TORCH adalah istilah untuk menggambarkan sekelompok penyakit menular yang dapat ditularkan ke janin selama masa kehamilan, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Apa gejala yang bisa dikenali dan apakah penyakit ini menular? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
TORCH merupakan singkatan Toxoplasmasis, rubella, cytomegalovirus, herpes, dan agen lainnya (seperti infeksi HIV dan sifilis). Keempat jenis penyakit infeksi tersebut sama-sama berbahaya bagi janin bila terjadi pada ibu hamil.
Berikut beberapa penyebab penyakit TORCH , di antaranya:
Infeksi ini tergolong langka, sebab hadirnya toksoplasmosis disebabkan oleh infeksi parasit yang masuk ke dalam tubuh lewat mulut.
Infeksi akibat parasit Toxoplasma gondii ini umumnya berasal dari sumber makanan seperti telur maupun daging yang tidak dimasak matang secara sempurna. Bukan hanya itu, sumber lain yang juga menjadi tempat tinggal parasit ini adalah kotoran kucing dan lalat.
Adapun gejala yang ditimbulkan toxoplasma tergolong ringan yaitu influenza, demam, mudah lelah, dan malaise.#
Bahkan pada beberapa kasus, tanda-tanda infek penyakit ini tidak terlalu jelas hingga sulit terdeteksi. Meski begitu, jika parasit toksoplasmasis sampai menginfeksi bayi di dalam kandungan, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan otak, kejang, peradangan pada mata hingga hidrosefalus.
Rubella atau sering disebut campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan membuat penderitanya tidak mengalami gejala apa pun
Namun, penderitanya bisa saja mengalami gejala ringan seperti demam, sakit tenggorokan, dan ruam pada kulit.
Apabila selama 5 bulan pertama kehamilan, wanita terinfeksi rubella, biasanya ia akan menularkan penyakit ini pada janinnya.
Jika janin terkena rubella selama 12 minggu pertama kehamilan, kemungkinan besar bayi akan lahir dengan banyak masalah, umumnya gangguan pada mata, pendengaran, dan kerusakan jantung.
Sementara itu, jika janin terkena rubella antara usia kehamilan 12 dan 20 minggu, masalahnya biasanya lebih ringan. Sementara, janin yang terinfeksi rubella setelah 20 minggu kehamilan, biasanya tidak memiliki masalah kesehatan.
Cytomegalovirus (CMV) ini diakibatkan oleh virus herpes. Umumnya, orang yang terinfeksi virus ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, beda halnya jika Anda terinfeksi virus CMV saat hamil.
Menurut studi, sebanyak 1 dari 5 bayi yang mengidap CMV sejak lahir akan mengalami gangguan kesehatan seperti kehilangan pendengaran dan penglihatan, gangguan pada paru-paru, otot melemah, penyakit kuning, hingga gangguan mental.
Infeksi virus ini biasanya ditularkan ibu ke bayi selama proses persalinan. Tetapi, ada kemungkinan lain jika bayi sudah terinfeksi virus herpes ketika masih berada di dalam kandungan. Gejala herpes seperti kejang, kerusakan otak, dan masalah pada saluran pernapasan biasanya akan muncul pada minggu kedua kehamilan.
Selain keempat jenis infeksi seperti yang dijelaskan di atas, sebetulnya masih ada sejumlah infeksi yang masuk ke dalam golongan penyakit TORCH.
Infeksi-infeksi tersebut antara lain cacar air (varicella), HIV, hepatitis B dan C, gondok atau gondongan, parvovirus B19, dan sifilis yang jalur penularannya hampir sama dengan ke empat infeksi yang sudah dibahas sebelumnya, yakni terjadi saat hamil maupun saat proses persalinan.
Baca juga: 11 Penyakit yang Dapat Diderita Ibu Selama Kehamilan
Guna mengetahui adanya penyakit ini, biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaaan darah pada ibu hamil.
Bagi yang sedang merencanakan kehamilan atau mengandung, pemeriksaan ini sangatlah penting mengingat infeksi dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama masa kehamilan. Pemeriksaan ini dilakukan supaya dokter dapat melakukan pengobatan sesegera mungkin sehingga komplikasi saat bayi lahir dapat dicegah.
Proses pemeriksaan TORCH, dokter akan melakukan penelusuran terhadap antibodi pada tubuh. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membunuh virus maupun bakteri berbahaya. Antibodi tersebut, di antaranya:
Melalui dua antibodi ini, dokter akan melihat riwayat gejala penyakit yang pernah dialami pasien dan menilai apakah bayi dalam kandungan terinfeksi atau belum.
Apabila ibu hamil didiagnosis dengan infeksi TORCH, maka dokter akan mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya infeksi yang ibu tularkan pada janin.
Namun, penting diketahui tidak semua penyakit TORCH dapat ditularkan ke janin selama kehamilan, dan hanya karena ibu terinfeksi belum tentu bayi yang dilahirkan juga ikut tertular.
Cara mendiagnosis TORCH pada bayi baru lahir, antara lain:
Untuk mengetahui lebih pasti bayi tertular atau tidak, dokter dapat mengambil sedikit sampel darah dari tumit atau jari yang akan digunakan sebagai sampel untuk menguji infeksi virus.
Jika diperlukan, tes tambahan seperti CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) mungkin akan disarankan oleh dokter guna membantu mengidentifikasi komplikasi atau efek samping dari infeksi TORCH.
Baca juga: 11 Jenis Tes Kesehatan Sebelum Menikah yang Harus Anda Ketahui
Pengobatan untuk infeksi TORCH tergantung pada kapan infeksi terjadi dan beratnya gejala. Jika setelah pemeriksaan, Anda diduga positif TORCH, dokter umumnya akan merekomendasikan sejumlah pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosis.
Beberapa pemeriksaan TORCH lanjutan yang dapat dijalani, antara lain:
Sebagian besar infeksi TORCH dapat diobati dengan obat-obatan. Penting untuk mendiskusikan gejala apa pun yang Bumil alami dengan dokter.
Sebagai langkah untuk mencegah terjadinya infeksi pada masa kehamilan, pemberian vaksin TORCH dapat dilakukan beberapa bulan lebih awal sebelum memulai kehamilan.
Pasalnya jika vaksin baru dilakukan ketika hamil, kinerja vaksin tidak akan bisa optimal. Bahkan kemungkinan vaksin tersebut dapat mengancam kesehatan janin di dalam kandungan.
Beberapa langkah lain juga bisa ibu hamil terapkan untuk mengurangi kemungkinan infeksi TORCH, antara lain: