatan sementara, komplikasi virus Corona inilah yang mungkin menyebabkan peningkatan angka kematian dalam kasus COVID-19. Sejauh ini, terdapat 47.245 kasus kematian COVID-19 di seluruh dunia dan angkanya terus bertambah.

Berikut ini beberapa komplikasi COVID-19 yang mungkin terjadi:

1. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut

Pada kasus COVID-19 awal di China, 15-33% pasien mengalami komplikasi berupa gangguan pernapasan akut atau Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Gangguan pernapasan akut adalah kondisi dimana paru-paru mengalami kerusakan parah sehingga tidak dapat memproses oksigen ke seluruh tubuh dengan baik.

Kantung udara paru-paru terisi cairan sehingga kadar karbon dioksida dalam darah meningkat dan kadar oksigen malah menurun. Organ-organ tubuh lain yang membutuhkan oksigen untuk bekerja pun tidak dapat bekerja dengan baik hingga kondisi ini menyebabkan kegagalan organ.

Pasien yang mengalami gangguan pernapasan akut tidak dapat bernapas dengan normal dan umumnya membutuhkan alat bantu pernapasan seperti ventilator. Dalam kasus COVID-19 ini, akses dan persediaan ventilator terbatas karena banyaknya jumlah pasien.

2. Gagal Napas Akut

Gagal napas akut adalah salah satu komplikasi COVID-19. Gagal napas akut terjadi saat paru-paru tidak memompa cukup oksigan untuk disalurkan ke aliran darah. Akibatnya, darah tidak punya pasokan oksigen yang cukup dan karbon dioksida yang seharusnya dikeluarkan malah menumpuk.

Berdasarkan data, 68 pasien COVID-19 di China meninggal dunia akibat komplikasi gagal napas akut ini. Komplikasi pernapasan ini mungkin menjadi penyebab utama kematian COVID-19.

3. Pneumonia

Gejala COVID-19 yang paling identik adalah flu, demam, dan sesak napas dan memicu gejala pneumonia. Pneumonia adalah kondisi peradangan paru-paru yang menyebabkan kesulitan bernapas dengan gejala seperti flu biasa sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya.

Dalam lonjakan kasus COVID-19 pertama, pneumonia adalah gejala paling umum kasus COVID-19 di China. Berdasarkan gambaran dari ilmuwan, pasien COVID-19 dengan pneumonia memiliki paru-paru yang dipenuhi cairan, pecahan sel-sel, hingga nanah. Kondisi ini merusak sistem pernapasan dan dapat mengancam jiwa.

4. Penyakit Jantung Akut

Virus Corona dapat mengembangkan masalah jantung, terutama bagi pasien yang sudah memiliki bawaan penyakit jantung sebelumnya dan virus tersebut bertahan lebih lama di dalam tubuh.

Berdasarkan studi pasien COVID-19 di China, beberapa pasien mengalami komplikasi penyakit jantung terutama aritmia atau gangguan irama detak jantung. Penelitian lainnya tentang pasien COVID-19 di negara bagian Washington, mereka juga mengalami komplikasi penyakit jantung tingkat tinggi.

Walaupun demikian, infeksi Coronavirus ini sangat baru dan penelitian lain masih dikembangkan.

5. Penyakit Liver Akut

Berdasarkan penelitian, pasien COVID-19 mungkin mengembangkan risiko kerusakan liver atau gagal liver. Gagal liver akut adalah kondisi dimana liver tidak dalam bekerja dengan baik untuk menetralisir racun, sirkulasi hormon, komposisi darah, dan fungsi penting lainnya agar tubuh bekerja dengan baik.

Walaupun demikian, belum diketahui bagaimana virus Corona tersebut masuk dan menginfeksi hati. Ilmuwan juga masih meneliti seberapa parah komplikasi ini dapat terjadi.

6. Syok Septik

Syok septik adalah kondisi dimana bahan kimia di dalam tubuh melawan infeksi dengan cara melepaskan reaksi peradangan ke aliran darah. Syok septik terjadi pada pasien dengan sepsis atau kondisi ketika tubuh salah bereaksi dalam upaya melawan infeksi.

Zat kimia yang dilepaskan ke aliran darah untuk melawan infeksi tidak merespon dengan tepat, akibatnya zat kimia alami tersebut malah merusak organ tubuh. Apabila kesalahan proses ini tidak berhenti, maka syok septik akan menurunkan tekanan darah secara drastis dan mengancam jiwa.

7. Infeksi Sekunder

Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang Anda alami yang sebenarnya tidak berkaitan dengan infeksi utama. Sebagai contoh, saat Anda mengalami infeksi virus Corona lalu tubuh Anda juga mengalami infeksi virus atau bakteri lainnya.

Berdasarkan penelitian terhadap pasien COVID-19, komplikasi infeksi sekunder mungkin terjadi namun tidak umum. Pasien mungkin mengalami infeksi sekunder dari bakteri staphylococcus atau streptococcus. Saat pasien harus melawan dua infeksi sekaligus, kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian.

8. Penyakit Ginjal Akut

Komplikasi virus corona lainnya yang mungkin terjadi adalah penyakit ginjal akut, namun ini tidak umum terjadi. Pasien COVID-19 yang memiliki riwayat penyakit ginjal mungkin mengembangkan komplikasi ini dan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah.

9. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Berdasarkan penelitian COVIC-19 di China, disseminated intravascular coagulation (DIC) termasuk dalam komplikasi virus corona yang paling umum.

Disseminated intravascular coagulation adalah kondisi di mana respon pembekuan darah tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan gumpalan darah abnormal yang kemudian memicu pendarahan internal atau kegagalan organ.

10. Rhabdomylosis

Rhabdomyolysis adalah kondisi langka yaitu kerusakan otot-otot dan jaringan tubuh. Kondisi ini terjadi akibat sel-sel tubuh hancur dan protein yang disebut mioglobin memenuhi aliran darah.

Ginjal yang berfungsi untuk menetralisir racun harus bekerja keras mengeluar sel-sel hancur ini dari tubuh. Apabila ginjal tidak bisa melakukannya, maka penumpukan sel-sel mati di aliran darah dapat menyebabkan kematian. Walaupun demikian, peneliti masih terus meneliti bagaimana virus Corona dapat menghancurkan sel dan menyebabkan rhabdomyolysis.

Seseorang yang positif virus Corona mungkin mengembangkan komplikasi masalah kesehatan lainnya yang membahayakan. Apabila sistem imunnya tidak cukup kuat dan orang tersebut memiliki riwayat penyakit kronis, komplikasi terkait penyakit kronis mungkin terjadi.

Komplikasi kesehatan lainnya mungkin terjadi. Saat ini, para ilmuwan sedang bekerja keras untuk meneliti tentang virus Corona ini.

Faktor Risiko COVID-19

COVID-19 adalah penyakit baru yang menjadi wabah di seluruh dunia. Belum banyak informasi yang diketahui tentang penyakit. Setiap orang mungkin bisa terpapar virus ini melalui droplet dari orang yang terinfeksi, namun siapa yang paling rentan?

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut ini kelompok individu yang paling rentan terpapar virus Corona dan mengembangkan komplikasi lainnya:

  • Lansia di atas 65 tahun ke atas karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah menurun
  • Lansia atau mereka yang tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan jangka panjang

Orang-orang dari segala usia yang memiliki riwayat penyakit kronis yang mendasarinya juga paling rentang, termasuk:

  • Orang dengan penyakit paru kronis.
  • Orang dengan penyakit asma sedang hingga berat.
  • Orang dengan penyakit jantung.
  • Orang dengan diabetes.
  • Orang dengan penyakit liver.
  • Orang dengan penyakit ginjal kronis dialisis.
  • Orang dengan obesitas parah dimana indeks massa tubuh (BMI) 40 atau lebih tinggi.
  • Orang dengan immunocompromised atau kondisi sistem imun melemah akibat perawatan kanker, merokok, sumsum tulang atau transplantasi organ, defisiensi imun, serta penderita HIV atau AIDS.

Belum banyak yang diketahui tentang COVID-19 sehingga setiap orang harus melakukan gerakan preventif untuk memutus penyebaran virus ini seperti membatasi jarak aman atau orang (physical distancing), menutup mulut dengan tisu atau lengan baju saat bersin atau batuk, mencuci tangan teratur, dan memenuhi nutrisi harian untuk meningkatkan sistem imun tubuh agar tidak mudah sakit.

 

  1. CDC. 2020. People who are at higher risk for severe illness. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/people-at-higher-risk.html. (Diakses pada 2 April 2020).
  2. WebMD. 2020. Complications Coronavirus Can Cause. https://www.webmd.com/lung/coronavirus-complications#2-10. (Diakses pada 2 April 2020).
  3. Worldmeter. 2020. Countries where COVID-19 has spread. https://www.worldometers.info/coronavirus/countries-where-coronavirus-has-spread/. (Diakses pada 2 April 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi