Terbit: 8 January 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Diare pada bayi adalah salah satu masalah yang umum terjadi pada anak-anak. Namun, jika Anda memiliki bayi yang baru lahir, tidak selalu mudah untuk membedakan antara feses yang normal dan tidak normal. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab dan cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi keadaan ini.

Diare pada Bayi: 7 Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penyebab  Diare pada Bayi

Terdapat berbagai kondisi yang bisa menjadi penyebab bayi diare, namun sebagian besar adalah jenis yang ringan dan dapat hilang dengan sendirinya.

Dalam kasus yang jarang terjadi, keadaan ini mungkin merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga bayi memerlukan perawatan khusus.

Berikut adalah berbagai penyebab diare pada bayi yang umum terjadi, di antaranya:

1. Makanan yang Anda Konsumsi

Jika Anda memberikan ASI eksklusif pada anak, maka apa yang Anda konsumsi bisa berpengaruh pada pencernaan anak. Misalnya, apabila Anda mengonsumsi banyak makanan pedas atau makanan manis, hal tersebut bisa mengubah rasa ASI. Hal ini membuat perut bayi keroncongan dan bergerak terlalu cepat sehingga menyebabkan diare.

2. Obat yang Anda Konsumsi

Jika seorang ibu mengonsumsi obat-obatan seperti antibiotik, kandungan obat tersebut juga bisa masuk ke dalam ASI dan memicu feses menjadi encer. Beberapa suplemen nutrisi seperti vitamin dan bubuk protein juga bisa masuk ke dalam ASI dan mengganggu sistem pencernaan bayi.

Oleh karena itu, penting untuk dipahami bahwa hampir semua yang Anda konsumsi dapat mengubah ASI. Bahkan perubahan kecil saja dapat memicu diare pada perut bayi yang sensitif, meskipun hal ini adalah sesuatu yang jarang terjadi.

3. Flu Perut

Selain faktor ibu, diare juga bisa disebabkan oleh kondisi bayi itu sendiri. Jika bayi mengalami keadaan ini tiba-tiba, ia mungkin mengalami flu perut atau gastroenteritis. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah muntah dan demam ringan.

Pada sebagian besar kasus, keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus. Selain infeksi, flu perut juga bisa disebabkan akibat efek samping obat-obatan. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.

4. Obat yang Dikonsumsi Oleh Bayi

Saat si Kecil sedang tidak sehat mungkin anak Anda membutuhkan  obat-obatan tertentu untuk membantu meredakan gejala. Beberapa obat dapat melemaskan usus bayi dan menyebabkan feses menjadi encer. Obat-obatan tersebut antara lain antibiotik dan obat untuk infeksi parasit. Beberapa bayi mungkin sensitif terhadap obat demam dan nyeri yang dijual bebas.

5. Perubahan Pola Makan Bayi

Saat bayi Anda berusia sekitar 6 bulan, ia mungkin sangat tertarik dengan apa yang Anda makan. Pada usia ini, biasanya beberapa orang tua mulai memperkenalkan makanan padat. Perubahan pola makan ini dapat mengganggu sistem pencernaan bayi.

6. Mengganti Susu Formula

Mengganti susu formula dari yang biasa dikonsumsi dapat menyebabkan feses bayi menjadi encer. Beberapa bayi ada tidak cocok dengan susu formula karena lebih sulit dicerna, meskipun hal ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Selain diare, perubahan ini juga bisa menyebabkan kram perut dan kembung.

7. Alergi atau Intoleransi Susu

Alergi susu dan intoleransi susu adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya dapat menyebabkan diare. Bayi yang mengalami alergi sangat jarang terjadi, hanya sekitar 7 persen bayi di bawah usia 1 tahun yang mengalaminya.

Sementara intoleransi susu terjadi ketika perut bayi tidak dapat mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam susu. Bayi Anda mungkin mengalami gangguan ini hanya sementara setelah mengalami flu perut.

Nah, itulah berbagai penyebab diare pada bayi yang umum terjadi. Penting untuk diketahui, terdapat penyebab lain namun tidak umum yang bisa menyebabkan bayi sering buang air besar. Penyebab langka itu meliputi

  • Infeksi Shigella atau shigellosis.
  • Infeksi Clostridium difficile.
  • Fibrosis kistik.
  • Tumor neuroendokrin.

Efek Diare yang Harus Diwaspadai

Jika bayi kehilangan lebih banyak cairan daripada yang ia konsumsi, maka bayi bisa mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada bayi baru lahir dan anak kecil bisa terjadi dengan sangat cepat. Berikut tanda-tanda dehidrasi yang harus Anda waspadai, antara lain:

  • Mengganti popok kurang dari 6 kali dalam sehari.
  • Mulut dan bibir kering.
  • Tidak keluar air mata ketika menangis.
  • Sulit makan.
  • Rewel.

Jika Anda melihat tanda-tanda dehidrasi, segera hubungi dokter.

Cara Mengatasi Diare pada Bayi

Bayi dengan diare parah yang mengalami dehidrasi perlu pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus. Anda tidak boleh berhenti menyusui untuk mencoba mengistirahatkan perut anak. Bayi dapat mengalami dehidrasi dengan sangat cepat tanpa disusui.

Sedangkan obat diare pada bayi 0-6 bulan yang mungkin diresepkan oleh dokter adalah antibiotik atau obat antiparasit. Selain itu, dokter biasanya menyarankan untuk memberikan larutan oralit untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi.

Jika si Kecil sudah mengonsumsi makanan padat, berikan sedikit makanan yang dapat membantu meredakan diare, seperti:

  • Biskuit.
  • Sereal.
  • Pasta.
  • Pisang.

Ibu yang sedang menyusui mungkin perlu mengatur pola makannya untuk menghindari makanan yang dapat memicu diare pada anak. Bayi dengan kondisi ini harus menghindari makan apa pun yang dapat memperburuk keadaan seperti:

  • Makanan berminyak.
  • Makanan yang tinggi serat.
  • Semua produk olahan susu.
  • Makanan manis seperti kue dan biskuit.

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sangat menular. Usahakan untuk menjaga area popok bayi sebersih dan sekering mungkin. Popok yang kotor dapat mengiritasi kulit bayi dan menyebabkan ruam popok. Pastikan untuk mencuci tangan setiap kali mengganti popok untuk mencegah penyebaran kuman.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Dokter?

Segera dapatkan bantuan medis jika bayi mengalami diare parah, buang kotoran lebih dari 10 kali dalam sehari, atau melihat tanda-tanda dehidrasi.

Selain itu, penanganan medis juga dibutuhkan jika bayi mengalami gejala atau tanda penyakit lain bersamaan dengan diare, seperti:

  • Muntah yang banyak.
  • Muntah yang kuat.
  • Ruam kulit.
  • Demam.
  • Feses berwarna merah atau putih.

 

  1. Anonim. Diarrhea in Babies. https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment. (Diakses pada 8 Januari 2021).
  2. Iftikhar, Noreen. 2020. What’s Giving Your Baby Diarrhea? Common Causes and What You Can Do. https://www.healthline.com/health/baby/baby-diarrhea. (Diakses pada 8 Januari 2021).
  3. Murray, Donna. 2020. Appearance, Causes, and Treatment of Baby Diarrhea. https://www.verywellfamily.com/diarrhea-in-the-breastfed-baby-431632#:~:text=The%20most%20important%20thing%20you,to%20rest%20your%20child’s%20stomach. (Diakses pada 8 Januari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi