Terbit: 7 April 2014
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Epilepsi merupakan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dalam waktu yang lama, obat anti epilepsi (OAE) dikonsumsi untuk menekan aktifitas listrik yang berlebihan penyebab epilepsi. Kesembuhan penyandang epilepsi sangat ditentukan oleh pemilihan obat yang tepat dan adekuat, khusunya pada anak-anak guna menghindari risiko gangguan pada tumbuh kembangnya seperti penurunan konsentrasi anak.

Mengenal Gejala Epilepsi Pada Anak

Mengetahui lebih detail penyakit epilepsi itu perlu, terutama bagi orang tua dengan anak penyandang epilepsy, sebab dengan pengetahuan yang cukup, informasi tersebut dapat membuat penyandang epilepsi mendapatkan pengobatan yang tepat dan maksimal. Sehingga sangat mungkin penyembuhannya lebih cepat dan kualitas hidup menjadi lebih meningkat.

Banyak orang yang berasumsi bahwa penyakit epilepsi atau biasanya dekenal dengan istilah ayan ini hanya satu jenis dan satu sebab yakni kejang-kejang, padahal epilepsi sendiri memiliki klasifikasi-klasifikasinya sendiri dimana kejang-kejang ialah epilepsi yang sudah pada klasifikasi kedua. Klasifikasi umum epilepsi yang biasanya terjadi pada si penyandang, dimana klasifikasinya ialah:

1. Epilepsi Partial Seizure
Gejalanya, anak suka melamun namun masih sadar akan sekelilingnya.

2. Epilepsi Generalized Seizures
Gejalanya, melamun yang berlanjut menjadi tak sadarkan diri plus badan lemas untuk beberapa waktu tertentu, dan biasanya itu terjadi ketika si anak mengalami kelelahan atau aktivitas jantung meningkat.

3. Epilepsi General Tonic Clonic Seizure

ini terjadi, bila kondisi gangguan organik di otaknya sudah banyak. Biasanya penderita tak sadarkan dirinya diiringi dengan hentakan seluruh badan atau kejang-kejang selama satu sampai tuga menit.

4. Unclassifed Epileptic Seizures
Gejalanya, biasanya epilepsi ini akan membuat seseorang langsung tak sadarkan diri diiringi dengan kejang-kejang dan dengan penyebab epilepsi yang sudah tak bisa terdeteksi.
Epilepsi memang akan mempengaruhi otak anak, disebabkan karena otak yang sedang berkembang sangat rentan terhadap perubahan dari dalam atau luar tubuh. Pada anak, epilepsi dapat mempengaruhi fungsi kognitifnya yaitu kemampuan dalam belajar, menerima dan mengelola informasi dari lingkungan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Anak-anak penyandang epilepsi umumnya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (atensi) dan mengingat (memori), gangguan kognitif ini dipengaruhi oleh usia saaat terjadinya epilepsi, jenis serangan bagian otak yang terkena, stressor psikososial dan pengobatan yang menggunakan lebih dari satu obat epilepsi.

Bagian otak yang mengalami gangguan akan menentukan jenis gangguan kognitif yang dialami. Misalnya, jika bagian yang terkena adalah bagian kiri, umumnya akan memberikan gejala berupa gangguan berbahasa dan kemampuan verbal, kemampuan mengenal dan mengingat apa yang di dengar, mengeja, membaca, berbicara, kemampuan berhitung dan kemampuan bidang matematika. Sementara jika bagian yang terkena adalah bagian kanan, gejala yang timbul berupa gangguan untuk mengenal dan mengingat kembali apa yang dilihat, menulis serta mengakibatkan koordinasi motorik yang buruk, sehingga tidak terampil dan sulit dalam membedakan antara kanan dan kiri.

Gejala
1. Tatapan mata kosong
Jika anak berhenti melakukan apa yang sedang dia lakukan dan menatap dengan tatapan mata kosong seperti melamun, orang tua harus waspada. Gejala ini disebut sebagai kejang petit mal (petit mal seizure). Lengan atau kepala anak mungkin akan tampak lunglai, namun kejang jenis ini biasanya tidak akan menyebabkan anak jatuh ke bawah atau kehilangan kesadaran. Setelah kejang berakhir (berlangsung dalam waktu 30 detik sampai satu menit) anak tidak akan menyadari apa yang telah terjadi.

2. Kejang total (total convulsions)
Kejang grand mal (grand mal seizures) adalah penyebab kejang total tubuh. Kejang ini merupakan kejang yang paling serius. Kejang total akan menyebabkan anak jatuh ke tanah dan kehilangan kesadaran. Kejang total biasanya berlangsung sekitar 2 sampai 5 menit. Selama kejang berlangsung tubuh anak akan kaku dan bergetar tak terkendali. Anak mungkin akan kehilangan kontrol kandung kemihnya, sehingga keluar air seni tanpa disadarinya. Selain itu, air liur mungkin juga akan keluar disertai bola mata anak yang memutar ke belakang. Setelah kejang berakhir, anak akan bingung selama beberapa menit, otot-ototnya menjadi sakit dan akan tertidur untuk waktu yang lama.

3. Kedutan (twitching)
Meskipun kedutan dapat muncul pada berbagai jenis epilepsi, namun akan terlihat lebih jelas pada epilepsi fokal. Kedutan biasanya bersifat lokal, kemungkinan dimulai pada satu jari atau telapak tangan. Kemudian akan semakin memburuk, menjalar hingga ke lengan kemudian menyebar sampai sebagian atau seluruh tubuh menjadi berkedut. Sebagian anak tetap sadar, namun sebagian yang lain akan kehilangan kesadaran saat mengalami gejala ini.

4. Aura
Aura dianggap sebagai tanda peringatan. Aura terjadi sesaat sebelum kejang berlangsung. Sebuah aura dapat menyebabkan anak tiba-tiba merasa sakit tanpa sebab, mendengar suara yang tidak nyata, atau mencium bau yang tidak ada sumbernya. Anak juga akan mengalami masalah dengan penglihatan atau perasaan aneh di suatu tempat di bagian tubuhnya, terutama di perutnya. Walaupun anak mungkin tidak mengenali tanda-tanda peringatan sebagai aura, seiring berjalannya waktu Anda akan dapat menghubungkan tanda-tanda awal dengan serangan epilepsinya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi