Leukemia sel berambut atau hairy cell leukemia (HCL) adalah jenis kanker darah yang tumbuh dengan lambat akibat sel tulang belakang menghasilkan terlalu banyak sel B (limfosit), salah satu jenis sel darah putih yang bekerja melawan infeksi. Simak gejala hingga pengobatannya dalam ulasan berikut.
Leukemia terbagi menjadi banyak jenis, salah satunya leukemia sel berambut. Seiring dengan bertambahnya jumlah sel leukemia, otomatis sel darah putih, sel darah, merah, dan platelet yang sehat juga semakin sedikit karena terdesak oleh sel leukemia tersebut.
Kanker ini termasuk jenis yang langka dan cenderung terjadi pada pria, terutama pria paruh baya atau lansia. Dikarenakan merupakan salah satu penyakit kronis, kondisi ini tidak pernah benar-benar hilang meski mungkin pengobatan dalam beberapa tahun dapat meringankan kondisi.
Beberapa kondisi seperti penumpukan sel-sel leukemia dalam darah, sumsum tulang, limpa, dan hati dapat mengganggu kerja darah di tubuh. Kondisi ini mungkin menimbulkan ciri-ciri leukemia sel berambut, antara lain:
Biasanya, leukemia sel berambut berkumpul di limpa atau hati, sehingga membuatnya bertambah besar. Kondisi ini membuat menimbulkan rasa sakit atau perasaan kenyang di perut tepat di bawah tulang rusuk.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala leukemia sel berambut yang terus-menerus dan mengkhawatirkan, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa yang menyebabkan kanker ini belum diketahui dengan jelas. Namun, kanker dapat terjadi saat sel bermutasi dalam DNA.
Dalam kasus HCL, mutasi DNA menyebabkan sel induk sumsum tulang membuat terlalu banyak sel darah putih yang tidak berfungsi dengan baik. Penyebab mutasi DNA yang mengakibatkan HCL belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terkena leukemia sel berambut, di antaranya:
Meski bisa terjadi pada semua usia, kondisi ini umum dialami pada seseorang yang berusia 50 hingga 60-an. Namun, penyakit ini jarang atau bahkan hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada kaum pria daripada wanita. Seorang pria memiliki empat kali risiko lebih tinggi daripada wanita.
Leukemia sel berambut terlihat lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam dan orang Asia. Sayangnya, pemicunya tidak diketahui dengan jelas.
Risiko HCL sedikit lebih tinggi jika Anda memiliki kerabat dekat (misalnya orang tua, saudara kandung, atau anak) yang didiagnosa HCL. Akan tetapi, kebanyakan orang dengan riwayat keluarga HCL tidak mengembangkannya sendiri dan risikonya tetap sangat rendah.
Beraktivitas di tempat yang berisiko terpapar radiasi, seperti bekerja di sekitar mesin sinar-X dan tidak memakai peralatan pelindung yang memadai, atau mendapatkan pengobatan radiasi untuk kanker, mungkin membuat seseorang memiliki risiko lebih tinggi terkena HCL.
Baca Juga: Leukemia: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan
Beberapa tes yang mungkin dianjurkan oleh dokter untuk mendiagnosis kondisi ini, di antaranya:
Dokter akan menekan perut tepat di bawah tulang rusuk untuk melihat apakah limpa terasa membesar, dan mungkin juga memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening di perut atau di bagian tubuh lainnya.
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap. Tes ini akan memberi tahu jika Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah, trombosit, atau jenis sel darah putih tertentu.
Tes kedua yang disebut apus darah tepi mungkin dilakukan untuk mendeteksi leukemia sel berambut dalam sampel darah.
Tes ini mencari tanda-tanda kanker di sumsum tulang, darah, dan tulang. Dokter akan memasukkan jarum berlubang ke tulang dada atau tulang pinggul dan mengambil sedikit tulang, beberapa sumsum tulang, dan beberapa darah untuk diamati menggunakan mikroskop.
Tes ini juga akan membantu mengidentifikasi mutasi yang terlihat pada sel HCL.
Dokter dapat melihat ke dalam tubuh menggunakan ultrasonografi (metode yang menciptakan gambar 3D menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi) atau computerized tomography (CT) scan (teknologi yang menggunakan sinar-X). Pemindaian ini dapat menunjukan jika limpa, hati, atau kelenjar getah bening membesar.
Kondisi ini bisa berkembang sangat lambat dan kadang-kadang tetap stabil selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, beberapa komplikasi penyakit bisa terjadi.
Hairy cell leukemia yang yang berkembang dan tidak diobati dapat menekan sel-sel darah sehat di sumsum tulang. Kondisi ini mengarah pada komplikasi serius, di antaranya:
Berkurangnya jumlah sel darah putih yang sehat dan tidak mampu melawan sel kanker membuat Anda berisiko infeksi.
Jumlah trombosit yang rendah membuat tubuh sulit menghentikan pendarahan. Jika memiliki jumlah trombosit yang agak rendah, Anda mungkin melihat bahwa tubuh lebih mudah memar.
Jumlah trombosit yang sangat rendah juga dapat menyebabkan perdarahan spontan dari hidung atau gusi.
Jumlah sel darah merah yang sedikit berarti lebih rendah sel yang tersedia untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini disebut anemia alias kurang darah sehingga dapat menyebabkan kelelahan.
Baca Juga: Tumor: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
Jika Anda mengalami tanda dan gejala kanker ini, mungkin Anda harus menjalani perawatan. Meski begitu, kebanyakan penderita penyakit ini akhirnya membutuhkan perawatan.
Meskipun tidak ada obat untuk HCL, tetapi perawatan tertentu efektif untuk meringankan gejala penyakit ini selama bertahun-tahun. Beberapa perawatan yang bisa dilakukan, di antaranya:
Kemoterapi adalah pengobatan pertama untuk mengatasi kondisi ini. Sebagian besar penderitanya akan mengalami pengurangan gejala secara total atau parsial melalui kemoterapi. Beberapa obat yang umum digunakan seperti:
Perawatan untuk leukemia sel berambut biasanya dimulai dengan obat cladribine. Anda dapat menerima infus obat terus-menerus atau suntikan harian ke dalam vena selama beberapa hari.
Kebanyakan orang yang diberi obat ini dapat sembuh total dan dapat bertahan selama beberapa tahun. Jika kambuh, Anda dapat menggunakan cladribine lagi. Efek sampingnya mungkin menimbulkan infeksi dan demam.
Obat ini memiliki penyembuhan mirip dengan cladribine, tetapi diberikan pada jadwal yang berbeda. Orang yang menggunakan pentostatin mendapat infus setiap minggu selama tiga hingga enam bulan. Efek samping obat ini mungkin menyebabkan demam, mual, dan infeksi.
Terapi biologis membuat sel kanker lebih mudah dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang mendeteksi sel-sel kanker dapat menghancurkan kanker.
Dua jenis perawatan biologis ini digunakan pada HCL, meliputi:
Rituximab adalah antibodi monoklonal yang disetujui untuk mengobati limfoma non-Hodgkin dan leukemia limfositik kronis—meskipun terkadang digunakan untuk HCL.
Jika obat kemoterapi tidak efektif atau Anda tidak dapat menjalani kemoterapi, dokter mungkin mempertimbangkan rituximab. Dokter juga dapat menggabungkan cladribine dan rituximab. Efek samping kedua obat ini menyebabkan demam dan infeksi.
Penggunaan interferon untuk pengobatan leukemia sel berambut terbatas sampai saat ini. Anda mungkin diberi interferon jika kemoterapi tidak efektif atau jika tidak dapat melakukan kemoterapi.
Kebanyakan orang mengalami penyembuhan parsial dengan interferon, terutama yang digunakan selama satu tahun. Efek sampingnya menimbulkan gejala seperti flu, demam, dan kelelahan.
Pembedahan untuk mengangkat limpa (splenectomy) mungkin dapat menjadi pilihan jika limpa pecah atau jika membesar dan menyebabkan rasa sakit. Meskipun limpa dikeluarkan, hal tersebut tidak dapat menyembuhkan hairy cell leukemia.
Prosedur ini tidak umum digunakan untuk mengobati HCL, tetapi mungkin sedikit membantu. Setiap operasi memiliki risiko perdarahan dan infeksi.
Selain perawatan medis seperti di atas, pengobatan alternatif juga dapat membantu mengatasi stres karena diagnosis kanker dan efek samping pengobatan. Meski begitu, sebelum Anda metode ini konsultasi dengan doktter perlu dilakukan.
Sejumlah pilihan pengobatan alternatif untuk HCL, di antaranya:
Dikarenakan penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti, tidak ada cara pencegahan yang efektif. Tetapi pola makan sehat dan menjaga kebersihan secara teratur dianjurkan bagi pasien yang menderita sitopenia karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
Jika splenectomy disarankan sebagai rencana pengobatan HCL, pasien harus divaksinasi untuk mengurangi risiko pneumokokus, haemophilus influenzae type b, dan infeksi neisseria meningitidis.