Terbit: 1 April 2019 | Diperbarui: 6 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com -Normalnya, pembuluh darah memiliki cukup banyak oksigen untuk yang mengarah ke seluruh organ. Sebaliknya yang berbalik ke paru-paru biasanya mengandung sisa seperti karbon dioksida. Nah, bagaimana kalau darah yang ada di dalam tubuh justru memiliki lebih banyak karbon dioksida? Kira-kira apa yang akan terjadi pada tubuh?

Hypercapnia, Kelebihan Karbon Dioksida di Dalam Pembuluh Darah

Pembuluh darah yang mengandung banyak sekali karbon dioksida disebut hypercapnia atau hypercarbia. Kondisi ini biasanya muncul akibat kondisi hipoventilasi yang menyebabkan Anda susah sekali bernapas dengan baik sehingga oksigen di dalam tubuh tidak akan banyak. Akibat oksigen yang rendah karbon dioksida akan susah keluar.

Tanda-tanda hypercapnia

Hypercapnia sendiri bisa terjadi dengan derajat keparahan parah atau ringan. Setiap kondisi akan memiliki gejala yang kurang lebih berbeda. Nah, untuk mengetahui hypercapnia jenis apa yang sedang terjadi pada tubuh, ada baiknya, Anda menyimak beberapa hal di bawah ini.

  1. Tanda hypercapnia ringan

Hypercapnia ringan memiliki beberapa tanda yang terdiri dari:

  • Kulit akan memerah di beberapa tempat tanpa sebab. Biasanya kulit akan memerah kalau terkena panas, tertawa, atau sedang malu.
  • Susah sekali fokus kalau ingin mengerjakan sesuatu. Otak yang bekerja untuk berpikir dan bekerja membutuhkan suplai oksigen untuk bekerja. Kalau suplai oksigennya rendah, otak akan menjadi sangat lemah.
  • Menjadi sangat malas saat akan melakukan suatu hal. Tubuh yang kekurangan oksigen dan lebih banyak memiliki karbon dioksida akan sangat lemas seperti kekurangan energi. Oksigen dibutuhkan tubuh untuk metabolisme dan menghasilkan energi.
  • Napas akan menjadi sangat pendek dan berat. Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang susah bergerak dengan bebas dan harus beristirahat dan mengatur napasnya dengan baik agar tubuh tidak mengalami masalah.
  • Lelah yang berlebihan dan tidak seperti biasanya. Tanpa melakukan kegiatan yang terlalu berat, tubuh mendadak terasa sangat lemah.
  1. Tanda hypercapnia parah

Kalau kondisi hypercapnia yang dialami cukup parah, tanda-tanda di bawah ini akan sering muncul:

  • Tanda umum seperti yang dimiliki pada hypercapnia juga bisa terjadi meski lebih parah.
  • Muncul kebingungan yang sangat mengganggu. Kebingungan ini muncul karena ada penurunan pada fungsi otak akibat suplai oksigen yang sangat rendah.
  • Seseorang akan mengalami halusinasi dan perubahan mood sangat besar dan kontras. Pada kondisi yang parah, seseorang bisa mengalami depresi dan membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Beberapa bagian otot akan mengalami gangguan seperti mendadak berkedut dengan sendirinya dan membuat penderita tidak nyaman apalagi saat menggunakan alat gerak.
  • Detak jantung akan mengalami perubahan yang cukup besar. Perubahan detak jantung ini membuat seseorang kadang detak jantungnya cepat atau kadang sangat lambat.
  • Mengalami hiperventilasi.
  • Tubuh akan mengalami lumpuh baik semuanya atau sebagian akibat otak tidak bisa berfungsi dengan baik.
  • Mengalami serangan panik yang susah sekali dikendalikan.
  • Seseorang akan lemas dan pingsan begitu saja.

Penyebab hypercapnia

Sesak napas adalah salah satu penyebab paling umum dari hypercapnia. Selain itu, ada juga penyebab lain dari hypercapnia yang harus diperhatikan dengan baik.

  1. Obesitas

Seseorang dengan kondisi obesitas biasanya memiliki banyak lemak yang menyelimuti organ di dalam tubuhnya. Organ yang berperan dalam pernapasan dan peredaran darah seperti paru-paru dan jantung bisa mengalami gangguan. Dampaknya, tubuh bisa memiliki kandungan karbon dioksida yang tinggi.

  1. Sleep apnea

Kondisi sleep apnea menyebabkan seseorang susah sekali bernapas dengan baik khususnya saat tidur. Seseorang akan kekurangan oksigen selama berjam-jam hingga akhirnya karbon dioksida menumpuk di dalam tubuh.

  1. Masalah pertukaran gas di dalam tubuh

Gangguan pada paru-paru yang menyulitkan pertukaran gas bisa menyebabkan karbon dioksida di dalam tubuh semakin tinggi. Kondisi yang bisa menyebabkan hal ini meliputi pulmonary embolus dan emphysema.

  1. Masalah saraf dan otot

Saat tubuh mengalami penyakit seperti sindrom Guillain-Barré, otot dan saraf akan mengalami gangguan. Akibatnya tubuh tidak bisa menerima banyak oksigen dan kadar karbon dioksida di dalam tubuh semakin susah untuk diturunkan.

  1. Masalah genetik

Penyebab terakhir yang membuat seseorang memiliki banyak sekali karbon dioksida di dalam tubuhnya adalah masalah genetik. Dari penelitian yang dilakukan, seseorang dengan gangguan genetik seperti tidak bisa memproduksi protein seperti alpha-1-antitrypsin bisa mengalami gangguan pada fungsi paru-parunya.

Protein alpha-1-antitrypsin bekerja untuk kesehatan paru-paru. Kalau kesehatan paru-paru mengalami penurunan, kemungkinan besar akan terjadi masalah pada suplai oksigen di dalam darah dan susahnya mengeluarkan karbon dioksida di dalam tubuh.

Faktor risiko hypercapnia

Semua orang bisa mengalami hypercapnia. Namun, mereka yang memiliki kriteria di bawah ini risiko terkenanya akan jauh lebih besar.

  • Seseorang yang sering merokok dan sangat aktif melakukan aktivitasnya ini mulai pagi hingga malam. Perokok pasif yang ada di sekitarnya juga bisa mengalami hal senada.
  • Seseorang dengan usia di atas 40 tahun lebih sering mengalami hypercapnia. Meski demikian, usia berapa pun mungkin bisa saja mengalami hal ini.
  • Memiliki kondisi asma dan sering berdekatan dengan alergen. Akibat sering berdekatan dengan alergen, serangan asma akan sering terjadi dan suplai oksigen ke dalam tubuh semakin rendah.
  • Berada di lingkungan yang kotor atau tercemar, misa kawasan pabrik atau industri yang banyak sekali mengeluarkan polusi.

Dari ulasan di atas terlihat dengan jelas kalau hypercapnia tidak baik untuk kesehatan karena bisa mengganggu pernapasan dan kualitas kehidupan dari seseorang. Kalau Anda merasa mengalami gangguan ini seperti sering sesak napas, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Dengan begitu, penanganan yang baik bisa segera dilakukan agar tubuh tidak mendapatkan efek samping terlalu banyak.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi