Terbit: 1 October 2020 | Diperbarui: 18 July 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Induksi ovulasi adalah salah satu solusi bagi pasangan yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Ketahui selengkapnya mengenai prosedur medis yang satu ini mulai dari tujuan hingga tata laksana dan efek sampingnya.

Induksi Ovulasi: Tujuan, Prosedur, Efek Samping, dll

Apa Itu Induksi Ovulasi?

Induksi ovulasi adalah suatu prosedur medis yang dimaksudkan untuk membantu proses pelepasan sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium). Ini merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan pada pasangan yang kesulitan untuk mendapatkan momongan dikarenakan adanya masalah pada proses ovulasi atau pelepasan sel telur. Induksi ovulasi (ovulation induction) dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan. Obat-obatan tersebut nantinya akan membantu proses pematangan sel telur hingga akhirnya mengalami ovulasi. Prosedur medis ini ditangani oleh dokter spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas atau bisa juga dokter spesialis kandungan (obgyn).

Tujuan Induksi Ovulasi

Tujuan dari dilakukannya prosedur medis yang satu ini tidak lain adalah untuk mengatasi masalah ketidaksuburan (infertilitas)—pada wanita khususnya—akibat adanya masalah pada proses pelepasan sel telur. Gangguan ovulasi berupa ketidakmampuan sel telur untuk matang dan lepas dari indung telur (anovulasi) memang menjadi satu dari beberapa penyebab infertilitas. Penyebab lainnya dari kondisi ini antara lain:

  • Gangguan rahim
  • Gangguan tuba falopi
  • Gangguan sperma

Obat yang akan diberikan oleh dokter akan bekerja untuk:

  • Menstimulasi proses pelepasan sel telur dari ovarium
  • Meningkatkan kuantitas sel telur matang di setiap menstruasi

Metode ini kemungkinan besar berhasil apabila siklus menstruasi kembali lancar dan teratur. Dari sini, pasangan mungkin bisa kembali mencoba untuk menjalani program kehamilan. Tentunya hal ini akan terus dipantau oleh dokter yang menangani.

Siapa yang Dapat Melakukan Induksi Ovulasi?

Induksi ovulasi dapat dilakukan oleh wanita yang mengalami gejala berupa siklus menstruasi yang tidak teratur, dan setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis kandungan terbukti mengalami masalah pada ovulasi.

Kapan Melakukan Induksi Ovulasi?

Kapan ovulation induction dilakukan? Prosedur ini dilakukan ketika:

  • Wanita mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.
  • Wanita—dan pasangannya—hendak menjalani program kehamilan.

Pastikan untuk memilih fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang sudah berpengalaman dan memiliki reputasi terbaik dalam menjalankan prosedur medis yang satu ini guna meningkatkan peluang keberhasilan.

Tata Laksana Induksi Ovulasi

Bagaimana dengan tata laksana induksi ovulasi? Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi pasien dan juga kesiapan fasilitas medis, namun seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan terkait dengan tata laksana tersebut. Berikut adalah informasi yang perlu Anda ketahui terkait tata laksana ovulation injection guna membantu mengatasi infertilitas yang dialami oleh wanita.

1. Pra Induksi Ovulasi

Sebelum melakukan metode ini, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebagai langkah persiapan. Apa sajakah itu?

  • Melakukan konsultasi medis dengan dokter spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas atau dokter spesialis kandungan (obgyn). Sampaikan pada dokter apa yang menjadi keluhan Anda terkait hal ini.
  • Berikan informasi seputar riwayat medis Anda mulai dari gangguan medis yang pernah dialami hingga obat-obatan yang pernah atau sedang dikonsumsi.
  • Tanyakan informasi seputar induksi ovulasi, mulai dari manfaat, kelebihan, kekurangan, risiko, prosedur pelaksanaan, hingga biaya yang harus dikeluarkan.
  • Pastikan dokter menentukan jenis induksi yang sesuai dengan kondisi Anda.

Perlu diketahui, dokter juga akan melakukan sejumlah pemeriksaan medis terhadap Anda sebelum menerapkan metode induksi ini. Pemeriksaan medis yang dimaksud meliputi:

  • Analisis fungsi tiroid.
  • Analisis kadar progesteron (biasanya seminggu sebelum siklus menstruasi dimulai atau hari ke-21 dari menstruasi).
  • Analisis follicle stimulating hormone (FSH). Ini dilakukan saat menstruasi memasuki hari ke-3.
  • Pemeriksaan dengan medium sonohisterogram atau histerosalpingogram.
  • Pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual.

Kendati kemandulan kemungkinan besar disebabkan oleh pihak wanita, dokter bisa saja juga meminta pihak pria untuk melakukan tes kesuburan pria, yakni dengan menerapkan prosedur analisis sperma dan fungsi organ vital.

2. Prosedur Induksi Ovulasi

Induksi ovulasi dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan. Obat-obatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Human Menopausal Gonadotropin

Human menopausal gonadotropin (hMG) adalah obat yang mengandung follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Obat digunakan untuk merangsang perkembangan sel telur pada wanita yang ovulasinya tidak terjadi secara spontan atau tidak teratur. Obat ini juga berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel telur yang berkembang dalam satu siklus pada wanita yang sudah berovulasi.

Karena respon yang bervariasi dari pasien ke pasien, tidak ada regimen dosis tetap yang dapat direkomendasikan. Setiap siklus pasien harus bersifat individual. Namun, umumnya dianggap sebagai agen superovulasi yang lebih kuat daripada obat oral. Obat ini dapat digunakan bersama dengan inseminasi intrauterine (IUI) dan fertilisasi in vitro (IVF). Beberapa bentuk pemantauan respons ovarium diperlukan. Pemantauan ini bertujuan untuk meminimalisir risiko komplikasi. Obat hMG tersedia dalam bentuk cairan suntik.

  • Clomiphene Citrate

Clomiphene citrate adalah obat oral yang menginduksi ovulasi dengan cara memblokir reseptor estrogen. Efek antiestrogen buatan ini membuat tubuh ‘percaya’ bahwa kadar estrogen rendah, sehingga merangsang produksi lebih banyak hormon FSH. Obat ini bertindak sebagai agen kesuburan pada wanita dengan menginduksi superovulasi , yakni pelepasan banyak sel telur dalam siklus menstruasi tertentu.

Dokter akan melakukan pemantauan selama Anda menggunakan obat. Pemantauan mungkin termasuk ultrasonografi, kadar estrogen darah, dan pengujian hormon pelarut urin (LH). Untuk infertilitas yang tidak dapat dijelaskan, clomiphene citrate diresepkan dengan inseminasi intrauterine (IUI). Akan tetapi tidak digunakan untuk induksi ovulasi pada wanita yang tidak berovulasi.

  • Leuprolide

Leuprolide bekerja dengan cara menekan sekresi hormon LH dan FSH. Oleh karena itu, obat ini lebih digunakan dalam persiapan siklus pengobatan dengan obat induksi ovulasi, seperti hMG-LH, FSH, dan FSH eksogen. Obat ini bekerja untuk meningkatkan folikel dengan mencegah pengambilan folikel dominan untuk siklus menstruasi berikutnya.

Leuprolide memungkinkan ovarium merespons banyak folikel karena dalam banyak kasus dimungkinkan untuk menimpa pemilihan satu folikel dominan. Ini juga mencegah ovulasi dini dengan mencegah pelepasan LH. Untuk memastikan efektivitas pengobatan obat ini, USG dilakukan sebelum stimulasi ovarium dimulai dan tes tingkat estrogen darah (E2) mungkin diperlukan. Leuprolide juga dapat digunakan untuk merangsang FSH jika digunakan pada awal siklus menstruasi.

  • Obat FSH

Obat FSH digunakan untuk merangsang perkembangan banyak sel telur pada wanita selama siklus induksi ovulasi. Produk FSH dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat hMG untuk menginduksi superovulasi. Dosis penggunaan obat ini disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Aktivitas obat akan dipantau menggunakan USG dan tes tingkat estrogen darah untuk menilai respons ovarium.

  • Human Chorionic Gonadotropin

Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon alami yang membantu pematangan akhir sel telur dan memicu ovarium untuk melepaskan sel telur yang matang (ovulasi). Ini juga merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan progesteron dan mempersiapkan lapisan rahim guna proses implantasi sel telur yang telah dibuahi.

Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah hCG diberikan. Obat ini tersedia dalam bentuk cairan suntik. Anda dapat menyuntikkan obat secara mandiri. Ikuti instruksi dokter tentang tata cara penggunaan obat yang benar.

3. Pasca Induksi Ovulasi

Setelah obat-obatan diberikan dan dikonsumsi, dokter akan tetap meminta Anda untuk melakukan kontrol medis secara berkala. Hal ini bertujuan untuk memantau kinerja obat serta antisipasi apabila ada efek samping yang muncul.

Efek Samping Induksi Ovulasi

Metode induksi ovulasi mungkin akan menimbulkan efek samping. Efek samping ini ditunjukkan oleh sejumlah gejala, yaitu:

  • Vagina mengering (atrofi vagina)
  • Perubahan suasana hati
  • Kemungkinan kehamilan kembar
  • Hot flashes

Biaya Induksi Ovulasi

Biaya untuk melakukan prosedur medis ini mungkin saja berbeda-beda di tiap rumah sakit, tergantung dari kecakapan tenaga medis dan fasilitas medis yang diberikan. Pastikan Anda memilih rumah sakit yang memiliki reputasi baik dalam menerapkan prosedur pemeriksaan seperti ini.  

  1. Anonim. Ovulation Injection. https://www.ucsfhealth.org/education/ovulation-induction (diakses pada 1 Oktober 2020)
  2. Anonim. Ovulation Induction. https://www.uhcw.nhs.uk/ivf/treatments/oi/ (diakses pada 1 Oktober 2020)
  3. Anonim. Ovulation Induction and Intrauterine Insemination. https://www.yalemedicine.org/conditions/ovulation-induction-intrauterine-insemination/ (diakses pada 1 Oktober 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi