Terbit: 3 January 2019 | Diperbarui: 7 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Batuk seringkali dikaitkan dengan gangguan pernapasan, namun terkadang masalah kesehatan ini juga terkait dengan kondisi lainnya, termasuk pada pencernaan. Bahkan, terkadang batuk juga menandakan penyakit berbahaya. Lantas, seperti apa batuk yang sebaiknya kita waspadai?

Batuk Seperti Ini? Awas Penyakit Pencernaan

Batuk yang terkait dengan penyakit pencernaan

Pakar kesehatan menyebut batuk bisa jadi menandakan masalah gastroesophageal reflux disease atau gangguan pada asam lambung. Fakta ini diungkap oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul Nature pada 2006 silam. Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa penyakit dengan nama lain GERD ini adalah penyebab batuk kronis paling banyak nomor dua di seluruh dunia.

Seperti apa gejala batuk yang terkait dengan penyakit GERD?

Pakar kesehatan menyebut hal ini biasanya bisa dirasakan dengan batuk kering yang disertai dengan kontraksi pada perut. Hal ini dipicu oleh naiknya asam lambung yang akhirnya mengiritasi kerongkongan. Jika sampai hal ini terjadi, maka kita sebaiknya harus memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Biasanya, untuk menangani hal ini, kita cukup mengonsumsi obat-obatan yang bisa menurunkan produksi asam lambung.

Penyakit lain yang bisa menyebabkan batuk

Pakar kesehatan menyebut ada beberapa jenis penyakit lain yang lebih serius dan menunjukkan gejala batuk-batuk. Penyakit ini tidak bisa disepelekan begitu saja karena bisa memberikan dampak fatal.

Berikut adalah beberapa jenis penyakit tersebut.

  1. Pneumonia

Jika kita mengalami batuk kering atau batuk basah dengan lendir yang memiliki warna kekuningan, kehijauan, atau bahkan adanya bercak kemerahan yang menandakan darah, bisa jadi hal ini adalah tanda dadi pneumonia. Selain itu, gejala lain dari hal ini adalah tubuh yang mengalami demam, menggigil kedinginan, susah bernapas, dan munculnya rasa nyeri saat batuk.

Jika kita memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter, biasanya dokter sudah bisa mendiagnosis pneumonia hanya dengan menggunakan stetoskop. Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri, kita biasanya akan diminta untuk mengonsumsi antibiotik demi mengatasinya.

  1. Pertusis

Pertussis adalah penyakit yang menyebabkan gejala batuk yang sangat parah. Selain itu, kita juga akan mengalami gejala pilek, mata berair, dan demam parah. Bahkan, kita bisa mengalami sensasi mual dan muntah setelah batuk-batuk.

Pakar kesehatan menyebut pertussis biasanya diobati dengan antibiotik. Hanya saja, saat kita memeriksakan kondisi ini ke dokter, kita biasanya diminta untuk melakukan tes darah atau tes rontgen.

  1. Post-nasal drip

Jika kita mengalami gejala batuk kering atau batuk berdahak, besar kemungkinan kita mengalami masalah post nasal drip yang disebabkan oleh lendir yang ada di tenggorokan yang akhirnya menyentuh ujung saraf dan menyebabkan batuk-batuk. Gejala lain dari penyakit ini adalah batuk ini berlangsing lebih dari sepekan dan sulit untuk diobati,.

Post nasal drip bisa diatasi dengan menggunakan obat antihistamin atau memakai pembilasan hidung dengan air garam atau dalam dunia medis disebut sebagai saline washes. Hanya saja, terkadang penyakit ini juga terkait dengan infeksi sinus sehingga harus diwaspadai.

  1. Asma

Batuk yang menandakan asma biasanya ditandai dengan gejala batuk kering dan bunyinya yang mirip dengan mengi atau siulan. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan parah pada saluran pernapasn. Kondisi ini juga cenderung semakin parah saat malam hari.

Batuk yang disebabkan oleh asma biasanya bisa diobati dengan menggunakan bronkodilator.

  1. Penyakit paru obstruktif kronis

Penyakit paru obstruktif kronis bisa menyebabkan batuk kronis dan penuh dengan lendir. Biasanya, gejala batuk-batuk ini muncul di pagi hari dan terkait dengan kebiasaan merokok. Saat siang hari, batuk-batuk cenderung lebih lega namun menjelang malam gejalanya kembali memburuk. Untuk mengatasinya, dokter biasanya meminta penderitanya menggunakan bronkodilator atau steroid. Selain itu, penderitanya juga harus berhenti merokok.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi