Terbit: 1 April 2014 | Diperbarui: 25 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Dokter Sehat – Setiap anak memiliki belahan otak kiri dan belahan otak kanan, Belahan otak kiri dan otak kanan memiliki tugas yang berbeda. Apa kamu tahu tugas masing-masing belahan otak? Otak kiri berperan dalam bidang matematika, tata bahasa, pemecahan masalah, rumus, memori, logika, mengontrol kerja tubuh sebelah kanan, analisa serta keteraturan. Sedangkan otak kanan memiliki peran dalam bidang musik, seni, ruang, bentuk, warna, detail, konsep, intuisi, pola pikir yang menyeluruh, mengontrol kerja tubuh bagian kiri, perasaan serta kreativitas.

Seimbangkan Otak Kiri Dan Kanan Pada Anak

Agar anak bisa berhitung dan memahami soal dengan cepat, menulis secara kreatif, mengeja dan mengingat materi pelajaran misalnya, macam-macam buah dan sayuran, menceritakan dan memperagakan kembali cerita yang disampaikan guru, mendengar dan berpikir pada saat yang sama, atau menjadi juara pada cabang olah raga tertentu, maka dibutuhkan koordinasi antara otak kiri dan otak kanan secara baik dan terlatih.

Cara seimbangkan otak kiri dan kanan :

1.Harus seimbang
Kegiatan ekskul memang baik, tapi tidak semua ekskul diikuti dengan alasan anak mesti tahu banyak hal. Bagaimanapun anak perlu berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga, istirahat, mengerjakan pe-er dan seterusnya. Jadi pembagian waktunya harus seimbang, jangan sampai di rumah anak sudah sangat lelah alias tidak bisa ngapa-ngapain lagi, lalu tidur.

Dengan kata lain, orangtua harus melihat beban kerja (load) anak di sekolah. Ada lho sekolah yang menuntut beban akademis yang begitu tinggi, anak masuk sekolah jam 7 pagi dan baru sampai lagi di rumah sore hari. Belum lagi dengan muatan materi yang begitu banyak. Kalau seperti ini, idealnya ekskul diadakan cukup di akhir pekan.

2.Sesuai minat
Pastikan anak berminat dengan kegiatan yang akan diikutinya, untuk itu, beri kebebasan anak untuk memilihnya sendiri mana kegiatan yang benar-benar sesuai dengan minatnya. Biasanya kalau anak berminat dan tak merasa dipaksa, ia akan menjalaninya dengan senang serta ada rasa tanggung jawab. Mudah kok melihatnya. Jika anak terlihat disiplin dan tak merasa dipaksa, di situlah minatnya. Jika sebaliknya, tidak ada salahnya orangtua membantu mencarikan kegiatan lain. Pendeknya, mengikutsertakan anak pada kegiatan tambahan di luar jam sekolah harus karena keinginan anak. Jangan sampai aktivitas itu menjadi beban anak.

3.Ajarkan self regulated
Bantu anak untuk belajar self regulated, yakni, anak harus belajar untuk mengatur dirinya sendiri. Anak harus belajar merencanakan apa yang mesti dia lakukan, intinya, bagaimana anak bertanggung jawab terhadap proses belajar yang dilakukannya. Anak memiliki kesadaran sendiri tanpa harus diingatkan orang lain atau membeo pada arus teman-teman sebayanya. Misalnya, anak dengan kesadarannya menyetop sementara kegiatan ekskulnya menjelang ulangan atau ujian. Anak yang sudah terbiasa untuk itu, biasanya akan jalan sendiri. Dia akan bisa mengevaluasi diri kemampuan serta kegiatan yang paling diminatinya.

4.Diskusikan dengan guru
Libatkan guru anak di sekolah, tanyakan, kegiatan ekskul apa yang kira-kira cocok untuk anak. Bagaimanapun gurulah sosok yang keseharian menghabiskan waktunya bersama anak di sekolah, dia tentu akan tahu banyak akan kemampuan akademis anak serta kecenderungan minat anak terhadap sebuah kegiatan. Jadi, jangan lupa pula untuk mendiskusikan dengan guru di sekolah untuk urusan yang satu ini.

Bila arahan di atas sudah dilakukan, yakinlah anak akan dengan mudah menemukan kelebihan dirinya yang lain di luar bidang pelajaran akademis di sekolah. Ingat, kondisi ini tentu sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan anak. Umumnya kegiatan akademis di sekolah lebih banyak mengasah kemampuan otak sebelah kiri anak, sementara, aktivitas ekskul akan mengoptimalkan kemampuan belahan otak sebelah kanannya. Bila kedua ini benar-benar bersinergi, bersiaplah mendapati anak yang unggul di masa mendatang.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi