Terbit: 15 January 2020 | Diperbarui: 28 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Seorang pedagang bubble tea diketahui mencampur minumannya dengan bubuk ekstasi. Tujuan dari tindakan ini adalah agar pembelinya ketagihan dan akhirnya terus membeli di tempatnya. Seperti apa sih kasus yang sangat tidak biasa ini?

Awas, Ada Bubble Tea yang Dicampur Ekstasi!

Penjual Mencampurkan Ekstasi dengan Bubble Tea

Sebagaimana kita ketahui, bubble tea atau juga yang dikenal dengan nama lain boba sedang digandrungi banyak orang, khususnya mereka yang dari generasi muda. Minuman dengan rasa yang manis ini memang bisa membuat ketagihan, namun pedagang ini ingin membuat para pelanggannya tidak berpaling dari minuman racikannya sehingga memilih untuk memasukkan bubuk ekstasi ke dalam minuman ini.

Kasus ini terjadi di negara tetangga, Malaysia. Beruntung, tindakan ini bisa dihentikan aparat kepolisian setempat yang sedang membongkar peredaran narkoba di negara tersebut. Saat diinterogasi, sang pedagang mengaku jika tujuan dari hal ini demi mendapatkan keuntungan lebih.

Tidak ingin dicurigai pelanggannya, pil ekstasi yang dimasukkan ke dalam bubble tea ini dihaluskan terlebih dahulu. Bubuk inilah yang kemudian dicampurkan ke dalam minuman bubble tea dari merek yang cukup populer di Malaysia.

Hanya saja, harga dari minuman ini juga nggak main-main. Jika biasanya kita bisa mendapatkan bubble tea dengan harga puluhan ribu rupiah, bubble tea yang dipasarkan di sekitar Langkawi dan Bukit Tinggi, Malaysia ini dihargai Rp800 ribu-an hingga Rp1,1 juta-an per gelas.

Aparat mengamankan empat pria dan tiga perempuan yang menjadi penjual bubble tea ekstasi ini. Mereka juga telah menyita sekitar 131 paket bubuk minuman dan 27 minuman yang sudah dicampur dengan ekstasi.

Kasus makanan atau minuman yang diberi tambahan narkoba agar pembelinya ketagihan bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, di Tiongkok, ada penjual mie yang sengaja memasukkan opium dalam masakannya. Pemilik dari restoran tersebut pun akhirnya digiring aparat kepolisian untuk diadili.

Bahaya Bubble Tea Jika Terlalu Sering Dikonsumsi

Rasanya manis dan disukai siapa saja, namun pakar kesehatan menyarankan kita untuk membatasi atau bahkan sebaiknya menghindari bubble tea demi mencegah dampak buruk bagi kesehatan.

Berikut adalah berbagai efek buruk sering mengonsumsinya.

  1. Bisa Menyebabkan Sembelit

Sebuah kasus di Tiongkok yang dipicu oleh sering minum bubble tea menggegerkan banyak orang. Bagaimana tidak, minuman ini sampai membuat remaja perempuan berusia 14 tahun sembelit hingga 5 hari!Sang anak juga kehilangan nafsu makan dengan drastis.

Setelah dibawa ke dokter, barulah diketahui bahwa di dalam pencernaanya dipenuhi dengan bulatan bubble yang tidak bisa dicerna oleh tubuh. Hal ini membuat laju pencernaan terhambat dan memicu sakit perut luar biasa.

  1. Tinggi Kandungan Lemak Trans

Lemak trans tak hanya ditemukan di dalam gorengan saja, dalam realitanya, di dalam minuman seperti bubble tea juga tinggi kandungan lemak trans. Sering mengonsumsinya tentu bisa meningkatkan kolesterol tinggi, faktor utama penyebab penyakit jantung dan stroke.

  1. Tinggi Gula

Rasa bubble tea yang manis disebabkan oleh kandungan gulanya yang tinggi. Di dalam seporsi minuman ini, bisa jadi kita sudah mendapatkan 50 persen dari asupan gula maksimal harian. Sering mengonsumsinya bisa memicu kenaikan berat badan dan risiko diabetes.

  1. Tinggi Kalori

Per porsi bubble tea bisa saja terdapat 300 hingga 400 kalori. Jika kita rutin mengonsumsinya, bisa jadi akan meningkatkan risiko obesitas dengan signifikan.

  1. Meningkatkan Risiko Kanker

Tingginya kandungan gula dan keberadaan topping yang terbuat dari bahan tapioka di dalam bubble tea disebut-sebut bisa menyebabkan gangguan pada sistem imun, sistem saraf, dan meningkatkan risiko kanker.

 

Sumber:

  1. Ong, Tanya. 2020 M’sia drug dealers allegedly mixed ecstasy into bubble tea & other sweet drinks. mothership.sg/2020/01/malaysia-drug-bubble-tea/. (Diakses pada 15 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi