Terbit: 6 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Banyak wanita memimpikan tubuh langsing, sayangnya, cara yang ditempuh sering kali tidak aman dan menimbulkan bahaya tertentu bagi kesehatan. Salah satunya adalah diet cacing pita atau tapeworm diet. Ketahui bagaimana cara kerja diet tersebut, bahaya, hingga komplikasinya.

Diet Cacing Pita: Bahaya dan Komplikasi yang Ditimbulkan

Cara Kerja Diet Cacing Pita

Tapeworm diet adalah diet yang dilakukan dengan cara mengonsumsi pil yang di dalamnya berisi telur cacing pita. Ketika telur-telur tersebut menetas, cacing pita akan tumbuh di dalam tubuh seseorang dan memakan apa pun yang dimakan orang tersebut.

Tujuan dari diet ini adalah untuk mencapai berat badan ideal tanpa harus peduli apa yang dimakan, karena cacing pita yang akan memakan semua makanan yang masuk ke dalam tubuh. Sayangnya, pemahaman ini hanya sekadar teori.

Bahaya Diet Cacing Pita

Ketika cacing pita menetas dan hidup di dalam organ pencernaan, cacing tersebut akan melahap semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Seiring berjalannya waktu, cacing ini akan tumbuh dan menjadi semakin besar.

Salah satu bahayanya adalah Anda tidak bisa mengatur dan mengendalikan di mana cacing tersebut bersemayam. Cacing bisa hidup di organ dan jaringan di luar sistem pencernaan manusia, sehingga menimbulkan bahaya yang lebih besar. Infeksi yang disebabkan cacing pita akan menimbulkan beberapa gejala, seperti:

  • Diare.
  • Rasa sakit pada perut.
  • Mual.
  • Merasa lemas.
  • Demam.

Gejala lain yang mungkin Anda alami adalah:

  • Alergi cacing pita.
  • Infeksi bakteri.
  • Permasalahan neurologis.

Baca Juga: Gejala Cacingan pada Orang Dewasa Berdasarkan Jenis Cacing

Komplikasi Diet Cacing Pita

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika Anda melakukan diet ini adalah:

  • Penyumbatan saluran empedu, usus buntu, atau saluran pankreas.
  • Neurocysticercosis, komplikasi otak dan sistem saraf yang dapat menyebabkan demensia dan masalah penglihatan.
  • Gangguan fungsi berbagai organ dalam tubuh termasuk paru-paru dan hati.
  • Kematian

Cara Membasmi Cacing Pita

Untuk mengatasi infeksi cacing pita, dokter akan meresepkan pengobatan oral dan mungkin disertai dengan perawatan lain tergantung pada tipe infeksi yang diderita. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk infeksi cacing pita di usus adalah:

  • Albendazole (Albenza).
  • Praziquantel (Biltricide).
  • Nitazoxanide.

Perawatan yang digunakan untuk infeksi cacing pita invasif (di luar organ usus), termasuk:

  • Mengobati peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
  • Obat anti kejang, jika infeksi yang dialami menyebabkan kejang.
  • Pengobatan hidrosefalus (pembengkakan otak) apabila terjadi, dengan menempatkan tabung di kepala untuk mengalirkan kelebihan cairan.
  • Operasi pengangkatan kista.
  • Setiap pengobatan ditentukan oleh jenis infeksi yang diderita, tipe cacing pita, dan komplikasi yang berkembang karena infeksi.

Baca Juga: Cacing Kremi: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Diet cacing pita bukanlah jalan yang tepat untuk menurunkan berat badan. Cacing pita dapat membawa komplikasi yang berbahaya, dan tidak ada penelitian yang mendukung efektivitasnya untuk menurunkan berat badan.

Jika Anda ingin menurunkan berat badan, maka pilihlah jalan yang lebih sehat dan aman. Misalnya seperti mengatur pola makan, banyak minum air putih, dan olahraga secara rutin. Ingatlah bahwa tidak ada cara yang instan untuk menurunkan berat badan. 

 

  1. Doerr, Steven. 2022. Eating Tapeworms for Weight Loss. https://www.medicinenet.com/eating_tapeworms_for_weight_loss/views.htm. (Diakses pada 04 April 2022).
  2. Kesa, Ingrid. 2018. Inside the Lasting Legacy of Tapeworm Diets. https://www.vice.com/en/article/xw5nnq/inside-the-lasting-legacy-of-tapeworm-diets. (Diakses pada 04 April 2022).
  3. Wells, Diana. 2019. What Happens If You Try the Tapeworm Diet? Risks, Side Effects, and More. https://www.healthline.com/health/diet-and-weight-loss/tapeworm-diet. (Diakses pada 04 April 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi