Terbit: 12 December 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Jika kita membahas makanan dari bahan daging, biasanya kita akan berpikir tentang daging unggas seperti ayam dan bebek atau daging merah seperti kambing atau sapi. Daging-daging ini memang sudah biasa kita konsumsi. Hanya saja, sebenarnya ada daging jenis lain yang juga bisa kita temukan di banyak tempat, yakni daging ular. Meski terlihat sebagai sesuatu yang mengerikan, pencinta daging ular menyebut daging reptil ini bisa memberikan banyak manfaat kesehatan.

Berbahayakah Makan Daging Ular?

Benarkah daging ular berkhasiat?

Meskipun banyak orang menyebut daging ular bisa membuat vitalitas tubuh meningkat atau menyembuhkan alergi, dalam realitanya belum ada penelitian yang membuktikan bahwa daging ular bisa memberikan berbagai manfaat kesehatan tersebut. Bahkan, berdasarkan sebuah penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam International Journal of Food Microbiology, dihasilkan fakta bahwa mengonsumsi daging reptile seperti ular bisa memicu datangnya penyakit seperti trikinosis, sparganosis, dan lain-lain.

Daging reptil penuh dengan bakteri

Datangnya penyakit ini ternyata disebabkan oleh adanya bakteri di dalam daging reptil seperti salmonella, shigella, e.coli, staphylococcus, atau campylobacter. Apalagi dengan adanya fakta bahwa banyak orang yang mengonsumsi ular dalam kondisi mentah seperti meminum darahnya.

Berikut adalah dampak dari bakteri yang ada di dalam daging ular jika masuk ke dalam tubuh manusia.

  1. Bakteri salmonella

Bakteri salmonella adalah biang keladi dari penyakit tifoid, infeksi parah pada saluran pencernaan. Gejala dari penyakit ini adalah demam tinggi, diare, konstipasi, atau muntah-muntah. Jika tidak kunjung diatasi, penderitanya akan mengalami gangguan fungsi hati atau bahkan meninggal.

  1. Bakteri E.coli

Bakteri e.coli dikenal luas sebagai penyebab berbagai penyakit pencernaan seperti diare, kram perut, mual-mual, serta muntah. Jika sampai menyebabkan infeksi parah, maka gejalanya bisa merembet hingga dehidrasi, urine berdarah, kulit yang pucat, dan munculnya memar-memar.

  1. Bakteri staphylococcus aureus

Bakteri ini bisa memicu berbagai macam penyakit, namun biasanya yang akan mengalami dampak paling buruk adalah kulit yang terkena infeksi atau gangguan pada saluran pencernaan.

  1. Bakteri shigella

Bakteri shigella, yersinia, serta campylobacter adalah penyebab dari gangguan pencernaan seperti diare parah, diare dengan darah, nyeri perut, mual-mual, dan muntah.

  1. Bakteri clostridum

Bakteri ini bisa menyebabkan penyakit botulisme dengan gejala kelumpuhan. Penyakit ini jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kematian.

  1. Cacing spirometra

Bakteri ini bisa memicu penyakit bernama sparganosis. Selain daging ular, kebiasaan mengonsumsi daging katak atau minum empedu dan darah dari ular juga bisa meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

Bolehkah makan daging ular?

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa daging ular bisa memberikan manfaat kesehatan. Ditambah dengan adanya fakta bahwa makan daging ular atau minum darah ular bisa menyebabkan datangnya penyakit, sebaiknya kita tidak mengonsumsi daging ini terlebih dahulu.

Hanya saja, jika kita termasuk dalam orang yang memang memiliki hobi mengonsumsi daging reptil, ada baiknya kita memastikan bahwa daging ini sudah dimasak hingga benar-benar matang. Selain itu, kita juga sebaiknya tidak memasukkan daging reptil ke freezer atau membekukannya karena bisa membuat parasit dan pathogen di dalamnya hanya menjadi tidak aktif.

Daging ular memiliki banyak bakteri dan parasit karena tinggal di tempat yang membuat mereka berpotensi terpapar berbagai hal tersebut. Karena alasan inilah pakar kesehatan tidak merekomendasikan kita untuk mengonsumsi daging ular.

Jika kita penasaran dan ingin mencicipi daging ular, sebaiknya pastikan bahwa daging ini sudah dimasak dengan benar-benar matang sehingga kita pun bisa meminimalisir paparan bakteri atau kuman berbahaya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi