Terbit: 11 February 2017 | Diperbarui: 21 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Seorang gadis berusia 24 tahun dari Dusun Dayah Kleng, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, bernama Sari Rezita Ariyanti terlihat layaknya seorang balita alih-alih layaknya gadis seumurannya. Bagaimana tidak, gadis yang terlahir pada usia 16 oktober 1993 ini hanya memiliki tinggi 87 cm dan berat badan 20 kg. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Gadis 24 Tahun Ini Masih Terlihat Layaknya Balita

Sang ibu, Suryani H. Suud, berkata bahwa tatkala Ia masih kecil, Sari terlihat cantik dan normal layaknya anak-anak pada umumnya. Hingga usianya dua tahun, Suryani bahkan tidak menyadari sama sekali jika putrinya ini mengalami kondisi langka. Barulah saat melewati usia tersebut, Ibunya merasa aneh karena Sari tidak bisa melakukan apa-apa, baik itu berbicara atau bahkan berjalan. Kondisi ini bahkan masih bertahan hingga usianya dewasa sekarang dimana dalam kesehariannya, Ia harus menggunakan kursi roda dan kesulitan untuk melafalkan kata-kata meskipun kata-kata tersebut mudah.

Meskipun sudah merasakan adanya keanehan pada perkembangan Sari, namun, sang ibu tetap tidak bisa memeriksakan kondisi anaknya ke dokter. Beliau mengaku jika kesulitan ekonomi membuat dirinya hanya bisa pasrah dengan kondisi Sari saat masih kecil. Saat akhirnya sang ibu memiliki biaya untuk memeriksakannya, diagnosisnya pun sudah sangat terlambat dan dokter berkata jika Sari sudah cukup sulit untuk diobati. Menurut pakar kesehatan dari Rumah Sakit Ibnu Sina yang ada di Sigli, Sari mengalami gangguan pertumbuhan hormon dan terkena penyakit Turner Syndrome, sebuah kelainan genetik yang menyerang 1 dari 2 ribu bayi di seluruh dunia dimana kelainan ini hanya menyerang anak perempuan saja.

Tak hanya membuat pertumbuhannya terhambat, penyakit langka ini juga ikut mempengaruhi perkembangan organ reproduksinya. Karena alasan inilah Sari tetap saja terlihat layaknya balita meskipun sudah berusia 24 tahun. Dr. Suriadi Umar, SpA yang berasal dari RS Ibnu Sina juga berkata bahwa kelainan hormonal ini ikut mempengaruhi lambatnya pertumbuhan sel saraf pada tubuh Sari. Beliau sendiri menyesalkan sangat terlambatnya keluarga Sari dalam memeriksakan kondisi kesehatannya, karena andai kelainan ini sudah terdiagnosis saat Sari baru berusia enam bulan, bisa jadi Sari bisa diobati dan kini hidup dalam kondisi yang normal.

Kini, Sari tetap melakukan fisioterapi dan pengobatan. Meskipun harapannya kecil, sang ibu berharap agar Sari bisa berjalan suatu hari nanti.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi