Terbit: 24 December 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Menyikat gigi adalah salah satu cara paling sederhana demi menjaga kesehatan tubuh. Tak hanya akan membuat gigi lebih bersih, dalam realitanya hal ini bisa mencegah datangnya berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, lho. Hanya saja, seringkali kita melakukannya dengan asal-asalan sehingga rentan terkena masalah gigi.

8 Kesalahan Menyikat Gigi Ini Masih Sering Kita Lakukan

Kesalahan Menyikat Gigi yang Sering Kita Lakukan

Pakar kesehatan menyebut ada beberapa kesalahan dalam menyikat gigi yang masih sering kita lakukan. Berikut adalah kesalahan-kesalahan tersebut.

  1. Melakukannya Terlalu Singkat

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk menyikat gigi setidaknya dua menit. Hanya saja, banyak orang yang melakukannya kurang dari durasi tersebut. Bahkan, bisa jadi menyikat gigi tak sampai dilakukan satu menit. Bisa jadi, kita tidak benar-benar membersihkan gigi dengan bersih atau hingga ke sela-sela gigi jika terlalu singkat melakukannya.

  1. Melakukannya Terlalu Keras

Banyak orang yang berpikir jika semakin keras gosokan sikat gigi, semakin bersih gigi dari berbagai macam kotoran. Sayangnya, hal ini tidak selalu benar. Meskipun berbagai macam kotoran memang bisa dibersihkan dari permukaan gigi, hal ini bisa menyebabkan stres pada jaringan gusi. Jika kita sering melakukannya, risiko untuk terkena masalah gigi sensitif pun akan meningkat.

  1. Terlalu Sering Melakukannya

Selain melakukannya terlalu keras, banyak orang yang juga menyikat gigi terlalu sering, yakni mencapai lebih dari tiga kali sehari. Hal ini juga bisa memberikan kerugian tersendiri, yakni terkikisnya bagian terluar gigi atau enamel dan meningkatkan risiko terkena kerusakan gigi. Pakar kesehatan lebih menyarankan kita untuk melakukannya dua kali saja dalam sehari.

  1. Langsung Berkumur Setelah Melakukannya

Banyak orang yang tidak meludahkan busa sikat gigi terlebih dahulu dan langsung berkumur dengan air begitu saja. Padahal, pakar kesehatan menyarankan kita untuk meludahkannya terlebih dahulu sebelum berkumur. Dengan melakukan hal ini, maka air bisa benar-benar membersihkan fluoride atau sisa pasta gigi yang bisa saja menempel di permukaan gigi.

  1. Langsung Melakukannya Setelah Makan

Memang, menyikat gigi bisa membantu menghilangkan sisa makanan yang menempel di permukaan gigi, namun bukan berarti kita harus melakukannya setelah makan. Jika kita langsung menyikat gigi, bisa jadi akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan gigi.

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk menunggu sekitar 30 menit setelah makan jika memang ingin menyikat gigi. Hal ini bisa membantu mencegah efek buruk asam bagi kondisi gigi dan mulut.

  1. Sembarangan Memilih Sikat dan Pasta Gigi

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk memilih sikat gigi dengan bulu yang tidak terlalu keras dan bentuk sikat gigi yang “ramah” bagi kondisi mulut. Kepala sikat gigi yang kecil juga dianggap lebih baik karena bisa membantu mencapai bagian geraham dengan lebih mudah. Selain itu, pastikan untuk menggantinya setiap tiga bulan demi memastikan bahwa sikat gigi yang dipakai masih dalam kondisi baik.

Khusus untuk pasta gigi, sebaiknya kita memilih yang menggunakan bahan fluoride dengan kadar yang normal demi memberikan perlindungan bagi gigi dengan lebih maksimal.

  1. Memakai Obat Kumur Setelah Menyikat Gigi

Meskipun bisa membuat gigi menjadi lebih bersih, langsung memakai obat kumur setelah menyikat gigi bisa jadi akan mengikis lapisan terluar gigi. Gunakan di waktu yang berbeda dari menyikat gigi seperti di siang hari.

  1. Malas Menggosok Gigi

JIka kita malas menggosok gigi, khususnya sebelum tidur, bisa jadi akan membuat sisa makanan menempel di mulut dan menjadi tempat bakteri penyebab gigi berlubang semakin berkembang dengan pesat. Risiko terkena masalah gigi lainnya juga akan meningkat.

 

Sumber:

  1. Bender, Rachel. 2019. 8 Ways You’ve Been Brushing Your Teeth All Wrong. thehealthy.com/dental/how-to-brush-your-teeth/. (Diakses pada 24 Desember 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi