Terbit: 8 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Kita tentu pernah mendengar informasi yang menyebut anak yang dilahirkan dengan metode operasi caesar cenderung rentan terkena obesitas atau kelebihan berat badan. Mereka dianggap lebih mudah gemuk dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan metode persalinan normal. Apakah anggapan ini benar?

Lahir Caesar, Anak Rentan Terkena Obesitas?

Risiko Obesitas pada Anak yang Lahir dari Proses Persalinan Caesar

Sebuah penelitian yang dilakukan di Swedia dilakukan dengan mengecek data kelahiran 97.261 anak berjenis kelamin laki-laki pada 1982 hingga 1987. Anak-anak ini juga terus dipantau kondisi kesehatannya hingga usianya mencapai 18 tahun. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal PLOS Medicine.

Data ini menunjukkan ada banyak sekali variasi antara risiko obesitas dengan berbagai metode kelahiran. Hanya saja, wanita yang melahirkan dengan prosedur persalinan caesar memang memiliki rata-rata usia lebih tua dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi. Mereka cenderung merokok, memiliki tekanan darah lebih tinggi, dan berisiko besar terkena diabetes pre-kehamilan serta preeklampsia.

“Hasil penelitian kami menemukan bahwa tidak ada kaitan antara operasi caesar dengan anak yang mengalami obesitas. Jujur saja, hal ini cukup mengejutkan kami,” ucap Viktor Ahlqvist dari Karolinska Instituet, Stockholm.

Memang, ada kecenderungan anak laki-laki yang dilahirkan secara caesar memiliki rata-rata berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan normal saat berada di usia dewasa, namun para peneliti menyebut ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi berat badan ini.

Ahlqvist pun menyarankan setiap ibu untuk tidak khawatir jika memang dokter sudah menyarankan mereka untuk menjalani persalinan caesar. Jika memang dibutuhkan, prosedur operasi ini bisa menyelamatkan ibu dan anak yang dilahirkan.

“Ibu hamil harus didukung, apapun jenis proses persalinan yang akan dijalaninya. Tidak perlu menakut-nakuti dengan anggapan bahwa anak yang dilahirkan secara caesar nantinya akan mengalami obesitas. Hal ini tidak benar,” pungkas Ahlqvist.

Penyebab Persalinan Harus Dilakukan Secara Caesar

Pakar kesehatan menyebut ada beberapa faktor yang membuat seorang ibu harus melahirkan dengan prosedur operasi caesar.

Berikut adalah berbagai faktor tersebut.

  1. Kondisi Panggul

Faktor yang paling sering menjadi pemicu ibu harus melahirkan dengan prosedur operasi caesar adalah karena kondisi panggulnya yang cenderung sempit sehingga membuat bayi sulit dilahirkan dengan persalinan normal. Jika dipaksakan, bisa jadi akan membahayakan nyawa ibu atau buah hatinya.

  1. Ukuran Bayi yang Terlalu Besar

Jika sampai ukuran bayi yang akan dilahirkan terlalu besar seperti lebih dari 4 kg, bisa jadi akan membahayakan kondisi ibu jika dipaksakan untuk menjalani persalinan normal. Dokter biasanya akan menyarankan operasi caesar demi memudahkan persalinan.

  1. Gangguan pada Posisi Plasenta Previa

Jika posisi ari-ari tidak tepat seperti di sekitar mulut rahim, dikhawatirkan akan membuat jalan lahir justru tertutup dan menghalangi proses persalinan normal. Dokter pun mau tidak mau memilih prosedur operasi caesar. Beruntung, pakar kesehatan menyebut kondisi ini bisa ditemui di trimester ketiga kehamilan sehingga proses persalinan bisa disiapkan dengan lebih baik.

  1. Bayi Berada Dalam Posisi Sungsang

Jika sampai bayi berada dalam posisi sungsang atau terbalik, dokter biasanya akan menjalankan proses operasi caesar. Tak hanya akan menyulitkan persalinan normal, posisi ini juga bisa saja membuat leher bayi terlilit tali pusar yang bisa membahayakan nyawanya.

  1. Menjalani Operasi Caesar Sebelumnya

Sekitar 90 persen wanita yang sebelumnya menjalani operasi caesar saat melahirkan kembali melakukannya. Hanya saja, hal ini memang harus sesuai dengan saran dokter yang menanganinya.

 

 Sumber:

  1. Balakar, Nicholas. 2020. Does birth by C-section encourage obesity? Not if this study holds true. arkansasonline.com/news/2020/jan/06/study-doesn-t-link-obesity-c-section-20/. (Diakses pada 7 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi