Terbit: 3 November 2020 | Diperbarui: 5 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Andropause adalah penurunan kadar hormon testosteron yang menyebabkan berkurangnya fungsi seksual pada pria dan gangguan kesehatan lainnya. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, penyebab, cara mengatasi, pencegahan, dan lainnya!

Andropause: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, Pencegahan, dll

Apa Itu Andropause?

Andropause adalah penurunan kadar testosteron secara bertahap seiring bertambahnya usia pada pria. Testosteron adalah hormon yang berpengaruh terhadap suara yang dalam (berat), massa otot, dan pola rambut wajah dan tubuh pada pria.

Seiring penurunan kadar hormon testosteron atau juga disebut male menopause, pria akan mengalami beberapa gejala seperti kelelahan, lemah, depresi, dan masalah seksual. Namun, kaitan gejala ini dengan penurunan kadar testosteron masih kontroversial.

Tidak seperti menopause, penurunan kadar testosteron dan perkembangan gejalanya lebih bertahap daripada yang terjadi pada wanita. Sekitar usia 30 hingga 50 ke atas akan mengalami gejala andropause akibat rendahnya testosteron.

Tanda dan Gejala Andropause

Gejala berkurangnya kadar testosteron sangat bervariasi pada setiap orang. Meskipun setiap orang mungkin mengalaminya secara berbeda, gejala andropause yang paling umum meliputi:

  • Ketajaman mental menurun.
  • Penurunan motivasi dan suasana hati (mood).
  • Energi menurun.
  • Kehilangan kekuatan otot dan massa otot.
  • Disfungsi ereksi ringan sampai sedang.

Gejala andropause yang umum lainnya masuk ke dalam beberapa kategori, termasuk fisik, seksual, dan emosional.

1. Fisik

Gejala andropause yang paling umum dalam kategori fisik adalah:

  • Kekuatan otot menurun.
  • Kepadatan mineral tulang menurun.
  • Penumpukan lemak.
  • Kelelahan.
  • Hot flashes (perasaan panas).
  • Hilangnya jaringan otot.
  • Sensitivitas insulin menurun.
  • Anemia.

2. Seksual

Gejala umum yang masuk ke dalam seksual, meliputi:

  • Libido berkurang.
  • Intensitas orgasme berkurang.
  • Kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi.
  • Testis kecil atau menyusut.
  • Kerontokan rambut kemaluan atau ketiak.

3. Emosional

Dalam kategori emosional, gejala yang paling umum adalah:

  • Energi berkurang.
  • Depresi.
  • Sifat pemarah.
  • Penurunan motivasi.
  • Kesehatan menurun secara keseluruhan.
  • Gangguan tidur.
  • Kesulitan berkonsentrasi.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami salah satu dari gejala penurunan kadar testosteron, segera ke dokter. Dokter akan bertanya seputar pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk mengetahui apakah gejalanya mungkin karena masalah kesehatan mental, seperti stres atau kecemasan.

Jika stres atau kecemasan menjadi penyebabnya, Anda mungkin akan mendapatkan pengobatan atau terapi bicara, seperti terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT). Melakukan olahraga rutin dan relaksasi juga dapat membantu meringankan gejala.

Penyebab Andropause

Andropause adalah penurunan testosteron secara bertahap pada usia 30 tahun ke atas, rata-rata 1 persen setiap tahun. Namun, dokter tidak meyakini bahwa penurunan kadar testosteron terkait usia adalah yang terpenting dari gejalanya. Jika terkait dengan gejalanya, setiap pria akan mengalaminya, padahal sebenarnya tidak demikian.

Kondisi ini kompleks dan menimbulkan gejala yang berbeda pada setiap orang. Meskipun gejalanya sering terjadi pada pria lanjut usia dengan penurunan kadar testosteron, gejala cenderung terjadi pada pria lansia yang memiliki penyakit jantung, obesitas, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan diabetes tipe 2.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan kadar hormon pria bukan satu-satunya penyebab kondisi ini.

Baca Juga: Hormon Testosteron: Fungsi, Dosis, Cara Menyeimbangkan

Faktor Risiko Andropause

Faktor yang dapat meningkatkan risiko pria mengalami penurunan kadar hormon testosteron, termasuk:

  • Kurang berolahraga.
  • Merokok.
  • Mengonsumsi alkohol.
  • Kecemasan.
  • Stres.
  • Kurang tidur.

Diagnosis Andropause

Sebagai langkah awal untuk mendiagnosis, dokter akan menanyakan tentang gejala yang Anda rasakan dan mencari kecocokan dengan gejala penurunan kadar hormon testosteron. Kemudian melakukan tes darah untuk mengecek kadar testosteron dalam darah.

Mengingat ada kondisi lain yang terkait dengan kadar testosteron rendah (misalnya hipogonadisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan seksual, diabetes, dan hipertensi), dokter kemungkinan akan melakukan tes untuk mengesampingkan kemungkinan ini sebelum membuat diagnosis andropause.

Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan bahwa banyak gejala yang terkait dengan penurunan testosteron juga merupakan bagian normal dari penuaan dan mungkin tidak dapat sembuh dengan pengobatan.

Cara Mengatasi Andropause

Pengobatan yang paling umum untuk penurunan testosteron adalah mengganti testosteron dalam darah. Perawatan ini dapat meredakan gejala (penurunan libido, depresi, dan kelelahan) dan membantu meningkatkan kualitas hidup dalam banyak masalah kesehatan.

Selain itu, meredakan gejala penurunan testosteron bisa dengan perubahan gaya berikut:

  • Perbanyak olahraga.
  • Mengurangi stres.
  • Mendapatkan nutrisi cukup.

Dokter akan membantu menentukan apakah pengobatan testosteron tepat untuk kondisi pasien, karena pengobatannya memiliki risiko.

Testosteron tersedia dalam berbagai macam sediaan, termasuk koyo testosteron, kapsul, gel, dan suntikan. Dokter akan membantu menentukan perawatan mana yang terbaik untuk pasien dan akan sering mempertimbangkan gaya hidup pasien saat menentukan pengobatannya.

Kunjungan tindak lanjut dengan dokter akan menjadi penting setelah perawatan awal. Dalam kunjungan tindak lanjut, dokter akan memeriksa respons tubuh pasien terhadap pengobatan dan membuat penyesuaian jika perlu.

Berikut ini beberapa cara mengatasi andropause:

1. Koyo Testosteron

Menggunakan koyo yang mengandung testosteron dapat terserap melalui kulit. Koyo ini memungkinkan pelepasan testosteron yang lambat dan stabil ke dalam aliran darah. Menempelkan koyo sekali sehari pada kulit kering di punggung, perut, lengan atas, atau paha.

2. Gel Testosteron

Gel yang dapat Anda oleskan langsung ke kulit, biasanya pada lengan. Karena gel dapat tertinggal ke orang lain melalui kontak kulit, siapa pun harus berhati-hati dalam mencuci gel dari tangan setelah mengoleskan. Selain itu, pakaian bekas pakai setelah penggunaan obat ini harus Anda jauhkan dari jangkauan anak-anak.

2. Kapsul Testosteron

Obat dalam bentuk kapsul ini dapat Anda minum dua kali sehari setelah makan, ini adalah pilihan lain untuk penggantian testosteron. Pria yang memiliki penyakit hati, fungsi hati yang buruk, penyakit jantung dan ginjal yang serius, atau terlalu banyak kalsium dalam darahnya, harus menghindari kapsul testosteron.

3. Suntikan Testosteron

Cara mengatasi andropause dengan menyuntikan testosteron (testosteron cypionate dan testosteron enanthate) pada otot setiap 2-4 minggu. Obat ini dapat menyebabkan perubahan suasana hati karena perubahan kadar testosteron.

Testosteron tidak boleh dikonsumsi pria yang memiliki kanker prostat atau payudara. Berkonsultasi dengan dokter tentang terapi testosteron tepat atau tidak untuk Anda, jika:

  • Menderita penyakit jantung.
  • Mengonsumsi beberapa obat seperti pengencer darah.
  • Menderita pembesaran prostat.
  • Memiliki penyakit ginjal atau hati
  • Terlalu banyak kalsium dalam darah.

Komplikasi Andropause

Andropause adalah kondisi yang dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Pria yang mengalami penurunan kadar testosteron memiliki peningkatan risiko terkena komplikasi tertentu, termasuk osteoporosis. Penderita menopause pria juga dapat mengalami masalah kardiovaskular.

Pencegahan Andropause

Fakta menunjukkan bahwa hubungan antara penurunan kadar testosteron dengan bertambahnya usia terjadi pada semua pria. Beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dan kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko andropause dini.

Oleh karena itu, pria harus berhenti merokok dan mengendalikan kadar kolesterol dalam tubuh yang lebih baik untuk pencegahan. Menjalani olahraga secara teratur juga dapat membantu menjaga massa otot dan tulang.

 

  1. Anonim. 2019. Male “Menopause”. https://www.webmd.com/men/guide/male-menopause. (Diakses pada 3 November 2020)
  2. Anonim. 2020. Andropause. https://medbroadcast.com/condition/getcondition/andropause. (Diakses pada 3 November 2020)
  3. Anonim. 2019. The ‘male menopause’. https://www.nhs.uk/conditions/male-menopause/. (Diakses pada 3 November 2020)
  4. Anonim. Tanpa Tahun. Men’s Health Line – Andropause. https://www.chp.gov.hk/en/static/80026.html. (Diakses pada 3 November 2020)
  5. Felman, Adam. 2018. Is the male menopause real?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/266749. (Diakses pada 3 November 2020)
  6. Inaba, Rudy. Tanpa Tahun. What is Andropause? And How Is It Affecting You?. https://www.cenegenics.com/blog/what-is-andropause. (Diakses pada 3 November 2020)
  7. Krans, Brian. 2019. What Is Male Menopause?. https://www.healthline.com/health/menopause/male. (Diakses pada 3 November 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi