Demam babi Afrika atau african swine fever (ASF) adalah penyakit yang menyerang hewan babi dan sangat menular. ASF adalah penyakit yang berbeda dengan flu babi, virus demam babi tidak memengaruhi kesehatan manusia. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Penyakit demam babi ini adalah penyakit menular dan mematikan yang menyerang babi domestik dan babi liar dari segala usia. ASF bukanlah ancaman bagi kesehatan manusia dan tidak dapat ditularkan dari babi ke manusia.
ASF paling sering ditemukan di Afrika sub-Sahara, namun baru-baru ini telah menyebar melalui Cina, Mongolia dan Vietnam, serta di beberapa bagian Uni Eropa. Virus demam babi belum pernah ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, atau Selandia Baru.
Tidak ada vaksin atau obat untuk penyakit ini. Babi yang menjadi sakit karena african swine fever dapat menunjukkan gejala seperti:
Namun, perlu Anda ketahui juga bahwa banyak penyakit yang berbeda pada babi dapat menyebabkan tanda-tanda seperti yang telah disebutkan di atas. Anda tidak dapat mengetahui apakah babi yang sakit menderita demam babi hanya dengan melihatnya.
Tes laboratorium diperlukan untuk memastikan apakah sakitnya disebabkan oleh virus demam babi. Oleh karena itu, bagi Anda mencurigai babi memiliki ASF segera hubungi Dinas Peternakan Hewan setempat untuk mencegah penularan lebih luas.
Demam babi Afrika sering dianggap sama dengan flu babi. Padahal, keduanya adalah jenis yang berbeda. Flu babi adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza H1N1. Ini adalah jenis virus influenza A dan salah satu dari beberapa strain virus flu yang dapat menyebabkan flu musiman. Gejala flu H1N1 sama dengan gejala flu musiman.
Virus flu babi merupakan gabungan dari virus babi, burung, dan manusia. Selama musim flu 2009-2010, H1N1 menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia yang biasa disebut flu babi. Dikarenakan begitu banyak orang di seluruh dunia jatuh sakit, pada tahun 2009 World Health Organization (WHO) menyatakan flu H1N1 sebagai pandemi.
Pada Agustus 2010, WHO menyatakan pandemi flu babi berakhir. Setelah pandemi berakhir, virus flu H1N1 menjadi salah satu strain penyebab flu musiman. Sementara penyakit demam babi hanya dapat menyerang babi, tidak dapat menular ke manusia.
Penyebaran ASF sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada lingkungan, sistem peternakan babi, ada/tidaknya vektor kutu yang kompeten, perilaku manusia, serta ada/tidak adanya babi hutan.
Rute penularan dapat meliputi:
Baca Juga: Demam Scarlet: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll
Demam babi Afrika disebabkan oleh keluarga virus Asfarviridae yang berbeda dari virus yang terkait dengan demam babi klasik.
Infeksi dapat ditularkan ke kawanan babi yang tidak terinfeksi dalam beberapa cara:
Penularan virus dalam kawanan umumnya melalui kontak langsung dengan kotoran tubuh yang terinfeksi dan muntahan babi.
Demam babi Afrika adalah penyakit yang dapat memiliki konsekuensi produksi dan ekonomi yang serius bagi industri peternakan babi, termasuk potensi larangan ekspor babi dan produk babi dari negara-negara yang terkena dampak.
Setelah kemunculannya di Afrika pada awal 1900-an, penyakit ini menyebar ke sebagian besar Afrika sub-Sahara dan sebagian Eropa. Penyakit ini muncul baru-baru ini di beberapa bagian Eropa Timur dan Rusia. Penyakit ini juga telah menyebar pada pertengahan 2019 ke Vietnam, Kamboja, Afrika Selatan, dan Belgia.
Meskipun belum ada kasus yang diketahui di Amerika Utara dalam beberapa tahun terakhir, penyebaran penyakit yang cepat menunjukkan bahwa Anda harus tetap waspada untuk mencegah terjadinya wabah.
Hingga saat ini belum ada pengobatan atau vaksin untuk demam babi. Semua hewan yang terinfeksi harus diisolasi dan dimusnahkan segera setelah konfirmasi adanya virus.
Baca Juga: Flu Burung: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll
Tidak ada vaksin hidup atau yang dilemahkan untuk pencegahan ASF, oleh karena itu pengendalian virus bergantung pada biosekuriti yang ketat, seperti:
Selain penerapan biosekuriti, manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif untuk daerah yang berisiko tinggi adalah strategi utama dalam mencegah terjadi ASF.
Upaya deteksi cepat melalui petugas dan penyediaan reagen untuk mendiagnosa ASF ini telah dilakukan oleh laboratorium Kementerian Pertanian, yakni Balai Veteriner dan Balai Besar Veteriner di seluruh Indonesia yang mampu melakukan uji dengan standar internasional.
Saat ini pemerintah sedang mengkaji kebijakan ketat terhadap impor babi hidup dan produk-produk daging babi, terutama dari negara-negara yang tertular ASF.