Terbit: 25 September 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Penis adalah salah satu organ tubuh paling favorit dan dibanggakan oleh pria. Memiliki penis yang panjang dan juga besar membuat pria lebih percaya diri dengan seks yang dilakukan atau berdiri telanjang di depan pasangannya. Singkatnya, penis yang panjang akan membuat kehidupan pria jadi lebih dewasa meski tidak sepenuhnya benar.

Bisakah Sindrom Penis Kecil Diatasi oleh Pria?

Kepuasan dan Ukuran dari Penis

Sekitar 80 persen wanita mengatakan kalau mereka puas dengan apa pun ukuran penis dari pasangan berdasar beberapa penelitian. Yang terpenting bagi wanita adalah bagaimana pria memberikan kenikmatan saat seks alih-alih membanggakan apa yang mereka miliki.

Sayangnya tidak semua pria bangga atau mau menerima kondisi penis yang dimiliki. Banyak sekali pria yang merasa penisnya lebih kecil dan akhirnya mengidap small penis syndrome atau sindrom penis kecil (mikropenis). Kondisi ini menyebabkan banyak masalah pada pria tidak hanya secara fisik tapi juga mental.

Mengenal Small Penis Syndrome

Small penis syndrome atau mikropenis adalah gangguan psikologi yang dialami oleh pria. Gangguan ini muncul bukan karena penis yang mereka miliki benar-benar kecil. Kadang kala, penis sudah termasuk besar dan panjang, tapi gara-gara minder dengan orang lain atau melihat video pornografi, pria jadi tidak percaya diri lagi dengan penis yang dimiliki.

Sindrom ini tidak berkaitan dengan pria yang memiliki penis kecil. Kadang pria dengan ukuran penis di atas rata-rata masih mengalaminya. Penis dikatakan kecil kalau ukurannya berada di bawah 5 cm saat ereksi. Kondisi ini disebut dengan mikropenis dan dialami oleh beberapa orang saja.

Gangguan yang menyerang pria ini sekilas tidak terlihat membahayakan. Namun, kalau sudah parah pria bisa mengalami banyak kemunduran pada dirinya. Pria bisa alami banyak gangguan mental seperti depresi berlebihan, takut bercinta dengan pasangan, dan yang paling buruk memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Penanganan Small Penis Syndrome

Small penis syndrome adalah salah satu gangguan mental yang cukup berat. Perasaan minder akan terus menanjak dan mengubur kepercayaan diri pria. Gangguan tidak hanya muncul pada hal-hal yang berbau seks saja, tapi juga kehidupan sehari-hari.

Meski cukup berbahaya, bukan berarti gangguan ini tidak bisa diatasi atau diminimalkan dampaknya. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak small penis syndrome.

  • Komunikasi dengan pasangan harus ditingkatkan lagi. Pria selalu ingin tampak sempurna di depan pasangannya. Padahal tidak semua wanita menuntut kondisi penis harus sempurna. Terkadang pria sering menafsirkan sendiri apa yang mereka takutkan. Padahal bisa saja wanita tidak memikirkan hal itu.
  • Pasangan harus mendukung penis pasangannya agar sembuh dan tidak terlalu memikirkan hal yang tidak perlu. Wanita bisa mengatakan kalau ukuran penisnya bukan masalah karena bisa berfungsi dengan maksimal. Percuma memiliki penis yang besar kalau tidak digunakan dengan maksimal atau malah mengalami ejakulasi dini
  • Ke psikiater atau terapis seks. Di sana, pasangan akan diberi arahan tentang cara mengatasi sindrom yang cukup berbahaya ini. Dengan berkunjung ke terapis, Anda dan pasangan akan diberi beberapa saran untuk dilakukan. Dengan saran itu perasaan tidak nyaman dengan ukuran penis bisa diatasi dan pria bisa lebih percaya diri.
  • Menghindari video pornografi. Terkadang pria yang terobsesi punya penis besar atau mendapatkan seks hebat dipicu oleh video tersebut. Orang yang ada dalam video memang aktor yang dipilih. Padahal tidak semua pria harus sama seperti dia.

Bisakah Penis Diperbesar?

Pria yang terobsesi memiliki penis besar dan panjang selalu berusaha untuk melakukan pembesaran alat vital. Di luaran sana ada banyak sekali metode pembesaran dengan risiko sendiri-sendiri. Beberapa metode bahkan mengklaim bisa membuat penis bisa cepat panjang dan hasilnya permanen.

Sebenarnya cara-cara seperti jelq, menggunakan pompa, atau metode pembesaran penis lain cukup berbahaya. Setelah melakukan metode itu penis mungkin akan terlihat besar secara instan dan pria bisa membanggakannya. Sayangnya efek itu kerap sementara saja dan esok hari penis akan kembali seperti semula.

Justru dengan memaksa penis membuka pembuluh darahnya agar terlihat lebih panjang justru berbahaya. Lambat laun penis akan mengalami gangguan seperti kerusakan jaringan yang akhirnya memicu gangguan lain yang lebih serius yaitu impotensi atau gangguan ereksi.

Selain itu beberapa pria juga banyak menggunakan obat tertentu yang dijual di luar sana. Obat ini diklaim mampu menaikkan ukuran dari penis secara permanen. Padahal, bahan yang digunakan bisa saja berbahaya dan akhirnya merusak tubuh dan memicu penyakit lainnya.

Daripada menggunakan cara instan, lebih baik pria menurunkan kadar lemak di dalam tubuh atau mencukur area kemaluan agar penis terlihat lebih panjang dari sebelumnya. Jangan memaksakan diri untuk memanjangkan penis kalau nantinya alat vital jadi cedera dan terluka.

Demikianlah ulasan tentang sindrom penis kecil yang cukup berbahaya dan bisa dialami oleh siapa saja. Apa pun ukuran penis yang dimiliki kita harus bersyukur dan menjaganya agar berfungsi dengan sempurna.

Ingat, sindrom ini bisa menyerang siapa saja termasuk pria dengan penis yang sebenarnya sudah di atas rata-rata. Mereka merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki meski sudah berfungsi dengan sempurna.

 

 

Sumber:

  1. Villines, Zawn. 2019. Small penis syndrome: Everything you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324569.php. (Diakses pada 25 September 2019).
  2. DeNoon, Daniel J. 2007. Small-Penis Syndrome Common. https://www.webmd.com/sex-relationships/news/20070601/small-penis-syndrome-common. (Diakses pada 25 September 2019).
  3. KR, Wylie. 2007. Penile size and the ‘small penis syndrome’. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17355371. (Diakses pada 25 September 2019).
  4. Jewell, Tim. 2018. How is a Micropenis Defined?. https://www.healthline.com/health/micropenis. (Diakses pada 25 September 2019).

 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi