Tanda anak mengalami pelecehan seksual tidak selalu jelas. Namun, Anda bisa mengamatinya lewat sejumlah aspek, mulai dari perubahan fisik, perilaku, hingga emosional. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Pelecehan seksual pada anak dapat menimbulkan trauma yang mendalam. Pasalnya, korban masih terlalu muda untuk tahu bagaimana mengungkapkan apa yang terjadi dan mencari bantuan.
Apabila tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat menyebabkan PTSD (post traumatic stress disorder), depresi, hingga kecemasan seumur hidup.
Mengetahui fakta tersebut, orang tua sebaiknya lebih mewaspadai adanya tanda-tanda kekerasan seksual pada anak. Meskipun tidak menunjukkan bukti mutlak, Anda bisa mengamatinya melalui tiga aspek berikut:
Perubahan yang dapat diamati pada anak yang mengalami pelecehan seksual dapat dilihat dari bentuk fisik. Adapun sejumlah tanda fisik yang harus diwaspadai, di antaranya:
Selain itu, Jeanne Wess dalam bukunya “Tanda-Tanda Fisik Balita”, menyebutkan jika sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral yang mengarah pada tanda anak mengalami pelecehan seksual.
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Pelecehan Seksual Anak, Orang Tua Harus Tahu!
Tanda anak mengalami pelecehan seksual dapat diamati lewat adanya perubahan perilaku. Ini merupakan tanda awal yang paling kentara.
Berikut ini adalah beberapa tanda pada perubahan perilaku yang dapat diamati:
Selain adanya perubahan fisik dan perilaku, anak yang mengalami pelecehan seksual juga dapat menunjukkan perubahan emosional. Orang tua bisa mengamati perubahan ini lewat beberapa tanda berikut:
Baca Juga: Ini Dampak yang Bisa Terjadi pada Anak Korban Pelecehan Seksual
Jika anak menunjukkan perubahan yang mengarah pada fisik, perilaku, dan emosi, bukan berarti ia mengalami pelecehan seksual. Pasalnya, perubahan-perubahan yang ada juga dapat terjadi karena berbagai alasan.
Selain itu, tanda anak mengalami pelecehan seksual bisa berbeda-beda. Maka dari itu, orang tua sebaiknya mengajak si Kecil berbicara secara perlahan untuk mengetahui apa yang dialaminya.
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menyikapi pelecehan seksual pada anak, di antaranya:
Langkah pertama yang dapat dilakukan orang tua adalah mengajak anak berbicara dari hati ke hati.
Apabila si Kecil sudah mulai bercerita, penting untuk memperhatikan reaksi Anda dan anak itu sendiri. Anda perlu tahu apa yang mesti dilakukan.
Mendengar apa yang dialami anak mungkin akan membuat Anda merasa marah, terkejut, dan bingung. Semua itu adalah reaksi yang normal. Namun, jangan sampai anak terkejut oleh respons yang Anda berikan.
Jika tidak mampu berbicara dengan anak, konsultasikan kepada profesional untuk membantu mengatasi perasaan bergejolak yang dirasakan dan memintanya berbicara dengan anak.
Setelah anak sudah mulai terbuka dan mau menceritakan kejadian yang dialaminya, pastikan untuk memberikannya dukungan. Perlihatkan pula kepada anak bahwa menceritakan hal itu adalah perbuatan yang benar.
Namun, hindari mendesak anak untuk menceritakan detail pengalamannya. Yakinkan juga bahwa dia tidak bersalah.
Anda juga dapat memberitahu anak bahwa Anda akan selalu berada di sisinya kapan saja ketika dibutuhkan. Hal ini akan membantunya merasa aman dan terlindungi.
Baca Juga: 5 Jenis Pelecehan Seksual, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Menceritakan kejadian traumatis yang dialami merupakan tindakan yang tidak mudah untuk dilakukan. Inilah yang membuat anak dapat dengan segera menceritakan pelecehan seksual yang diterimanya.
Maka dari itu, ketika anak memang belum siap untuk bercerita, Anda harus memberikan waktu bagi anak sampai ia siap membuka diri.
Berikan waktu bagi anak Anda untuk menenangkan diri sampai ia benar-benar siap.
Jika mengamati adanya tanda-tanda fisik akibat pelecehan seksual yang dialami, sebaiknya periksakan kondisi anak Anda ke dokter.
Pada akhirnya, pelecehan seksual sebaiknya harus diusut ke pihak berwenang untuk ditindaklanjuti. Anda dapat melaporkan kepada pihak terkait, seperti kepolisian dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Selain itu, ajaklah ia mengunjungi psikolog untuk mengelola trauma yang kemungkinan dialaminya. Dengan begitu, dampak kekerasan seksual yang dialaminya bisa ditangani dengan baik.