Mitos terkait kanker serviks telah menyebar luas sehingga membuat banyak orang salah paham tentang penyakit ini. Apa aja mitos yang terbukti tidak benar? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Meskipun informasi terkait gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahan kanker serviks mudah didapatkan, beberapa orang masih mengandalkan mitos sebagai informasi utama yang dipercaya. Berikut ini adalah beberapa mitos tentang kanker serviks yang penting untuk Anda tahu, di antaranya:
Untuk mengetahui apakah seseorang bisa terkena kanker serviks atau tidak, pengecekan juga perlu dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dari garis keluarga ayah. Mutasi gen penyebab kanker ternyata bisa datang dari garis keluarga ayah dan ibu.
Faktor riwayat keluarga memang bisa membuat seseorang memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker serviks. Namun, beberapa pakar mengungkapkan bahwa kanker ini lebih sering disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 1 dari 8 wanita berisiko terkena jenis kanker apa pun dan 1 dari 75 wanita bisa terkena kanker serviks. Hal itulah yang membuat seorang wanita tetap berisiko untuk menderita penyakit ini, meski tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker serviks.
Perlu diketahui, sebagian besar kasus kanker serviks terjadi karena infeksi human papillomavirus (HPV). Ini berarti virus bisa menyerang siapa saja, terutama seseorang tidak menerapkan gaya hidup sehat.
Baca Juga: Kenali Beragam Penyebab Kanker Serviks dan Faktor Risikonya
Faktanya, risiko untuk terkena kanker serviks bisa meningkat dengan signifikan jika wanita lebih sering terkena infeksi pada vagina. Sayangnya, salah satu penyebab dari infeksi ini adalah penggunaan antiseptik kewanitaan secara berlebihan.
Pakar kesehatan sendiri menyarankan wanita untuk memakai produk antiseptik sesekali saja—khususnya saat sedang menstruasi—bukannya setiap hari. Selain itu, pilihlah produk antiseptik yang memiliki kandungan povidone iodine yang aman.
Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak kulit saat berhubungan seks dengan seseorang yang terinfeksi.
Meskipun HPV adalah infeksi menular seksual yang sangat umum, hanya sedikit yang akan berkembang menjadi kanker. Kurangnya riwayat kanker serviks dalam keluarga bukanlah prediktor kanker serviks dan bukan alasan untuk melewatkan skrining.
Faktanya, tes skrining diperlukan untuk mencari kelainan pada orang sehat yang tidak memiliki gejala apa pun.
Wanita dengan sel serviks yang abnormal cenderung tidak mengalami gejala, tetapi sel abnormal masih bisa dideteksi melalui pemeriksaan. Anda tidak boleh menunggu sampai mengalami gejala untuk mendapatkan tes skrining.
Baca Juga: 6 Pantangan Makanan bagi Penderita Kanker Serviks
Mitos yang beredar menyebutkan bahwa semua wanita memerlukan pemeriksaan pap smear setahun sekali untuk mendeteksi adanya kanker serviks. Faktanya, skrining tahunan tidak direkomendasikan untuk wanita yang memiliki risiko.
Sementara itu, wanita usia 21 hingga 65 tahun harus diskrining untuk kanker serviks setiap tiga tahun. Konsultasikan dengan dokter tentang jadwal pemeriksaan yang tepat untuk Anda.
Nah, itulah mitos-mitos terkait kanker serviks yang beredar di masyarakat. Mulai sekarang, jangan keliru lagi tentang penyakit ini. Apabila Anda memiliki keluhan terkait kanker serviks, segera konsultasikan dengan dokter. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat.