Terbit: 26 January 2019 | Diperbarui: 7 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Terdapat sebuah kelakar di media sosial tentang bubur ayam, yakni ada orang yang terbiasa makan bubur ayam yang tidak diaduk dan ada yang terbiasa mengonsumsinya tanpa diaduk. Masing-masing kubu biasanya menganggap kubu lainnya sebagai orang yang aneh. Hanya saja, jika kita tilik dari sisi kesehatan, apakah ada perbedaan antara bubur ayam yang diaduk atau yang tidak diaduk

Sehat Mana, Bubur Ayam yang Diaduk atau yang Tidak Diaduk?

Beda bubur ayam yang tidak diaduk dan yang diaduk

Pakar kesehatan menyebut tidak ada perbedaan yang berarti antara kebiasaan mengonsumsi bubur yang diaduk dan yang tidak diaduk. Secara umum, nutrisinya sama saja. Hal ini hanya bergantung pada selera setiap orang saja. Hanya saja, jika kita menambahkan bahan lain seperti kecap misalnya, maka kalori atau kadar natriumnya akan meningkat.

Beberapa fakta sarapan dengan bubur ayam

Alih-alih membahas tentang kebiasaan mengaduk bubur ayam atau tidak, pakar kesehatan menyebut ada beberapa fakta yang terkait dengan kebiasaan makan bubur ayam.

Berikut adalah beberapa fakta tersebut

  1. Kadar kalorinya lebih rendah dibandingkan dengan sarapan lainnya

Pakar kesehatan menyebut bubur ayam sebagai pilihan sarapan dengan kadar kalori lebih rendah jika dibandingkan dengan nasi uduk, nasi kuning, atau nasi goreng. Hal ini disebabkan oleh jumlah beras yang dibutuhkan untuk membuat semangkuk bubur jauh lebih sedikit dibandingkan dengan saat kita membuat semangkuk nasi.

Berdasarkan sebuah penelitian, dihasilkan fakta bahwa bubur ayam polos tanpa tambahan apapun hanya memiliki 138 kalori. Hanya saja, setelah ditambahkan dengan telur, ayam, sayur, daun bawang, kerupuk, dan bahan-bahan lainnya, kadar kalorinya bisa melonjak hingga 290 kalori. Jumlah ini dianggap tetap lebih aman karena jika kita makan nasi semangkuk tanpa lauk apapun sudah menyediakan 242 kalori.

  1. Lebih mudah lapar setelah memakannya

Karena jumlah beras yang diolah menjadi semangkuk bubur cenderung tidak banyak, maka kita pun akan lebih mudah lapar sebelum jam makan siang jika mengonsumsi bubur ayam. Hal ini disebabkan oleh sebagian kandungan bubur ayam berupa air yang tidak bisa mengenyangkan perut.

  1. Tidak cocok untuk diet

Karena kemampuannya dalam membuat kita lebih mudah lapar, pakar kesehatan menyebut bubur ayam tidak cocok untuk program diet meski kadar kalorinya cukup rendah. Kita justru akan lebih mudah tertarik untuk mencari camilan sebelum jam makan siang tiba sehingga membuat asupan kalori justru meningkat.

  1. Bisa meningkatkan kadar gula darah

Bubur ayam memiliki kandungan karbohidrat sederhana yang cenderung mudah untuk dimetabolisme tubuh menjadi glukosa. Hal ini bisa memicu peningkatan kadar gula darah dengan lebih cepat dibandingkan dengan saat kita mengonsumsi nasi biasa. Hal ini berarti, orang-orang yang berada dalam kondisi pre-diabetes atau sudah terkena diabetes sebaiknya tidak makan bubur ayam.

Rutin sarapan bubur ayam berbahaya bagi kesehatan atau tidak?

Pakar kesehatan menyebut orang Indonesia memang cenderung suka dengan bubur sehingga bubur ayam pun laris manis, khususnya di akhir pekan saat orang baru saja menikmati waktu bersantai atau berolahraga di taman. Makan bubur ayam bisa memberikan sensasi nyaman pada perut.

Bahkan, bubur ayam sebenarnya juga cocok untuk dikonsumsi oleh anak mengingat kemampuannya dalam meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Jika anak yang aktif makan bubur ayam, maka kenaikan kadar gula darah ini bisa diubah menjadi energi yang cocok bagi mereka.

Hanya saja, bagi orang dewasa atau para lansia, bubur ayam cenderung kurang cocok dijadikan sarapan karena akan membuat perut mudah lapar. Dikhawatirkan, hal ini justru akan membuat kita lebih tertarik untuk mengonsumsi camilan setelah lapar kembali. Jika hal ini terjadi, maka asupan kalori menjadi berlebihan dan kita pun akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan atau risiko diabetes.

Melihat fakta ini, sarapan bubur ayam boleh-boleh saja untuk dilakukan, namun sebaiknya tidak dilakukan terlalu sering. Pilihlah sarapan dengan kadar gizi yang lebih seimbang demi bisa memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi