Terbit: 13 March 2016 | Diperbarui: 25 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Bell’s palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan otot wajah yang bersifat sementara karena adanya kerusakan atau cedera pada serabut-serabut saraf wajah. Serabut saraf wajah – disebut juga nervus cranialis VII atau nervus facialis – berjalan melalui sebuah saluran sempit di belakang telinga, lalu keluar pada kedua sisi wajah. Sepanjang perjalanannya, serabut saraf ini hampir selalu tertutup oleh tulang.

Apa itu Bell’s Palsy?

Tiap nervus facialis mengatur gerakan otot pada satu sisi wajah, termasuk gerakan berkedip dan menutup mata, serta ekspresi wajah seperti tersenyum dan mengerutkan dahi. Selain itu, nervus facialis juga menghantarkan sinyal ke kelenjar air mata, kelenjar air liur, dan otot-otot yang menggerakkan tulang-tulang pendengaran di telinga tengah. Nervus facialis ini juga membawa sensasi rasa manis, asin, dan asam dari lidah.

Pada saat terjadi Bell’s palsy, fungsi nervus facialis terganggu, mengakibatkan kegagalan penghantaran sinyal dari otak ke otot-otot wajah. Hal ini akan menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan otot wajah.

Bell’s palsy dinamakan dari Sir Charles Bell, seorang ahli bedah dari Skotlandia pada abad ke-19, yang telah berhasil menggambarkan hubungan antara nervus facialis dengan penyakit ini. Bell’s palsy hanya mengenai salah satu sisi wajah, sangat jarang terjadi pada kedua sisi wajah secara bersamaan.

Apa sajakah gejala Bell’s palsy itu?

Karena nervus facialis yang begitu kompleks dan memiliki banyak fungsi, kerusakan pada serabut saraf atau gangguan pada fungsinya dapat menimbulkan berbagai masalah. Gejala Bell’s palsy bervariasi pada tiap orang dan intensitasnya juga berbeda-beda, mulai dari kelemahan otot wajah yang bersifat ringan saja hingga kelumpuhan total otot wajah. Gejala lain meliputi sudut mulut dan sudut mata luar melorot, drooling (air liur berlebihan atau “ngeces”), mata atau mulut kering, gangguan rasa di lidah, dan air mata berlebihan pada salah satu mata. Gejala-gejala yang biasanya muncul mendadak dan mencapai puncaknya dalam 48 jam ini seringkali membuat wajah seseorang menjadi sulit dikenali atau tampak berbeda dari biasanya.

Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa infeksi virus misalnya meningitis virus atau virus biasa – seperti herpes simpleks – menjadi penyebab penyakit ini. Menurut mereka, nervus facialis membengkak dan mengalami peradangan sebagai respon terhadap infeksi virus ini, menyebabkan peningkatan tekanan dalam saluran tempat berjalannya nervus facialis sehingga akan mengganggu aliran darah dan oksigen ke serabut saraf ini. Pada beberapa kasus yang ringan (atau cepat sembuh), kerusakan hanya terjadi pada selubung mielin yang membungkus serabut saraf facialis ini.

Gangguan ini mungkin juga berhubungan dengan influenza, nyeri kepala, infeksi telinga tengah, tekanan darah tinggi, diabetes, sarcoidosis, tumor, Lyme disease, dan cedera seperti patah tulang tengkorak atau cedera lain pada wajah.

Siapa saja yang dapat terkena Bell’s palsy?

Bell’s palsy dapat terjadi pada pria maupun wanita dan pada usia berapapun, tetapi sangat jarang pada usia di bawah 15 tahun dan di atas 60 tahun.

Bagaimanakan cara pengobatan Bell’s palsy?

Pengobatan Bell’s palsy berbeda-beda tergantung pada kondisi tiap orang. Beberapa kasus hanya bersifat ringan sehingga tidak memerlukan terapi pengobatan karena gejala biasanya menghilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Sedangkan pada kasus yang berat, terapi bisa meliputi obat-obatan dan fisioterapi. Jika penyakit yang mendasarinya dapat ditemukan (misalnya infeksi), pengobatan akan dapat dilakukan dengan lebih terarah. Disarankan untuk tidak menggunakan obat-obatan secara sembarangan dan segera menghubungi dokter bila dirasa mengalami gejala Bell’s palsy. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan obat yang sesuai.

Faktor penting lain dalam pengobatan Bell’s palsy adalah perlindungan mata. Bell’s palsy dapat mengganggu refleks berkedip pada mata sehingga mata akan lebih rentan mengalami iritasi dan menjadi kering. Oleh karena itu, menjaga kelembapan mata dan melindungi mata dari kotoran serta mencegah infeksi pada mata, terutama pada malam hari (penderita Bell’s palsy biasanya sulit menutup mata sehingga terpaksa tidur dengan mata terbuka), sangatlah penting.

Fisioterapi yang dapat dilakukan pada Bell’s palsy antara lain pijat wajah, akupuntur, dan sebagainya. Terapi bedah hanya dilakukan sesuai indikasi.

Apakah Bell’s palsy bisa sembuh sempurna?

Kesembuhan pada Bell’s palsy bergantung pada derajat dan luas kerusakan serabut saraf yang terkena. Proses penyembuhan akan terjadi secara bertahap dan lamanya bervariasi. Dengan atau tanpa terapi, sebagian besar penderita Bell’s palsy mengalami perbaikan dalam dua minggu setelah munculnya gejala dan sembuh sempurna dalam waktu 3-6 bulan. Pada kondisi tertentu, penyembuhannya bisa lebih lama. Pada sebagian kecil kasus, gejalanya tidak bisa hilang secara sempurna atau masih ada gejala sisa. Dan jarang sekali, kambuh kembali baik pada sisi wajah yang sama maupun pada sisi yang lain.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi